Share

BAB 2 : Tertangkap

Entah sudah hari keberapa setelah malam pelelangan itu, kini tubuh Arabella mulai bereaksi, sebelumnya ia sama sekali tidak bisa menggerakan tubuh, bahkan membuka matanya meskipun kesadarannya sudah kembali. Entah obat bius apa yang para berengsek itu berikan padanya.

Gadis itu mulai membuka matanya secara perlahan. Betapa kagetnya ia saat mendapati dirinya ada di atas sebuah ranjang. Bukan, bukan ranjang itu yang membuat Arabella membelalak, tapi kerangkeng yang mengelilingi ranjang tersebut, serta kaki kanan Arabella yang dirantai.

Tuhan, apa ini sebenarnya? Apa mungkin mimpi bisa sepanjang dan senyata ini? Arabella merintih dalam hati.

Pikiran-pikiran buruk memenuhi kepala gadis itu, ia ingin menjerit, tapi seperti tertahan. Tenaganya belum pulih sebab ia tidak makan berhari-hari. Ia hanya mengandalkan selang infus yang menancap di tangannya sebagai sumber energi.

Sial, iblis kejam seperti apa yang memperlakukan manusia seperti ini? Gadis itu mengumpat marah dalam hati.

Demi apa pun, Arabella bersumpah akan membalas perlakuan mereka jika ia sudah bebas nanti. Ya ... hanya ketika Arabella bisa bebas. Tentu saja ia bisa bebas. Orangtua, asisten, dan fansnya pasti akan mencarinya. Mereka akan mengerahkan banyak orang dan aparat untuk mencari keberaan Arabella.

Pikiran-pikiran yang menenuhi kepala gadis itu buyar seketika saat pintu kamar megah itu dibuka. Seorang laki-laki dengan tuksedo hitam masuk, berdiri tidak jauh dari ranjang Arabella dengan sepasang manik biru yang menatap dingin ke arah si gadis.

“Si—siapa k—kau?” tanya Arabella terbata. Sorot cokelatnya memancarkan ketakutan.

Tidak menjawab, laki-laki itu justru menekan sebuah tombol dan detik berikutnya kerangkeng yang mengurung ranjang beserta Arabella naik ke atas —ke langit-langit kamar. Kerangkeng yang mengurung Arabella itu terbuka sepenuhnya.

“Kau akan segera tau siapa aku,” kata laki-laki tampan itu. Suara beratnya dengan tatapan mengintimidasi membuat aura mendominasi Griffin semakin bertambah.

Dia menatap tubuh Arabella dari ujung kaki sampai ujung rambut. “Bersiaplah.”

Apa ... apa Arabella akan dijadikan tumbal persembahan agar laki-laki itu mendapatkan kekayaan?

Oh ayolah, kamar ini begitu megah. Meskipun Arabella juga bukan dari keluarga sembarangan, tapi tentu saja jika disandingkan dengan kamar ini, kamar Arabella yang sudah sangat megah akan kalah.

Kemudian, laki-laki yang Arabella tidak tahu siapa itu melangkah mundur. Kerangkeng kembali turun dan mengurung Arabella. Tanpa mengatakan apa pun lagi, laki-laki itu pergi meninggalkan Arabella dengan sejuta tanya memenuhi kepalanya.

***

Tubuh Arabella sudah sepenuhnya bisa bergerak. Ia bahkan sudah bisa duduk di atas ranjang dan tadi ada seseorang yang datang melepaskan selang infusnya serta memberikannya nampan berisi makanan.

“Tunggu,” cegah Arabella ketika wanita paruh baya yang sepertinya pelayan itu akan pergi. “Bolehkah aku tahu siapa laki-laki dengan mata biru dan ... dan dia terlihat galak.”

“Tuan Griffin Anderson maksud Anda, Nona?” tebak wanita itu. “Tuan Griffin adalah pemilik mansion serta pewaris tunggal keluarga Anderson.”

Grifin Anderson ... Arabella tidak pernah mendengar nama itu, tapi kenapa laki-laki itu menculik dan mengurungnya seperti ini? Jelas, laki-laki itu jauh lebih kaya dibandingkan Arabella, jadi tidak mungkin kan jika dia mengharapkan tebusan?

“Lalu, di mana dia sekarang?”

“Sejak tiga hari yang lalu Tuan Griffin tidak berkunjung, Nona. Hanya Tuan Alex yang datang dan memberikan perintah pada saya untuk melepaskan infus serta memberikan makanan untuk Nona,” ujar wanita itu menjelaskan sebelum akhirnya pamit meninggalkan Arabella.

Tiga hari yang lalu ... itu artinya laki-laki itu tidak kembali lagi sejak menemui Arabella.

Sebenarnya Arabella masih sibuk dengan pemikirannya, tapi perutnya yang lapar membuat gadis itu memilih memakan makanannya terlebih dahulu.

“Apa dia bermaksud meracuniku?” tanya Arabella pada dirinya sendiri. Ia mengendus bau makanan tersebut, lalu perlahan mencicipinya. Karena sangat lapar, dalam sekejap makanan serta susu putih itu habis.

Setelah menghabiskan makanan, gadis itu mencoba turun dari ranjang. Kakinya masih sedikit perih, tapi dengan bantuan berpegangan pada besi-besi yang mengurungnya, Arabella berhasil melangkah. Arabella mengelilingi ruangan itu sejauh yang ia bisa. Tangannya mencoba menggapai keluar kerangkeng. Namun ia bahkan tidak bisa menyentuh pintu balkon.

Arabella menoleh ketika mendengar decitan pintu. Seorang laki-laki dengan setelan formal masuk. Laki-laki itu berbeda dengan laki-laki yang tempo hari menemui Arabella.

