Akhirnya Sisil pasrah dengan apa yang akan suaminya lakukan. Sebenarnya ia tidak mau melakukannya karena sudah siap untuk pergi bekerja, tapi tubuhnya bereaksi lain.
Tubuh mungil itu menyambut setiap rangsangan yang diberikan oleh sentuhan-sentuhan lembut tangan laki-laki tampan itu.
Wanita cantik yang sudah memakai kemeja pink dan rok berwarna hitam selutut, lengkap dengan blazer berwarna senada dengan roknya, pasrah saat Aldin melucuti pakaian kerjanya.
"Al ...." Sisil menggigit bibir bawahnya saat tangan kiri sang suami mencengkram bukit kembar yang terasa pas di tangan Aldin yang besar itu. Sementara tangan kanannya bermain di pusat inti sang istri.
Erangan demi erangan menggema di dalam kamar itu. Sisil tidak memedulikannya. Ia begitu menikmati setiap aksi dari laki-laki yang sangat ia cintai itu.
"Kita pindah ya, Sayang," bisik Aldin di telinga sang istri yang membuat wanita cantik itu semakin meremang saat makhluk tampan itu meng
Setelah selesai memadu kasih di pagi hari, kedua pasangan itu segera masuk kamar mandi untuk membersihkan diri karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.“Aku dulu, Al,” kata Sisil sembari mendorong suaminya dengan tangan kanan supaya sang suami tidak masuk ke dalam kamar mandi. Sementara tangan kirinya menggengam lilitan selimut yang membungkus tubuhnya.“Kita mandi bareng aja,” usul Aldin sembari menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya. Kemudian, membopong tubuh polos itu dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi.“Nggak mau, aku udah terlambat, Al,” ucap Sisil sembari menjauhkan wajah sang suami yang hendak mencium bibirnya.Sisil terus meronta dalam gendongan sang suami. Ia berpikir kalau suaminya pasti akan melanjutkan olahraga pagi di dalam kamar mandi.“Kamu nggak usah kerja, My lovely,” ucap Aldin sembari menurunkan sang istri di dekat bathup.Mau tidak mau wanita cantik tanpa
"Kamu gila, Al," ucap Sisil di sela desahannya. Sembari mencengkram rambut sang suami.Aldin melepas puncak bukit itu, menatap netra istrinya dengan lekat. "Kenapa? Apa kamu tidak suka?"Sisil menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Bukan itu maksudku, tapi-"Sebelum wanita cantik yang duduk dalam pangkuannya itu melanjutkan ucapannya, Aldin sudah lebih dulu membungkam bibir sang istri dan melumatnya dengan lembut.Aldin menyesapi bibir istrinya dengan penuh hasrat tangannya merayapi seluruh tubuh sang istri yang membuat Sisil melepas ciumannya karena napasnya sudah tersengal-sengal menerima serangan dari sang suami."Aaa ...." Sisil mengerang saat sang suami melesakkan si Gundul masuk ke dalam lubang keramatnya.Benda tumpul itu masuk dengan sempurna memenuhi rongga lubang keramat yang baru saja dimasukinya itu."Goyang, Sayang," bisik Aldin sembari mencengkram bongkahan kenyal di bagian belakang tubuh sang istri.Lidahny
"Apa kamu lelah, Sayang?" tanya Aldin pada wanita yang ada dalam gendongannya."Sangat lelah, tapi aku menikmatinya," ucap Sisil sembari membenamkan wajahnya pada dada bidang sang suami yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu untuk menutupi wajahnya yang memerah. Walau malu, tapi ia tetap mengatakannya.Aldin tersenyum melihat wajah sang istri yang merona. "Aku juga sangat menikmatinya," balas Aldin. "Aku nggak nyangka goyangan istri mungilku sangat lincah."Aldin merebahkan sang istri di tempat tidurnya. "Kamu tunggu di sini, nanti aku ambilkan pakaianmu."Ketika Aldin hendak melangkahkan kakinya, Sisil menarik tangan laki-laki gagah yang hanya membalut tubuh bagian bawahnya itu dengan handuk.Aldin menoleh pada sang istri. "Ada apa, My lovely? Apa kamu belum puas berolahraga?" tanya Aldin menggoda istrinya.Sisil menggelengkan kepalanya. "Aku belum pernah melakukan kayak tadi dengan siapa pun. Aku juga nggak tahu kenapa tubuhku begitu menikmati
