Sampai jam sepuluh malam, tamu wanita suaminya itu belum juga pulang, padqahal dari pagi Jasmin belum makan apapun karena sibuk dengan masakan dan bersih-bersih rumah, tapi dia tak berani keluar kamar karena tak ingin membuat Arya marah dan semkin mempermalukan dan menghina dirinya di hadapan wanita bernama Gita itu.Sementara di luar kamar di teras belakang rumah, tampak Arya dan teman wanitanya mengobrol dengan serius, sesekali Gita yang duduk menempel di sebelah Arya menyandarkan kepalanya di bahu pria beristri itu, tak peduli jika ternyata sewaktu-waktu Jasmin yang notabene adalah istri dari pria itu memergoki perbuatannya."Arya, kenapa tiba-tiba kamu mengundang ku untuk datang ke rumahmu?" tanya Gita dengan suara yang di buat terdengar manja dengan kepala yang masih menyandar mesra di bahu Arya dan telunjuknya yang menggambar pola acak di dada bidang Arya, mencoba memancing hasrat pria itu.Jujur saja Gita merasa sedikit heran, selama ini dia se
Arya mendorong pintu itu dengan tergesa, saat pintu kamar itu terbuka, tampaklah Jasmin yang sedang terkulai lemah di lantai, entah sejak kapan gadis malang itu berada disana.Arya menghampiri tubuh istrinya yang tampak tak beraya itu, matanya setengah terpejam, wajahnya pucat dengan keringat dingin bercucuran di wajah an tubuhnya, bahkan tubuhnyapun terasa sangat dingin."Jasmin, Jasmin, bangun!" Arya menepuk-nepuk pipi istrinya pelan, guratan cemas tampak jelas di wajahnya.Tanpa berpikir panjang lagi dia mengangkat tubuh mungil istrinya tanpa kesulitan sedikitpun. Tak ada reaksi apapun dari Jasmin saat Arya membawa tubuhnya ke mobil dengan panik dan menidurkannya di bangku penumpang.Arya berkendara seperti kesetanan menuju rumah sakit, matanya sesekali melirik ke arah Jasmin yang tetap tak menunjukan reaksi apa-apa, bahkan kini bibirnya sudah membiru, pemandangan itu semakin membuat Arya menginjak pedal gas sedalam-dalamnya, entah mengapa
Beberapa hari berlalu, meski keadaan Jasmin belum pulih sepenuhnya, namun dia tetap menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan suaminya seperti tetap menyiapkan sarapan dan memasak untuk makan malam meskipun kadang tak tersentuh karena Arya pulang saat sudah larut malam dan mengatakan kalau dia sudah makan di luar.Sore itu entah mengapa Arya merasa sangat ingin pulang cepat, meski Gita terus merayu dan menggodanya dengan berbagai cara agar Arya tetap tinggal bersamanya lebih lama lagi, namun Arya bergeming, hatinya mengatakan kalau dia harus segera pulang. Arya tak ingin menyesal jika ini sebagai firasat buruk yang dia rasakan namun di abaikannya. Benar saja, saat dirinya baru saja hendak memasukan mobilnya ke halaman rumah, mobil mewah mertuanya sudah terlihat terlebih dahulu menempati carport rumahnya, sungguh keputusan yang tepat Arya memilih untuk pulang cepat, setidaknya dia bisa menunjukkan pada mertuanya kalau selma ini dia selalu pulang tepat waktu.