Siapa lagi sekarang? Arabella membatin was-was.

“Perkenalkan nama saya Alex. Saya adalah asisten Tuan Griffin,” ujar laki-laki itu memperkenalkan diri. Meskipun terlihat kaku, wajah Alex jauh lebih ramah dibandingkan laki-laki kemarin yang sepertinya bernama Griffin.

Arabella baru menyadari sesuatu. Laki-laki itu membawa sebuah kotak yang ia letakkan di sofa, lalu kembali berdiri di hadapan Arabella.

“Nona, nanti malam Tuan Griffin ingin Anda menemuinya di red room. Diana, pelayan yang tadi memberikan Nona makanan, dia yang akan membantu Nona bersiap dan menunjukkan red room. Kenakanlah pakaian yang ada di boks itu,” jelas Alex.

Arabella hanya menatapnya dengan cengo, tidak mengerti apa pun.

Karena tidak mendapat sahutan dari Arabella, Alex mengintrupsi lagi, “Anda mengerti, Nona?”

“Tidak,” sahut Arabella. “Tidak, maksudku ... kau tahu kenapa aku ada di sini? Dan di mana ini? Aku ... kau tahu, aku bisa memberimu imbalan jika kau mau membantuku pergi dari sini.”

Terlihat jelas raut wajah Alex sangat tidak tertarik dengan penawaran yang Arabella berikan. Tentu saja, menjadi asisten sang penerus Anderson jauh lebih menguntungkan.

“Kau tidak percaya?” tanya Arabella merasa Alex meragukannya. “Aku bahkan bisa membeli mansion ini hanya dengan kedipan mata.”

Tentu saja aktris handal itu sedang memainkan perannya, tapi ia sedang berhadapan dengan Alex, asisten pribadi sekaligus tangan kanan seorang Griffin Anderson. Tentu Griffin tidak akan memilih seseorang yang tidak kompeten.

“Aku adalah Arabella Samantha ... aku aktris dan—“

Belum sempat Arabella menyelesaikan ucapannya, Alex lebih dulu memotong, “Nona, saya tahu siapa Anda. Dan saya tidak tertarik sedikit pun berada di pihak Anda.”

“Kau bercanda!” sahut Arabella. “Maksudku, ayolah pikirkan sekali lagi, aku ingin bebas dari tempat ini.”

“Anda tidak akan bisa, Nona,” katanya. “Bahkan jika akan sangat berusaha.”

“Kenapa?” todong Arabella.

Alex maju selangkah.

Berbisik pelan pada Arabella, “Karena Anda sudah menjadi milik Tuan Griffin Anderson.”

***

“Diana ... Nona bisa memanggil saya Diana,” kata wanita yang sedang membantu Arabella bersiap. Ia menyisir surai lembut milik Arabella yang berwarna kecokelatan.

Arabella menatap pantulan dirinya di cermin. Seperti biasa, ia terlihat sangat cantik. Kecantikannya merupakan salah satu faktor pendukung selain bakatnya yang membuat nama seorang Arabella Samantha begitu melejit.

“Apakah kau sudah lama bekerja di sini, Diana?” tanya Arabella.

Diana mengangguk. “Saya bekerja di sini sebelum Tuan Griffin dilahirkan.”

“Wow ... berapakah umur iblis itu?” tanya Arabella lagi. “Maksudku, umur tuanmu itu.”

“Tuan muda berumur tiga puluh tahun, Nona.”

Arabella tercengang. Pantas saja ia masih terlihat sangat muda dan tampan. Usia mereka hanya terpaut sembilan tahun.

Diana menyerahkan sebuah gaun berwarna putih pada Arabella. “Silakan Nona berganti pakaian.”

Gadis itu menurut. Ia masuk ke kamar mandi dan Diana menunggu di luar. Arabella mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tidak ada celah untuk kabur dari dalam kamar mandi selain dari pintu yang dijaga Diana.

Tapi ... Arabella bisa kabur dengan menipu wanita itu bukan? Ah, ya, itu ide yang sangat bagus. Mungkin, setelah ini Arabella tidak akan memiliki kesempatan lebih baik lagi untuk kabur.

Setelah Arabella mengenakan gaun tersebut, ia membuka pintu toilet dan sesuai dugaannya Diana menunggunya tepat di depan pintu.

“Diana, bisakah kau membantuku? Sepertinya ada yang salah di bagian belakang gaun ini. aku kesulitan dan kurang nyaman,” alibi Arabella.

Diana menurut saja dan melangkah masuk ke toilet.

Brak.

Tubuh Diana jatuh karena air sabun yang Arabella ciptakan.

Gadis itu menatap wanita paruh baya itu penuh sesal. “Maafkan aku Diana, aku harus melakukan ini.”

Lalu, gadis tersebut segera berlalu ke luar kamar. Arabella kaget bukan main ketika melihat betapa megahnya mansion itu. Entah bagaimana ia menemukan jalan keluar nantinya.

Tidak ingin membuang waktu, Arabella melangkahkan kakinya menelusuri koridor. Mencoba mencari tangga yang bisa membawanya ke lantai bawah.

Sial bagi gadis itu, ia tidak menemukannya. Tapi, Arabella menemukan sebuah lift. Arabella menekan lift tersebut, berharap pintunya segera terbuka. Ternyata ia berada di lantai tiga, lift naik dari basemen, dan berhenti tepat di lantai tiga.

Jantung Arabella hampir saja melompat dari tempatnya ketika yang berada di dalam lift tersebut adalah laki-laki yang tempo hari mengunjungi kamar di mana ia dikurung—

Ah, ya, Tuan Griffin Anderson, batin Arabella saat mengingat sosok itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status