“Jangan pedulikan para wanita! Persamaan subjek apa yang bisa Kamu dan Tn. Figo mungkin harus dibicarakan? Dan kenapa aku melihat kerutan di antara kamu alis, sekarang kamu sudah selesai dengannya? sebuah kerutan yang tentu saja tidak di sana sebelum kamu mengadakan konferensi pribadi bersama?” Sebelum menjawab, Sir Martin mempertimbangkan apakah dia harus mengajak Alucia masuk kepercayaan dirinya atau tidak. Upaya untuk mengidentifikasi “wanita” Mark yang tidak disebutkan namanya dia bertekad untuk melakukannya, akan membawanya ke Craig Fernie, dan pasti akan melakukannya akhirnya mewajibkan dia untuk menyapa Shane. Pengetahuan mendalam Alucia temannya pasti bisa berguna baginya dalam hal ini keadaan; dan kebijaksanaan Alucia harus dipercaya dalam segala hal Kepentingan Miss Amanda sangat memprihatinkan. Di sisi lain, ada kehati-hatian sangat diperlukan, dalam kondisi informasinya yang tidak sempurna saat ini dan kehati-hatian, dalam benak Sir Martin, membawa dampaknya. Dia m
"Ya. Apa itu?" “Siapakah tuan-tuan yang tinggal di rumah ini?” Alucia melihat sekelilingnya lagi, tiba-tiba merasa heran dan khawatir. rasa takut yang samar-samar menguasainya hingga pikiran Shane melemah karena beban yang berat masalah ada di atasnya. Shane tetap memaksakan permintaan anehnya. “Cari nama mereka, Alucia. Aku punya alasan untuk ingin tahu siapa orangnya tuan-tuan adalah yang tinggal di rumah.” Alucia mengulangi nama-nama tamu Nyonya Lylia, dan melanjutkan hingga akhir tamu yang datang terakhir. “Dua lagi kembali pagi ini,” dia melanjutkan. “Arnold Brinkworth dan temannya yang penuh kebencian itu, Tuan Figo.” Kepala Shane kembali bersandar di kursi. Dia telah menemukan jalannya tanpa menimbulkan kecurigaan akan kebenaran, terhadap satu-satunya penemuan yang telah dia dapatkan ke Windygates untuk dibuat. Dia berada di Skotlandia lagi, dan dia baru saja tiba dari sana London pagi itu. Hampir tidak ada waktu baginya untuk berkomunikasi Craig Fernie se
Pembicaraan, disela sejenak (topik, Politik dan Olahraga dan kemudian, ketika diperlukan perubahan, Olahraga dan Politik), dilanjutkan kembali sepanjang tahun meja. Di bawah kedok percakapan, dan di sela-sela penerimaan perhatian tuan-tuan, Alucia berbisik kepada Sir Martin, “Jangan mulai, paman. Shane ada di perpustakaan.” (Tuan Smith yang sopan menawarkan ham. Dengan penuh rasa terima kasih ditolak.) “Berdoa, berdoa, berdoa pergilah kepadanya; dia menunggu untuk bertemu denganmu dia ada di dalam masalah yang mengerikan.” (Tuan Jones yang gagah berani mengusulkan kue tart buah dan krim. Diterima dengan ucapan terima kasih.) “Bawa dia ke rumah musim panas: Aku akan mengikutimu saat aku mendapatkannya peluang. Dan segera kelola, paman, jika kamu mencintaiku, atau kamu akan terlambat.” Sebelum Sir Martin sempat membalas sepatah kata pun, Nyonya Lylia memotong kue komposisi Skotlandia terkaya, di ujung lain meja, di depan umum menyatakan bahwa itu adalah “kuenya sendiri,”
”Sudah kubilang aku butuh makanan dan istirahat.” Ada nada baru yang aneh dalam suara lelaki itu. Sedikit kasar.”Kau sudah beristirahat.””Maksudku tidur, Miss Azura. Aku butuh tidur.””Maksudmu… kau ingin tinggal di sini?” tanya Azura terkejut.”berapa lama?””Sampai aku memutuskan untuk pergi,” sahut lelaki itu tenang.Ia menyeberangi kamar dan menyalakan lampu di samping tempat tidur Azura.”Tidak mungkin!” Lelaki itu kembali ke tempat Azura berdiri di dekat pintu dan meraih tangannya. Ditariknya Azura di belakangnya.”Kau tidak dalam posisi untuk berdebat. Aku memang belum mencelakaimu, tapi itu tidak berarti aku tidak akan melakukannya kalau terpaksa.””Aku tidak takut padamu.””Kau bohong.” Lelaki itu menyeretnya ke kamar mandi yang berhubungan dengan kamar tidur dan membanting pintu.”Atau kau mestinya takut. Dengar baik-baik,” katanya dengan gigi dikatupkan.Ada sesuatu yang mesti kulakukan, dan tidak ada seorang pun yang bisa mencegahku, apalagi seorang putri kulit putih sep
