“Ah ... Hores, berhenti ....” Kuku tangan Avanthe menancap di bahu pria yang menjadi ayah biologis Aceli. Hores menggila saat sedang melumat tubuhnya. Melesakkan kejantanan yang keras untuk menghujam Avanthe lewat percintaan panas. Hores menawarkan sensasi nikmat, namun di saat bersamaan Avanthe menjadi gelisah memikirkan Kingston. Dia mencoba menegahi Hores yang belingsatan menumbukkan diri. Terus merampas bibir Avanthe acapkali ingin melontarkan kalimat menghentikan tindakan menggairahkan. “Hores—“ panggil Avanthe tertahan ketika Hores kembali menggigit bibir bawahnya. “Sebentar, Love, kau bisa bicara setelah aku selesai.” Puncak Gunung Formon menjadi kebiasaan paling sering saat mereka ingin meleburkan hasrat bersama. Hores dengan sengaja meninggalkan rapat penting untuk merujak Avanthe yang begitu dirindukan. Beberapa hari terakhir dia memiliki kesibukan di gerbang neraka dan inilah waktunya menuntaskan hasrat yang memburu hebat. Avanthe memang sangat pandai. Membungkus kejan
Avanthe semakin mengusap wajah Kingston saat pria itu tidak mengatakan apa pun. Kekosongan di manik mata bercorak milik kakaknya luar biasa menghantam perasaan Avanthe ke dalam gelisah. Dia tidak ingin menatap Kingston yang seperti ini. Terlalu buruk terus membayangkan kalau – kalau Kingston tak akan bisa mencegah perasaan terpuruknya jatuh semakin karam. Sikap yang jelas – jelas sedang terungkap antara ratusan tahun lalu ketika Kingston menderita atas kepergian Arcadeaz, nyaris tak jauh berbeda dari apa yang Avanthe hadapi.Hanya saja, untuk kali ini Kingston masih ingin bicara. Bukan sepenuhnya diam. Berlagak seperti patung atau artefak paling menyedihkan. Meski demikian, itu tidak akan bisa membandingkan bagaimana rasa kehilangan, sekali lagi, memberi pengaruh buruk.Kingston mungkin harus menerima kenyataan bahwa kematian Arcadeaz mutlak di tangan Raja Osso, tetapi Pandora … sesuatu yang tak terbayangkan atau gigitan ular berbisa seolah menggambarkan sejarah baru tentang yang teru
Permintaan Avanthe belum mencapai sebuah kesepakatan, tetapi getaran ponsel Pandora telah menunjukkan kecemasan Chris. Tampilan layar yang terkunci dipenuhi notifikasi pesan masuk secara beruntun. Beberapa pertanyaan sempat terbaca, walau Kingston tidak menunjukkan reaksi apa pun selain mengabaikan rasa cemas Chris yang terungkap dari rentetan pertanyaan yang pria itu kirimkan.Selain akan menjadi hal sulit menjelaskan kondisi Pandora secara tertulis. Ada getaran jauh lebih berbahaya. Getaran yang sama dirasakan Avanthe sehingga perlototan itu jelas menunjukkan bagaimana Avanthe menahan napas menyorot wajah Kingston.“Perang ....”Dia berkata lirih ketika manik matanya bersirobok menginsyaratkan kepada Kingston suatu bahaya sedang mengintai. Hores dan perang. Keduanya bukan bagian dari keinginan Avanthe. Sudah dipastikan perang kali ini akan menjadi sebuah tragedi hingga pertumpahan yang besar.“Aku rasa perang ini sangat berkaitan erat dengan kosongnya energi bola rozilog,” ucap Avan
Aura mencekam dari Raja Vanderox telah menguasai seisi kerajaan Olimpyus. Kemunculannya menyebarkan ketegangan. Angin kematian seakan beradu satu dengan udara dingin membekukan. Tatap mata Raja Vanderox luar biasa keji. Menantang ke depan ketika serangan berlawanan arah lurus mendekat ke arahnya.Ketukan bahaya dari senjata dwisula milik Raja Vanderox seperti kilat yang menyambar. Postur besar dan mencengangkan menombak hingga menebas beberapa penjaga yang tumbang berserak di dalam istana.Keberadaan Pandora sudah tercicip begitu dekat. Hentakan Raja Vanderox tak gentar menimbulkan gejolak buruk yang menggetarkan sampai ke setiap ruangan di istana.Namun hanya ada satu ruang yang didatangi raja dengan hasrat membara. Pintu tertutup segera didobrak kasar. Sang tabib terlonjak nyaris tak mampu mempercayai sebuah pemandangan mengejutkan.Tabib segera mengambil langkah untuk mencegah kemungkinan yang akan terjadi. Melindungi Pandora dari gairah Raja Vanderox yang terungkap jelas saat tata