Perlahan dan dengan perasaan ragu juga jantung yang berdetak sangat kencang, Jasmin naik ke ranjang berukuran king size dengan seprei putih polos itu.Jasmin berbaring di tepi ranjang itu memberi jarak yang sangat jauh dari Arya yang terlentang di sisi sebelahnya."Aku tak suka di punggungi," ucap Arya saat Jasmin membalikan tubuhnya ke sisi berlawanan dimana Arya membaringkan tubuhnya."Maaf," lirih Jasmin yang lantas membalikan tubuhnya menjadi terllentang seperti yang dilakukan Arya saat ini.Satu, dua, sampai tiga jam berlalu belum ada satupun diantara mereka berdua yang berhasil terlelap, mereka berdua hanya saling membisu menatap langit-langit kamar, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing yang entah melqyang kemana."Kenapa kau belum juga tidur?" ujar Arya pada akhirnya setelah waktu hampir menunjukkan pukul dua belas malam."Emh, maaf kak, aku tidak terbiasa tidur dalam keadaan lampu menyala." Jujur Jasmin.Ary
Seperti mendapat lampu hijau dari Jasmin, Arya semakin bersemangat dalam melakukan aksinya, Antara bingung, takut, dan menikmati apa yang dilakukan Arya padanya, Jasmin hanya bisa terdiam, jujur saja ini pengalaman pertama baginya dalam hal-hal seperti ini, sungguh dia tak tau apa yang harus dilakukannya pada saat seperti ini.Arya yang sudah sangat berpengalaman dalam menggauli perempuan itu dengan cekatan sudah meloloskan seluruh kain penutup di tubuh Jasmin, merasa malu, Jasmin berusaha menutupi bagian atas dan bawah tubuhnya dengan kedua tangannya, wajahnya pun terlihat sangat memerah karena malu, untung saja lampu dimatikan, sehingga Arya tak begitu melihat rona itu di kedua pipi Jasmin yang terasa memanas."Lepas, jangan ditutupi!" Arya menyingkirkan kedua tangan istrinya agar tak menutupi bagian bagian indah yang sangat menggoda dan menarik perhatiannya itu.Otak dan jiwa Arya sudah ditutupi oleh kabut gairah sehingga tak ada logika dan ak
Arya meraba raba kasur disebelahnya, namun sayangnya terasa kosong, tak ada sosok wanita yang tadi memuaskannya sampai dia terlelap kelelahan, hampir lima tahun lamanya tak melakukan hubungan suami istri membuat dirinya seakan kewalahan melawan nafsunya sendiri.Waktu masih menunjukkan pukul setengah empat pagi saat Arya melirik jam yang menggantung di dindingnya dengan susah payah, matanya masih sangat terasa berat saat dipaksa untuk melihat angka di dinding kamarnya itu.Kepalanya memutar ke semua penjuru kamarnya, merasa tak menemukan sosok Jasmin dimanapun, membuat pria yang masih belum mengenakan pakaiannya itu beranjak dari ranjang dan memunguti celananya yang tergeletak di lantai, lantas memakaianya dengan malas. Samar-samar terdengar suara isakan tertahan dari arah balkon kamar, membuat Arya menajamkan pendengarannya dan mencari-cari dari mana arah sumber suara itu.Perlahan Arya mendorong sedikit pintu balkonnya yang ternyata tak te
"Kak, apa aku boleh bekerja?" tanya Jasmin takut takut.Dirinya sering sekali merasa bosan sendirian di rumah karena Arya hampir setiap hari pulaang larut malam, hanya pagi seperti ini saja dia bisa bertemu dengan suaminya, dan malam kalau Arya sedang ingin menuntaskan hasratnya, selebihnya bahkan mereka hampir tak pernah saling bicara satu sama lain.Sudah hampir tiga bulan Jasmin menjalani pernikahan tak normalnya ini dengan Arya, dia selalu menjalani semua kewajibannya sebagai seorang istri, baik itu kewajiban di dapur maupun di kasur.Sayangnya dia tak pernah mendapatkan haknya sebagai istri, Arya tak pernah memberinya uang bulanan, meski kebutuhan rumah selalu dia cukupi dengan cara membelikan kebutuhan dapur dan lain lainnya, namun tak pernah sekalipun membelikan kebutuhannya,sebagai wanita tentu saja dia juga punya banyak kebutuhan untuk dirinya pribadi, namun rasanya begitu sungkan untuk meminta pada Arya, uang bulanan yang normalnya suami berikan pad
Ini hari ke empat Jasmin bekerja di hotel milik keluarganya yang masih merupakan anak perusahaan milik ayahnya dan kini di kelola Dimas, membantu sang kakak dengan menjadi wakilnya, sekaligus memastikan kalau Dimas bekerja dengan baik dan benar sesuai amanat yang di berikan Bagas padanya.Blue Palace hotel yang merupakan hotel berbintang itu menjadi tempatnya menerapkan ilmu yang di timbanya selama ini, sehingga Jasmin bisa mematahkan anggapan orang-orang kalau dirinya bekerja di hotel itu hanya karena hotel tempatnya bekerja adalah milik keluarganya, namun memang sesuai dengan jurusan public relation yang selama ini di pelajarinya.Siang itu Jasmin mengernyitkan keningnya dan mengurungkan niatnya saat akan bertemu Dimas di ruangannya yang berjarak beberapa meter dari ruangannya, Jasmin menghentikan langkahnya tepat di muka pintu ruang kerja Dimas yang tak tertutup sempurna, Gita seorang wanita yang pernah berkunjung ke rumahnya menemui suaminya itu kini terli