Saat aku memberi sarapan pada Abidal dan Tiara, ibu datang dari pasar dengan membawa beberapa kantung belanjaan yang berisikan sayur, bumbu dapur, ikan dan lainnya.
Aku meletakkan sendok dan piring di atas meja, menghentikan aktifitasku menyuapi anakku sarapan. Dan berdiri kemudian menjangkau barang belanjaan ibu guna membantunya.
" Sudah biar ibu saja, kamu selesaikan aktifitasmu kasihan anakmu masih lapar "
tolak ibu kemudian tersenyum pada Tiara dan Abidal.
Aku pun melanjutkan menyuapi anakku sarapan.
***
Hari ini aku tidak membantu ibu jualan, karna hari ini Billy mengajakku jalan-jalan. Kami pergi ke sebuah taman hiburan, kedua anakku terlihat sangat gembira mereka berlari kesana kemari.
Setelah sudah lelah bermain, kami mampir ke sebuah restoran kecil, kami memesan makanan lalu makan bersama.
Billy terlihat bersenang-senang dengan anakku, dia pria yang baik, dia juga terlihat sepert
Aku dan anak-anak menunggu di pintu keluar, sementara Billy masih di kasir membayar belanjaan.Di malam hari ketika kami sampai di rumah, aku telah berjalan dengan Billy untuk waktu yang lama. Itu semua cukup untuk membuat aku dan anak-anak bahagia.Billy mengantarku pulang, setelah sampai di rumah. Aku menaruh tas belanjaanku di kamar, tak lupa juga menyerahkan oleh-oleh pada ibu dan adik-adikku."Duduk Bil, aku akan membuat kopi""Ya, terima kasih Mil"Billy duduk di kursi depan.Aku pergi ke dapur dan mulai membuat secangkir kopi, aku mencampur kopi bubuk dan gula yang telah ku ukur ke dalam gelas, tuangkan air panas dan aduk, kopi sudah siap.Aku membawanya ke Billy, saat berjalan ke ruang depan, aku mendengar suara seseorang yang familiar mengucap salam,"Assalamualaikum"lalu saya menjawabnya dengan suara yang sedikit lebih keras"Waalaikumsalam".Aku bergegas ke ruang depan, a
Mendengar pernyataan dari Dito bahwa dia mengaku sebagai pacarku, aku tercengang dan membulatkan mataku, aku menatap Dito dengan penuh tanda tanya.Dito tak menghiraukanku" maksud kamu apa To? Aku pacar kamu? Sejak kapan kita pacaran? "Billy menoleh kearahku, kemudian menatap Dito." Sejak dulu aku menyukaimu Mil! Apa kau tak sadar, selama ini aku berbuat baik padamu? " Jawab Dito." Jadi kau berbuat baik padaku karna ada maksud tertentu? Karna kamu suka padaku?"" Iya! Itu semua karna aku mencintaimu, tapi sekarang kenapa kamu malah menerima tamu lain? "" Aku tidak menyangka ternyata selama ini kebaikan mu padaku semua bohong!" suaraku lirih." Sekarang balikin semua yang udah aku berikan padamu! "Tak pernah terbesit di pikiranku, bahwa Dito melakukan hal semacam itu, Aku tertegun tak menyangka Dito melakukan ini.
Kini aku duduk melamun di kamarku, merenungkan nasibku yang tak pernah beruntung.Terkadang aku iri terhadap orang lain yang lebih beruntung, mereka mudah menjalani kehidupan tak pernah ada halangan, selalu terdukung oleh orang-orang disekitar.Ya Tuhan permudahkanlah jalan hidupku, beri saja aku satu keberuntungan.Aku paham, Bahwa setiap ujian yang Tuhan berikan takkan melewati batas kemampuanku.Evan pov:Dengan tiba-tiba aku teringat akan Kamila, bagaimana kabarnya?Terlebih lagi aku belum pernah menjenguk anak-anakku, Rasanya aku rindu namun aku terlalu malu untuk menampakan wajahku di hadapannya, bagaimana jika Kamila mengusirku dan anakku tidak mengenalku? Aku tau Kamila pasti sangat benci terhadapku.Namun setelah berhari-hari aku memikirkan hal ini, aku membulatkan tekad ku untuk datang menemuinya.
