"Jangan berkata seperti itu, Mila! Kejadian yang sudah terjadi biarlah jadi pelajaran untuk kita. Dan aku telah terus obat nya Tio. Ini juga aku berikan sedikit uang agar bisa kalian pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Setelah ini kita ke mini market sebentar. Aku ingin memberikan Angga makanan untuknya," sahut Reva. Sama sekali ia sudah tak memikirkan masa lalu itu. Meskipun memang tak bisa dilupakan begitu saja. Saat sikap Mila yang waktu itu mengaku sebagai istrinya Tio dan ingin mengambil hak nya sebagai pemilik rumah yang sah."Kenapa kamu sangat repot-repot? Aku malu kalau menerima ini," sahut Mila."Sudah lah! Kasian anakmu. Atau kalau kamu mau kamu juga bekerja di rumahku seperti Lina. Nanti anakmu biar kamu ajak bisa bermain juga sama aku," sahut Mila.Tak banyak lagi obrolan dari Mila dan Reva. Tio sedari tadi hanya memilih diam karena ia tersiksa dengan gatal dan perih di sekujur tubuhnya. Ia merasa malu karena ditolong oleh mantan istrinya sendiri yang sudah jelas di masa l
Reva kemudian memberitahukan kalau semua bahan sudah siap dan bisa langsung dikerjakan. Lalu Reva menuju ke rumahnya karena ingin membereskan rumah terlebih dahulu.Sementara itu di ruang produksi, Tika melihat Lina secara tak biasanya. "Lin, kamu habis minta apa sama Bu Reva?" tanya Tika."Minta apa maksud Mbak Tika?" balas Lina. Ia juga bingung arah pembicaraan Tika kemana. Sedangkan ia tak pernah minta apapun sama Reva."Kemarin kamu ngomong kalau kamu ada masalah. Yah, nggak tahu sih kamu ngomong apa. Tapi aku menangkap kamu minta sesuatu," jawab Tika. Lina bingung mau menjawab apa. Ia tak tahu juga harus menjawab apa. "Halah, ngomong saja kamu minta uang tambahan sama Bu Reva. Iya, 'kan?" tuduh Tika."Sumpah beneran enggak, Mbak. Aku kemarin cuma minta pinjam uang. Tapi nggak dikasih. Malah Bu Reva yang turun sendiri mau membantu," jawab Lina. Ia merasa tak nyaman dengan tuduhan Tika barusan yang ditujukan kepadanya. "Pinjam uang untuk apa?" tanya Lina."Om ku sakit. Tapi ngga
Tika langsung membeli kalung di pasar dan dengan uang yang lumayan ia bisa membeli sekitar sepuluh gram. Ia dengan bangga langsung memakai kalung tersebut untuk dibawa pulang. Terlihat Randi, suaminya Tika melihat istrinya sedang memakai kalung dan merasa curiga. "Dari mana kamu punya uang untuk membeli kalung itu, Tika?" tanya Randi."Kerja lah, Mas. Kalau cuma di rumah dan malas-malasan juga mana bisa," jawab Tika sembari mengaca di depan cermin."Kamu belum siapkan makanan untuk anak kita. Sebaiknya kamu memasak atau mungkin kamu bawa lauk dari pasar?" tanya Randi."Enak saja. Aku sibuk. Aku harus bekerja, pualng masih harus masak. Seharusnya kamu yang bekerja juga menyiapkan makanan untuk anak kita. Kamu kan pulang lebih awal. Jangan rewel deh," debgus Tika.Semenjak Tika bekerja satu bulan belakangan, Tika memang lebih berani kepada Randi. Randi sampai tak habis pikir. Ia kemudian menggoreng telur sadar untuk anak lelakinya. Karena sejak tadi menunggu kedatangan Tika yang mungkin
"Kenapa nggak bisa? Aku pulang hanya ingin mengajak kamu makan siang. Titipkan saja lah toko sama mereka. Cuma sebentar aja kok," protes Roy. Ia merasa kalau memang ingin mengajak Reva pergi untuk makan siang sekarang juga."Ya sudah, sebentar aku titip toko dulu sama mereka," jawab Reva kemudian menuju toko dan menitipkan toko pada Lina. Saat ditinggal Roy dan Reva pergi, Tika melihat kalau toko juga mulai ada yang datang. "Biar aku yang ke depan," ucap Tika gegas menuju ke toko.Lina merasa tak enak karena tadi yang dititipi toko adalah dirinya. Tetapi ia juga tak mau berfikir buruk pada rekan kerjanya.Tika membuka dan menutup laci uang untuk memberikan uang kembalian pada pembeli. Ada hal yang menarik baginya. Karena tak ada Reva, kalau ia ambil sedikit saja juga nggak akan ketahuan. Ia kemudian menyelipkan beberapa lembar uang seratus dan lima puluh ribu di sakunya. Tak sengaja Lina memergoki Tika yang menyimpan uang dari laci dan dimasukkan dalam saku. Tetapi ia kemudian pura-p
