Reva kemudian masuk ke dalam rumah. Ia menunggu kedatangan Roy yang sebentar lagi akan pulang. Tak lama kemudian mobil Roy pun tiba. Reva sudah bersiap di depan pintu untuk menyambut kedatangan suaminya."Tara," ucap Reva dengan membuka pintu."Loh, ini siapa?" tanya Roy menggoda istrinya."Ih, kamu nih. Ya aku lah. Tadi kan aku bilang mau ke salon. Dan ini aku ganti rambut pendek. Kamu suka nggak?" balas Reva."Suka, aku suka kamu mau bagaimana pun," jawab Roy kemudian masuk ke dalam rumah."Yah, maksudku kamu lebih bagaimana melihat aku kemarin rambut panjang atau lebih pendek?" tanya Reva memaksa. Ia hanya ingin dipuji lebih cantik. Karena sebenarnya perempuan memang sangat suka mendapatkan pujian."Aku suka melihat kamu kalau senyum, Sayang. Aku nggak menilai kamu dari panjang atau pendeknya rambut kamu," jawab Roy yang diikuti Reva masuk ke dalam kamar.Reva justru cemberut. Ia tak menanggapi ucapan Roy sekali pun. Ia justru duduk di tepi ranjang dengan wajah ditekuk. "Kenapa k
"Kenapa kamu liatin aku terus? Kamu mau lagi?" tanya Roy yang membuat Reva terkejut. Ia tak menyangka kalau Roy menyadari saat dirinya sedang memperhatikan Roy."Hih, kamu nih." Reva merasa malu karena ada Bi Ira. Tetapi Bi Ira juga paham. Sebagai pasangan baru juga tentu masih sedang panas-panasnya. Jadi ia juga tak heran. Makan malam pun usia. Reva memilih duduk di depan ruangan tengah bersama Roy. "Roy, apakah pernah orang yang ada di kantor mu berkhianat?" tanyanya."Maksudmu?""Yah, aku tanya saja. Jadi apakah ada karyawan kamu yang berbuat tidak baik dan merugikan kamu? Lalu kalau ada sikapmu akan seperti apa?" jelas Reva. "Aku kick dia lah. Aku nggak suka ada pengkhianat di tempat ku kerja. Memang ada apa?" balas Roy."Itu Tika, aku memergoki dia ambil uang dari toko. Awalnya sih aku nggak menaruh curiga. Tapi kemarin saat kita makan siang bersama terus aku kembali kue di rak banyak yang habis tapi kok uangnya cuma sedikit. Dan aku pasang cctv sengaja kd salon memang benar k
"Angga sama Tio di rumah. Angga nggak mungkin aku ajak ke sini," jawab Mila dengan menunduk.Mila manggut-manggut. "Bagaimana kondisi Tio?" tanya Mila."Tio sudah jauh lebih baik. Terima kasih atas kebaikan kamu dan suami kamu yang mau membantu kami. Dan Tio juga sudah tak lagi merasa gatal. Uang dari kamu sudah aku tebuskan obat jadi Tio bisa selalu minum obat. Ruam di tubuhnya perlahan juga mengering. Jadi aku berani tinggal Angga sama Tuo sementara aku yang bekerja," jawab Mila panjang lebar. "Ya sudah kalau begitu. Kalau memang sudah jalannya untuk bisa sembuh. Ngomong-ngomong apa kamu ada pengalaman untuk membuat kue kering?" tanya Reva."Aku nggak ada pengalaman kerja apapun. Kaku tahu sendiri dari dulu aku nggak pernah bekerja dan baru sekarang mau cari kerja," jawab Mila."Ya sudah, nanti kamu menimbang kue saja dulu sama lihat kedua Lina dan Tika membuat kue," ucap Reva. Lalu mengajak Mila menuju ke rumah produksi. Ia memperkenalkan pada Tika. Kalau Lina sudah keponakannya s
Reva menuju ke toko saat terlihat ada pembeli. "Maaf, mau cari apa?" tanyanya saat ibu paruh baya itu menghampiri tokonya."Saya cuma mau pesan tidak mau beli dulu. Kalau untuk satu minggu lagi apakah bisa?" tanya perempuan itu."Oh, bisa, Bu. Mau pesan apa? Ini ada taster untuk bisa dicoba dulu!" jawab Reva kemudian memberikan teater beberapa kue kering yang memang disediakan.Perempuan tersebut kemudian memilih nastar dan lidah kucing. "Sama mau pesan nastar ini seratus toples. Tapi apa bisa saya bayar lima puluh persen dulu nanti kalau sudah selesai saya lunasi semua," tanya perempuan tersebut. "Boleh, Bu. Sebentar saya catat pesanannya dulu. Atas nama ibu siapa?" tanya Reva sudah siap memegang nota pembelian."Atas nama ibu Rahayu," jawab Bu Rahayu."Baik, ini nanti mau dikirim ke alamat mana? Ada ongkos kirimnya ya, Bu," ucap Reva kemudian Bu Rahayu memberikan alamat dan langsung Reva memberikan nota pembelian tersebut. Ia lantas melihat ketiga karyawan nya sedang bekerja."Kali