Bunda Anin mengetuk pintu kamar anaknya karena sudah lewat dari jam delapan pagi, anak dan menantunya keluar dari kamar.“Al, kamu nggak kerja, Nak?” tanya sang bunda sembari mengetuk pintu kamar anaknya. “Apa mereka lagi bikin adonan ya?” Bunda Anin bertanya-tanya pada dirinya sendiri.Ketika wanita paruh baya itu hendak melangkahkan kakinya meninggalkan kamar sang anak, tiba-tiba pintu terbuka.“Ada apa, Bun?” tanya Aldin sembari memakai dasinya.Sementara Sisil masih terbaring di tempat tidur. Ia merasa sangat lelah karena pagi-pagi sudah dua kali berolahraga dengan perut yang kosong.Bunda Anin kembali berbalik badan. “Kalian baru bangun? Sisil mana?” tanya sang bunda sembari melongokkan kepalanya ke dalam kamar.“Bunda masuk aja, kayaknya Sisil kelelahan,” ujar Aldin pelan.Bunda Anin masuk ke dalam kamar dan menghampiri sang menantu yang terbaring di tempat tidur. Laki-
Sisil tersenyum manis pada suaminya. “Nggak apa-apa, Sayang.” Sisil membelai wajah tampan sang suami yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sekitar rahangnya. “Kamu juga sarapan dulu.”“Iya,” balas Aldin sembari membelai rambut sang istri yang masih basah dan belum sempat disisirnya.Aldin bangun dari duduknya, melangkah menuju meja rias dan mengambil sisir sang istri. Lalu, kembali lagi menghampiri wanita cantik berambut hitam itu.“Sayang, kamu bangun dulu ya.” Aldin membantu membangunkan sang istri agar terduduk.Dengan sangat pelan dan telaten Aldin menyisir rambut panjang istrinya yang masih basah. Laki-laki itu merasa sangat bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Mempunyai istri yang cantik dan mau menerimanya kembali walau ia sudah snagat menyakiti hati wanita cantik itu.“Sayang, biar aku aja,” ucap Sisil pada suaminya. “Kamu sarapan dulu sana! Ini udah terlalu siang, kamu uda
"Jangan-jangan menantu Bunda sampai sakit begini akibat ulah kamu ya," tuduh sang bunda pada putranya."Nggak, Bun," elak Aldin. "Nggak salah," lanjutnya sembari menyeringai."Kamu nggak kasihan sama istrimu!" Lagi-lagi Bunda Anin memukul lengan anaknya. "Nanti malam Bunda tidur di sini, kamu tidur sama si kembar!" titah sang bunda tidak terbantahkan.Sisil hanya tersenyum melihat reaksi suaminya. Wanita cantik itu merasa senang karena malam ini ia bisa terbebas dari beruang mesum.Sebenarnya Sisil ingin menolak keinginan sang suami, tapi tubuhnya tidak bisa menolak setiap mendapat sentuhan dari laki-laki yang sangat ia cintai itu."Iya, Bunda," ucap Aldin dengan memelas. Laki-laki itu kembali mencium bibir sang istri di depan bundanya. "Sayang, aku berangkat ya." Aldin mengacak-acak puncak kepala sang istri yang baru saja ia rapikan itu."Sayang, kamu makan dulu ya." Bunda Anin menyuapi menantunya itu dengan penuh kasih sayang.
“Tante cantik mau bikin adik bayi buat kita ya?” tanya Gara pada Sisil. “Mommy juga gitu, jarang keluar kamar katanya kecapean abis bikin adik bayi,” lanjutnya.Sisil hanya menyeringai mendengar anak dari sahabatnya itu berbicara. ‘Si Andin bego banget, sama anak kecil ngomong kayak gitu,’ gerutu Sisil di dalam hati.“Sayang, mungkin maksud Mommy, di dalam perutnya ada dede bayi, jadi Mommy kalian sering kelelahan,” ujar Sisil pada kedua keponakannya.“Jadi, kita mau punya adik dong ya?” tanya Bara lagi. “Aku mau punya adik laki-laki supaya aku ada teman main,” ujar Bara kegirangan.“Aku mau adik perempuan, adik laki-laki sangat menyusahkan seperti kamu,” sahut Gara sembari melipat tangannya di depan dada.“Abang ngebosenin,” sahut Bara sembari melirik dengan sinis kepada saudara kembarnya.“Kalian kenapa berantem? Lebih baik kalian berdoa s
Kedua anak kembar itu menghabiskan waktu di kamar sang tante karena Sisil tidak boleh keluar dari ruangan itu oleh mertuanya. Mereka bercanda dan bermain sampai kelelahan.“Tante, aku ngantuk. Apa aku boleh tidur di sini?” tanya Gara pada sang tante.“Iya, aku juga ngantuk,” timpal Bara sembari menutup mulutnya karena menguap.“Boleh dong, Sayang,” sahut Sisil sembari membelai rambut kedua keponakannya.“Kamu juga tidur ya, Sayang,” ucap Bunda Anin pada menantunya. “Cucu-cucuku kalian tidur yang nyenyak ya, Nenek keluar dulu. “ Bunda Anin mencium pipi kedua cucunya sebelum keluar dari kamar.Setelah sang nenek keluar kamar, mereka mengatur posisi yang nyaman untuk tidur siang. Sisil tidur di antara mereka, kedua anak laki-laki itu tidur sembari memeluk sang tante.Sementara di kantor Aldin, ia sedang bersiap-siap untuk ke kantor Gilang setelah kerjaannya tidak terlalu numpuk.