Revan mencondongkan tubuhnya mendekat. Jantung keduanya berpacu. Paras cantik di hadapannya membuat Pria itu ingin melahapnya bulat-bulat.Flora menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menutup matanya rapat. Revan mengulum senyum melihat tingkah wanita yang dia gendong."Aku tidak bisa membuka pintu dengan kaki Flo," ucap Revan berbisik.Suara pintu terbuka, Revan membawa Flora masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Mata Flora membulat, wajahnya memerah karena malu.Ingin sekali Revan mencubit wanita yang saat ini masih menutupi wajahnya itu karena gemas. Pria itu mengayunkan langkahnya pergi dari kamar.Setelah kepergian Revan, Flora membuka tangannya. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar."Astaghfirullah Flo, apa yang kamu pikirkan!" ucap Flora memukul kepalanya sendiri.Rasa malu Flora sampai ke ubun-ubun, ingin sekali dia menghilang dari muka bumi ini. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana saat bertemu dengan pria itu lagi.Di luar kamar, Revan bersandar di pint
Key dan Rey naik ke dalam mobil. Flora sudah duduk cantik di kursi depan. Revan berpamitan pada Lidya."Terima kasih Tante, saya mau pulang dulu." Revan meraih tangan Lidya dan mengecupnya."Tolong jagain Flo sama anak-anak yaa, bandel banget kalau di bilangin," ucap Lidya cemas yang melihat kondisi Flora tidak baik-baik saja."Di rumah ada si mbok yang ngerawat Flora kok, Tante jangan khawatir. Nanti Revan juga sering main ke rumah Flora," jawab Revan melempar senyum teduh.Lidya mengangguk kepalanya pelan. Dia merasa lega, meskipun anaknya tidak memiliki suami. Tapi dia memilih seorang yang selalu ada untuknya."Jangan lama-lama ya, yakinkan Flo." Lidya mencengkram erat tangan Revan."Iya Tante, restu Tante adalah penyemangat Revan," jawab Revan menepuk pelan tangan Lidya.Revan melepas jabatan tangan dan naik ke dalam mobil. Di saat yang bersamaan Sebuah mobil masuk ke halaman rumah Flora.Semua pasang mata menyipit karena cahaya lampu mobil tersebut. Maklum saja, langit masih gela
Dion berdiri di ambang pintu. Dia menatap nanar ke arah Wanita yang tertidur lelap. Untungnya air yanng masuk ke dalam tubuhnya tidak terlalu banyak, jadi dia bisa pulang saat dia sudah sadar.Pria itu membuka pintu dan duduk di samping ranjang. tangannya mengelus lembut perut buncit yang berisi darah dagingnya.Di saat yang bersamaan, perut wanita itu bergerak seolah menyambut hangat sentuhannya. sesuatu di dalam sana bergerak aktif.Mata Pria itu bekaca, jantungnya bergetar hebat. Semua rasa yang dia rasakan sulit untuk di dripsikan."Mas Demian," ucap Rebecca lerih.Perlahan wanita itu membuka matnya. matanya mengeryit menyapu ruangan yang benuansa putih. Dia terkejut saat melihat pria yang duduk menjaganya."Ngapain kamu di sini?" ucap Rebecca terperanjat dan segera bangun dari tempat tidur."Jangan bangun, kondisimu masih lemah," ucap Dion menggenggam tangan Rebecca.Wanita itu mengibaskan tangan Dion dan mundur teratur. Dia menatap cemas ke seluruh ruangan, mencari sosok yang di
Mobil masih berjalan dengan kecepatan rendah. Di belakang Anak-anak sudah tertidur pulas. Pria yang duduk di belakang kemudi cukup telaten mengurus kedua anak itu.Dia menata kursi sedemikian rupa dan menaruh bantal, tidak lupa dia memberi selimut pada keduanya."Mau minum kopi dulu?" tanya Flora melempar pandangan."Nggak perlu, kita langsung pulang aja," jawab Revan."Kita langsung pulang aja, gimana?" lanjut Revan menginjak pedal gas.Flora hanya mengangguk pelan. Pandangannya tertuju pada matahari yang mulai menampakkan diri. Cahayanya membuat langit malam memudar."Mikir apa?" tanya Revan saat melihat Wanita di sampingnya termenung.Raut kesedihan menghiasi wajah cantiknya. Bibirnya masih bungkam, enggan mengutarakan segala rasa yang menyelimuti hatinya."Pasti Rebecca kan?" tebak Revan.Terdengar helaan napas panjang. Persisi seperti tebakan Revan. Wanita di sampingnya pasti mersa bersalah. Padahal musibah yang di alami Wanita tersebut bukanlah salahnya."Aku tidak tau pasti Reb