"Wah, Tika sih sudah keterlaluan, Non. Kalau bisa sudahi saja lah, Non! Mau menunggu apa lagi juga. Dia nggak bisa dikasih hati. Lebih baik ungkap saja kesalahan dia terus bilang saja ke dia untuk tidak lagi bekerja tanpa memberikan apapun,'' usul Bi Ira."Iya sih. Kerjanya dia memang bagus. Aku akui dia memang rajin dan menghasilkan kue yang enak. Tapi ya itu dia terus saja yang dipikirkan adalah uang dan uang saja. Aku kira menunggu sampai waktunya gajian bulan depan. Jadi aku masih bisa pakai tenaga dia untuk bekerja. Tapi aku batasi banget untuk dia tak pinjam uang atau mencuri lagi," sahut Reva.Bi Ira setuju saja. Karena kalau ia ikut membuat kue di ruang produksi pekerjaan rumah jadi agak terbengkalai. Jadi ia rasa keputusan majikannya sudah benar.Saat Roy pulang, Reva menceritakan lagi kekesalannya pada Roy. Reva mengatakan apa yang ia ingin katakan sama Roy. Roy juga mendengarkan sampai selesai cerita istrinya itu. Seperti yang dikatakan pada Bi Ira kalau Reva akan menunggu
"Setelah kami melakukan pengecekan semuanya bagus. Sebenarnya paling penting dari program hamil lia adalah Rutin Melakukan Hubungan Intim. Waktu terbaik untuk melakukan hubungan intim ketika wanita berada dalam masa subur, makanan Sehat, menerapkan Hidup Sehat, olahraga, cukup istirahat, mengontrol Berat Badan, dan melakuakan pemeriksaan Kesehatan seperti yang Anda berdua lakukan sekarang ini. Jadi saran saya lakukan saja itu semua dan tentu dengan berdoa. Karena pemilik hidup juga bukan kita. Kita hanya bisa berdoa dan ikhtiar," jelas dokter Rania dengan senyum yang meneduhkan. "Baik, Dok. Terima kasih atas saran yang diberikan," sahut Reva."Oh ya ini ada vitamin tambahan bisa dikonsusmi oleh Bapak atau pun ibu juga," imbuh dokter. "Terima kasih banyak, Dok. Kalau begitu kami permisi dulu," pamit Roy dengan menggandeng tangan Reva. Di sepanjang jalan menuju ke parkiran tangan Roy masih menggenggam tangan Reva. "Kita bisa lakukan program ini, ya? Kamu harus makan makanan yang seha
Keesokan harinya ternyata pagi-pagi sekali Bi Ira sudah mencarikan gambas untuk Reva. Dan tak usah ke pasar di tukang jual sayur biasa mangkat pagi hari masih ada gambas. Reva tak tahu kalau Bi Ira membuat sayur gambas pagi ini. Saat hendak sarapan bersama Roy, ia melihat aroma sayur gambas mulai ter ium di indera penciumannya. "Wah, sudah ada, Bi, sayur gambasnya," celetuk Reva."Iya, Non. Sesuai pesanan, Non, nih," sahut Bi Ira sambil masih menyiapkan minuman di meja makan."Kamu lagi kepengen sayur itu, Rev?" tanya Roy yang baru saja duduk di meja makan."Iya, aku kangen masakan ibuku. Ibuku kan suka masak sayur gambas di warung. Jadi aku pengen makan itu," jawab Reva."Ya kamu makan! Dihabiskan loh, kasihan Bi Ira sudah masak susah-susah," titah Roy kemudian mengambil lauk yang lain."Kamu juga makan dong! Masa iya cuma aku yang makan sayur tapi kamu enggak. Kan makan makanan sehat," jawab Reva. Ia ingin kalau Roy harus belajar makan sayur agar tidak melulu ikan dan protein saja.
Reva baru kali ini bertemu dengan kakaknya Roy yang menurut Bi Ira bekerja sebagai guru. Lelaki itu mirip dengan Roy. Ia bernama Rio. Ia bekerja sebagai guru di salah satu sekolah internasional yang cukup terkenal. Sedangkan istrinya bersama Lia yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus buah hati merasa yang bernama Niko. Niko masih sekitar usia empat tahun. Wajahnya juga mirip sama Rio."Kamu Reva, ya?" ucap Lia saat Reva mulai mendekat."Iya, kak. Aku Reva. Senang bertemu dengan kakak," jawab Reva. Ia melihat wajah kakak iparnya itu dengan balutan hijab. Ia bahkan hanya memakai tak pernah pakai hijab."Syukurlah kita bisa bertemu sekarang. Saat aku dengar Roy menikah kita tidak tahu karena kalian menikah juga diam-diam,'' ucap Lia.Reva merasa kalau Arumi bisa menerima keberadaan nya di sana."Iya, kak. Aku juga hanya mendengar kak Arumi dari Bi Ira," jawab Lia."Oh, Bi Ira ikut kalian, ya? Bagus lah, Bi Ira memang pekerja keras dan juga baik." Lia kemudian mengikuti Niko