"Serius?" tanya Reva polos. Ia memang tak mengerti hal itu. Ia juga tak mencari tahu tentang perhiasan mahal. "Iya, aku memang menyiapkan itu sih. Apa sih yang nggak buat istri tercinta. Tapi aku harap kalau nisa kamu tak akan menjualnya demi apapun, Reva. Jujur, aku kasih itu ke kamu setidaknya ada barang berharga yang bisa kamu miliki," jawab Roy.Reva tersenyum. Sebenarnya ia tak butuh semua itu. Sebagai wanita yang pernah gagal dalam sebuah pernikahan, bagi Reva ketulusan dan kejujuran pasangan itu jauh lebih berharga dari apapun. Tetapi ia bersyukur memiliki suami yang kaya dan ia tak sampai kekurangan suatu apapun. "Terima kasih, Roy. Kamu memang suami yang baik," jawab Reva.Mereka pun segera pulang. Karena Roy harus segera ke kantor karena ada meeting dengan klien sebentar lagi. Tanpa ikut turun Roy langsung menuju ke kantor dan Rwva dengan hati yang berbunga langsung menuju ke tokonya. Ia melihat kedua karyawan nya sedang bekerja di ruang produksi. "Kalian sudah makan sian
Malam hari itu juga Reva menyuruh orang untuk memasang kamera cctv dengan pengawasan oleh Roy. Ia melihat istrinya sedang kesulitan sejak tadi dan ia mau membantu Reva. Reva dan Roy meminta untuk meletakkan kamera cct di dua tempat yang pertama di toko dan tertutup oleh lampu. Pandai sekali mereka mendesain. Pantas saja Roy adalah pengusaha kaya dan bisa saja melakukan apa yang ia inginkan. Yang kedua di ruang produksi di belakang lemari dan lengkap bisa merekam suara juga.Setelah beres Reva menutup tokonya dan kemudian menunggu hari esok. Keesokan harinya, Reva menitipkan kembali tokonya pada Lina dan Tika. Dengan alasan Reva ingin ke salon. Tetapi itu hanya lah alibinya saja. Kamera cctv juga terhubung melalui ponselnya. Sehingga bisa memantau toko dan rumah produksi dari mana dan kapan pun ia mau. Ia memang sengaja melakukan itu agar mengetahui sebenarnya apa yang ada di toko sebenarnya. Reva benar ke salon. Dari pada membuang waktu percuma ia memilih untuk ke salon. Sudah sangat
Reva kemudian masuk ke dalam rumah. Ia menunggu kedatangan Roy yang sebentar lagi akan pulang. Tak lama kemudian mobil Roy pun tiba. Reva sudah bersiap di depan pintu untuk menyambut kedatangan suaminya."Tara," ucap Reva dengan membuka pintu."Loh, ini siapa?" tanya Roy menggoda istrinya."Ih, kamu nih. Ya aku lah. Tadi kan aku bilang mau ke salon. Dan ini aku ganti rambut pendek. Kamu suka nggak?" balas Reva."Suka, aku suka kamu mau bagaimana pun," jawab Roy kemudian masuk ke dalam rumah."Yah, maksudku kamu lebih bagaimana melihat aku kemarin rambut panjang atau lebih pendek?" tanya Reva memaksa. Ia hanya ingin dipuji lebih cantik. Karena sebenarnya perempuan memang sangat suka mendapatkan pujian."Aku suka melihat kamu kalau senyum, Sayang. Aku nggak menilai kamu dari panjang atau pendeknya rambut kamu," jawab Roy yang diikuti Reva masuk ke dalam kamar.Reva justru cemberut. Ia tak menanggapi ucapan Roy sekali pun. Ia justru duduk di tepi ranjang dengan wajah ditekuk. "Kenapa k
"Kenapa kamu liatin aku terus? Kamu mau lagi?" tanya Roy yang membuat Reva terkejut. Ia tak menyangka kalau Roy menyadari saat dirinya sedang memperhatikan Roy."Hih, kamu nih." Reva merasa malu karena ada Bi Ira. Tetapi Bi Ira juga paham. Sebagai pasangan baru juga tentu masih sedang panas-panasnya. Jadi ia juga tak heran. Makan malam pun usia. Reva memilih duduk di depan ruangan tengah bersama Roy. "Roy, apakah pernah orang yang ada di kantor mu berkhianat?" tanyanya."Maksudmu?""Yah, aku tanya saja. Jadi apakah ada karyawan kamu yang berbuat tidak baik dan merugikan kamu? Lalu kalau ada sikapmu akan seperti apa?" jelas Reva. "Aku kick dia lah. Aku nggak suka ada pengkhianat di tempat ku kerja. Memang ada apa?" balas Roy."Itu Tika, aku memergoki dia ambil uang dari toko. Awalnya sih aku nggak menaruh curiga. Tapi kemarin saat kita makan siang bersama terus aku kembali kue di rak banyak yang habis tapi kok uangnya cuma sedikit. Dan aku pasang cctv sengaja kd salon memang benar k