“Kau seharusnya beristirahat, Pangeran. Biar aku saja yang melakukannya.”Avanthe menelan ludah kasar memperhatikan bagaimana Kingston ... sedang tidak baik – baik saja tetap memaksa untuk mengobati Pandora yang telentang dengan kepala menyangga di pangkuan pria tersebut.Wajah yang pucat, hingga setiap gerakan kecil selalu membuat Kingston mendesis tertahan. Jujur, Avanthe merasa tidak tega harus mengamati tiap – tiap ekspresi Kingston yang meskipun hanya diam, pria itu jelas menyeret sikap khawatir Avanthe untuk memenuhi ketakutan yang mendesak – desak di benaknya.“Kau membuatku sangat terkejut saat tiba – tiba masuk dengan kondisimu yang seperti ini.” Ntah mengapa sejak perang berlangsung, Avanthe tidak sanggup menerawang ke depan sekadar memastikan keadaan yang tidak dia campuri. Seakan ada yang membatasi kemampuannya—dan itu salah satu bagian terburuk untuk terus dianalisis, karena sepertinya jawaban yang dicari tidak akan pernah ada.“Kak ....”Sejak awal perhatian Avanthe suda
Sesuatu yang halus, menusuk – nusuk di permukaan lengan Pandora merupakan salah satu alasan utama matanya mengerjap beberapa kali hingga langit – langit kabin menyeluruh terekam di dalam ingatan.Sedikit bergerak Pandora menyadari Kingston sedang menegadah di sandaran kaki ranjang. Rambut hitam itu yang membangunkan Pandora, yang tanpa pria itu sadari, tetapi kegiatannya masih sama di sana. Memijit kening yang licin dengan mata terpejam. Kadang – kadang sebelah lengan Kingston terangkat bersama sehelai kain hitam untuk dibiarkan membungkus hidung yang mancung.Di sela itu, bulir – bulir keringan terjun dari bagian pelipis, merambat turun melewati tulang pipi. Begitu pula kerongkongan Kingston naik turun seperti sedang menahan sesuatu. Cukup aneh bagi Pandora, karena tidak biasanya Kingston bersikap demikian.Dia meringis menarik diri bangun. Di antara yang lain aroma makanan menjamah indera penciuman Pandora. Tumpukan roti bakar, semangkok bubur, dan susunan buah terhidang di atas mej
“Ayo, Daddy. Kita ke sana!”Keputusan kembali ke Bristol tidak luput dari macam – macam permintaan Aceli. Gadis kecil itu selalu merengek acapkali melihat sesuatu yang menarik perhatian. Meskipun Kingston sering mengabaikan keinginan merepotkan itu. Tetapi Perjalanan nyaris satu setengah jam dari hutan menuju pusat Kota London, tak membuat Aceli menyerah.Lampu – lampu menghias di tengah lapangan itu memancing antusiasme hingga telapak tangan mungil Aceli menempel di kaca jendela, memperhatikan pelbagai wahana yang menjulang dengan mata berbinar, sekalipun dia sedang berada di atas pangkuan Pandora.“Berhenti, Daddy!”Kingston tidak segera mengiyakan. Namun dalam pengamatan Pandora pria itu merogoh sesuatu di balik kesibukan menyetir. Dompet hitam diarahkan kepadanya yang menatap dengan kening bertaut heran.“Lihat ... ada berapa uangku di sana.”Benar – benar di luar dugaan Pandora. Mau tak mau dia melakukan tindakan yang harus—sebagaimana memeriksa berapa jumlah uang yang pria itu m
“Raja, Anda mengalami cidera cukup parah.”Di istana bawah tanah potensi ketegangan semakin melonjak liar. Beberapa pemuka kerajaan menyayangkan peristiwa perang ternyata memberikan sebuah pengetahuan baru. Mereka jelas terkejut menyadari ada sesuatu yang berbeda dari pewaris Kerajaan Olimpyus. Kingston sulit dikalahkan, dan itu bukan sesuatu yang gampang dianggap remeh. Bahkan Raja Vanderox sekalipun mengakui kebenaran demikian.“Rhodes seperti memiliki energi tidak biasa. Dia lebih kuat dari yang kubayangkan,” katanya. Menciptakan pergolakan sengit ketika menatap lurus – lurus ke luar istana. “Tapi bukan berarti aku tak melakukan apa pun.”“Kekuatanku masuk ke dalam tubuhnya untuk membuat substansi bahaya. Perlahan – lahan Rhodes akan lenyap, karena kekuatan hitamku akan menggerogotinya sampai habis.”Seringai kejam transparan muncul sebagai suatu kepuasan. Raja Vanderox kemudian berpaling menghadap petugas istana.“Cari tahu energi apa yang muncul di saat bola rozilog dalam keadaan