Aku sampai di depan rumah Kamila, kulihat Kamila membawa sepiring makanan dan memberikannya pada salah satu pelanggan disana. Aku jadi ragu dan malu untuk menghampirinya, apa aku harus memberanikan diri?Back to Kamila:Pikiranku kacau namun aku memaksakan diri untuk melayani pelanggan walau sudah ibu larang. Lagi-lagi aku melawan larangannya, namun kali ini demi kebaikan, aku tak tega jika hanya ibu yang bekerja sendirian.Jadi aku memutuskan untuk membantunya, aku mengantarkan piring berisikan nasi dan lauk berikut air minumnya pada pelanggan yang memesan.Ketika keluar untuk mengantarnya, aku melihat seorang pria yang tak asing bagiku tengah berdiri tak jauh dari rumah.Aku segera meletakkan pesanan lalu kembali ke dapur, aku menggebrak meja dapur dengan sangat marah." Mengapa aku harus melihat dia!? "Mendengar namanya saja membuatku muak, apalagi melihat wajahnya.Kenangan pah
Evan pov:Aku pulang dengan lesu, bagaimana mungkin Kamila yang dulu sangat lemah lembut sekarang jadi galak seperti itu, apa perasaannya padaku sudah benar-benar berubah?Meski begitu aku berusaha terlihat tegar di hadapan temanku." Van kamu habis dari mana? Dari rumah Kamila ya? "" Ti...tidak kata siapa? "" Sudah lah ngaku saja, lagi pula wajar kalau kamu rindu padanya "Aku hanya menunduk malu, dari dulu temanku tau bahwa aku tidak lemah terhadap wanita, namun kali ini aku lemah terhadap Kamila.Tak lama kami berbincang, mantanku datang.dari mana ia tau bahwa aku ada di sini?" Evannn..kamu kemana saja sayang, aku sangat rindu padamu "Kaila memeluk lenganku erat-erat, kami sudah lama tidak bertemu semenjak aku berangkat ke kampung, sejak saat itu aku tak lagi menghubungi Kaila ataupun Kamila." Hei! Lepaskan tanganku, lagi pula dari mana kamu tau aku ada disini!? "" Alex memberitahuku, jadi
Ibu dan Yanti berdebat soal kelanjutan sekolah Yanti, ia ingin lanjut sekolah namun ibu tak mampu membiayai.Aku tau semua anak-anak terutama Yanti pasti ingin melanjutkan pendidikannya agar menjadi orang sukses, aku juga berharap Yanti bisa melanjutkan pendidikannya agar tidak seperti aku yang hidup sengsara dan hanya lulusan SD.Aku berusaha melerai, dan menenangkan Yanti agar ia berhenti menangis dan marah pada ibu." Yan... Tolong mengerti keadaan kita, kakak dan ibu juga pengen kamu lanjut sekolah, tapi mau bagaimana lagi? Kondisi kita kan tidak memungkinkan "" Ini semua karna kakak! Kakak terus tinggal dan numpang sama ibu, kakak itu cuma jadi benalu! Harusnya kakak tinggal dan cari makan sendiri! Jadi ibu tidak kesusahan dan bisa membiayai sekolahku! "" YANTI CUKUP! " Bentak ibu pada Yanti.Yanti semakin menangis dan berlari ke kamarnya, aku yang mendengar pernyataan dari Yanti meneteskan air mataku.Benar katanya, aku hanya
Aku tak bisa tidur, terus menatap langit-langit kamar dan melamun. Aku harus bagaimana? Apa aku harus mencari pekerjaan? Tapi jika aku kerja siapa yang akan menjaga Tiara dan Abidal, aku tak mau merepotkan ibu lagi dengan menitipkan anakku.Tiba-tiba aku teringat dengan ucapan Billy waktu itu, apa aku terima saja lamarannya? Dengan begitu aku bisa membantu Yanti melanjutkan sekolahnya, dan aku juga tidak merepotkan ibu lagi.Tapi apa perbuatanku tidak jahat dengan memanfaatkan orang lain?Tidak! Aku tidak boleh memanfaatkan kebaikan orang lain seperti itu, aku harus memikirkan cara lain.Mataku mulai berat ngantuk rasanya, akupun tertidur~Evan pov:" Sana pulang! Hari sudah malam, sudah berapa lama kamu disini!? "" Aku masih rindu padamu Van "Perempuan ini menjengkelkan sekali, ia tak mau pulang walau sudah kupaksa, tak enak jika tetangga tau.Harus pakai cara apa lagi untuk mengusirnya, dia memang keras
" Sialan! Berani-beraninya kamu! " Bentakku dengan kesal padanya." Ups..maaf ya bu hahaha "Berani sekali dia memanggilku bu, memangnya aku sudah tua!?" Kamu jangan cari gara-gara denganku! Bisa ku cabik wajahmu itu! "" Kedengarannya menyeramkan, tapi tak semenyeramkan hidupmu. Hidupmu jauh lebih menyeramkan bukan? Haha "" Apa maksudmu!? " Tanyaku." Sepertinya Evan masih mencintaiku, dia datang ke Jakarta hanya untuk menemuiku" senyumnya miring." Apa aku peduli? "" Memang seharusnya kau tak usah peduli! Tak usah peduli pada urusan cinta kami "Menatapku dengan tajam lalu pergi.Menjengkelkan sekali perempuan itu, membuat amarahku memuncak.Aku lalu memunguti belanjaanku yang jatuh, setelah itu pulang ke rumah.Di perjalanan pulang, aku bertemu Billy. Ia menghampiriku dan berniat ingin membantuku dengan membawa barang belanjaan yang kubawa." Biarkan aku membantumu "&nb