Mobil Revan berhenti di halaman rumah Flora. Si Mbok berhamburan berlari untu membuka pintu utama. Wanita tua itu memberi sambutan hangat pada sang Nyonya."Mbok ada orang lain nggak? Anak-anak masih ketiduran di belakang." Revan turun dari mobil."Ada Pak Bejo kok Den, nanti biar di bawa ke kamar mereka," jawab Si Mbok.Revan mengangguk dan membuka pintu depan. Dia meraih tubuh Flora dalam gendongan. Mata Si Mbok terbelalak saat melihat kondisi sang Nyonya."Nyonya kenapa?" tanya Si Mbok terkejut."Cuma keseleo aja kok Mbok," jawab Flora ramah.Revan menggendong Flora dan masuk ke dalam rumah. Bila kemarin pria itu tak henti menggodanya. Tidak kali ini, Wajahnya beku bagai danau musim dingin yang berubah menjadi lapangan sky.Flora hanya bisa terdiam, dia cukup tau mengapa pria itu berubah dan tidak ingin memperpannjang masalah ini."Di mana kamarmu?" tanya Revan menghentikan langkah kainya saat melewati anak tangga terakhir."Sebelah sana," jawan Flora sambil menujuk kamar di sebelah
Seorang Wanita baru saja bangun dari tidurnya. Bibir tipis merona itu mengerang kesakitan saat kakinya di gerakkan."Oiya, lupa. Astaghfirullah sakit banget," keluh Flora saat teringat kalau kakinya masih di pasang gips.Dengan hati-hati dia menggeser duduknya dan bersandar di kasur. Tak lama kemudian terdengar suara riuh suara hentakan kaki."Momy sudah bangun?" tanya Rey yang berlari kecil mendekati sang mama.Dari arah belakang, Key datang dengan langkah santai dan sesekali mengucek matanya. Keduanya duduk di samping Flora dan menatap Wanita itu penuh selidik.Kedua bola mata bulat indah itu menampakkan kecemasan. Melihat dua wajah imut ini membuat Flora gemas dan mendaratkan kecupan pada keduanya. "Momy sudah sembuh, hanya perlu belajar berjalan saja," ucap Flora menjelskan keadaannya. Dia tidak mau dua malaikat kecilnya itu merasa sedih.Melihat keduannya bisa terdenyum dan bersemangat melanjutkan hidupnya saja dia sudah cukup bahagia."Om Revan di mana Mom?" tanya Key.Alis Fl
Revan semakin mendekat. Wajah mereka sangat dekat saat ini. Bahkan hembusan nafas hangat satu sama lain bisa mereka rasakan saat ini. Hingga Pria itu mulai sadar.Pria itu reflek mendorong sang wanita dan mundur lima langkah ke belakang. Revan menarik napas panjang saat melihat wanita itu terjatuh."Maaf, saya ganti baju sebentar. Kau bisa siapkan semua berkasnya di dalam." Revan melangkah pergi meninggalkan Wanita itu begitu saja.Rasa tidak berdaya ini telah membuatnya hampir melakukan hal gila yang tidak pernah dia bayangkan. Semoga saja Wanita itu tidak membuat rumor di kantor seperti kebiasaanya.Pria itu seger mengayunkan kakinya menuju ke kamar. Dia masih sibuk bersiap. Tanpa dia ketahui sudah banyak pesan masuk di ponselnya yang tergeletak di atas kasur....Demian menggndong bayi cantik yang masih merah. Matanya masih terpejam, wajah tenangnya membuat pria itu gemas.Di sampingnya, Rebecca masih terdiam dan menahan rasa sakit pada tubuhnya. Bekas oprasiu di pangkal perutnya
Agnes duduk di ruang tamu. Matanya menatap sekelilingnya. Semua barang di susun rapi, hal ini membuat rasa tertariknya pada Atasannya semakin kuat.Dia bersyukur Bos Janda itu izin selama sepekan. Dengan seperti ini dirinya bisa berjuang untuk mendekati Pria tampan dengan segudang kesempurnaan ini.Seorang Pria baru saja keluar dari kamar. Masih sama seperti biasanya. Pria itu tampak begitu gagah dan mempesona di balik balutan setelan jas berwarna coklat."Apakah berkasnya sudah siap?" tanya Revan yang duduk di hadapan Agens."Sudah Pak, Anda bisa mengeceknya," ucap Agnes terbata dan mengulurkan beberapa map yang ada di tangannya.Dengan wajah datar Revan meraih map itu dan menelitinya. Agnes benar-benar tidak bisa berkedip saat melihat paras tampan itu menunjukkan pose serius.Hidung mancung, bibir tipis merona, mata tajam, dan di tambah dengan kharisma yang begitu melekat pada dirinya membuat semua Wanita meleleh saat di dekatnya."Jadi setelah ini kita harus ke mana?" tanya Revan d