”Namaku Rodriguez .”Suaranya pelan dan serak, seperti angin padang pasir.Suara itu lembut, Tapi Azura Tidak terkecoh karenanya. Seperti halnya angin, Si Pemilik Suara Pasti Bisa berubah ganas Kalau terdesak. Dan mengingat Siapa Pemilik Suara Itu, kemungkinan yang ditakutkannya tersebut mungkin saja terjadi. Nama Rodriguez Sudah berkali-kali disebutkan di Acara-Acara TV Dan Radio sepanjang Hari Itu. Semalam Aktivis keturunan indian itu melarikan diri daripenjara Alcatraz di San Francisco , yang jauhnya sekitar delapan puluh kilometer. Pihak-pihak yang berwenang sedang menyisir seluruh daerah itu untuk mencari pelarian Tersebut.Dan ternyata orang ini berada di dapurnya!”Aku butuh makanan. Dan istirahat. Aku tidak akan menyakitimu kalau kau mau bekerja sama,” katanya di Telinga Azura.”Kalau Kau Mencoba berteriak, AkuTerpaksa mesti menyumbat mulutmu.Mengerti?” Azura mengangguk, dan lelaki itu melepaskan bekapan tangannya dengan hati-hati.Azura langsung Megap-Megap Menarik Na
dengan mata sekeras kristal. Rasa harga diri membuat Azura tak mau memohonmohon, apalagi ia yakin kalaupun ia memohon, lelaki itu tidak akan tergerak sedikit pun.Dibukanya kancingnya satu per satu.”Cepat!” Azura menatap lelaki telanjang yang hanya berdiri beberapa meter darinya itu.Rodriguez dengan tenang Membalas tatapan marahnya. Sengaja Azura berlama-lama melepaskan kancing-kancingnya, untuk menguji kesabaran si lelaki. Akhirnya semua kancing sudah dibuka.”Lepaskan pakaianmu.” Rodriguez membuat gerakan tegas dengan pisaunya.Sambil menunduk Azura melepaskan blusnya, tapi lalu menggunakannya untuk menutupi dadanya.”Turunkan.” Tanpa menatap lelaki itu, Azura menjatuhkan blusnya ke lantai.Setelah melewati keheningan yang panjang, lelaki itu berkata,”Sekarang yang lainnya.” Saat itu sedang musim panas di San Francisco. Azura menutup studionya lebih awal sore itu, sebab ia tak punya janji temu lagi. Setelah berolahraga di klub kesehatan, ia pulang hanya mengenakan rok, blus, dan
Di depan bar ada sederetan kursi tinggi dengan alas vinil merah. Setidaknya dulu pernah berwarna merah, meski sekarang hanya tampak berwarna gelap kotor dan berminyak. Hanya tiga kursi yang diisi. begitu pintu tertutup kembali, tiga pasang mata jahat menoleh dan menelusuri sosok mereka dengan curiga. Salah satu di antara ketiga orang itu adalah seorang perempuan pirang bermakeup tebal yang duduk mengangkat kaki ke kursi di sampingnya. Ia sedang mengecat kuku jari kakinya.”Hei, Ray, ada tamu,” teriaknya. Ray adalah lelaki tambun yang ada di belakang bar.Ia sedang asyik menonton opera sabun di televisi yang dipasang tinggi di sudut, sepasang lengannya yang sangat besar bertumpu di kulkas.”Kau saja yang melayani,” ia balas berteriak tanpa mengalihkan mata dari layar.”Kukuku belum kering.” Ray memaki dengan ucapan kotor yang dikira Azura hanya bisa dibaca di temboktembok WC umum di pelabuhan.Ray beranjak meninggalkan kulkas dan menatap mereka dengan pandangan marah. Azura melihatny
SAMbIL membuka topi, polisi itu mengusap dahinya yang berkeringat dengan bagian lengan seragamnya. Azura duduk tegak dan memperhatikan. Seragam yang dikenakan orang itu adalah seragam sherif, setidaknyaseragam seorang deputi.”Stella, satu bir untukku,” seru lelaki itu begitu pintu tertutup di belakangnya.Si pramusaji berambut pirang menoleh dan tersenyum lebar melihatnya. Rupanya mereka sudah akrab.”Hm, coba lihat siapa yang datang.” Si pramusaji bersandar di bar, dengan pose yang membuat payudaranya yang besar tampak sangat mengundang.Sherif itu tersenyum mesum padanya.”Kangen aku, ya?””Huh, tidak,” sahut si pramusaji sambil merangkul leher Sherif yang kemerahan ketika lelaki itu mencondongkan tubuh ke arahnya dari kursi tingginya.”Kau kan tahu aku. Tidak ketemu, ya tidak dipikirkan.””Sudah dua hari ini aku mencaricari seorang buronan sialan yang sama sekali tidak ketahuan di mana batang hidungnya. Aku butuh bir dingin dan perhatian yang manis.””bir dan perhatian? Urusanny