Share

23 > Pembuktian

"Uhk." Mery meraih botol minum dan menenggaknya hingga tersisa setengah. Di balik bias botol bening itu dia melirik wajah Aldevan. Selesai minum, Mery mengatur napasnya yang memburu.

"Kenapa? Lo nggak terima? Gue nggak terima penolakan."

"Hah?"

"Hah hah mulu, lo ngerti nggak?"

Mery manggut-manggut paham masih setengah tak percaya.

Jika dikategorikan, Mery mungkin bingung harus memasukkan ucapan Aldevan dalam kategori mimpi atau nyata. Antara percaya atau tidak, mau tidak mau Mery mencubit pipinya sendiri.

"Aww." 

Setelah itu, barulah Mery sadar, dia mengerjap tidak percaya. Ini benar-benar nyata woi! Bukan mimpi. Sementara Aldevan di hadapannya hanya mengulum senyum.

"I-ini seriusan, gu-gue nggak mimpi ya?" ujar Mery, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bagaimana bisa ini terjadi secara mendadak, kalau pake cara romantis sih Mery mau saja.

Aldevan berdecak. "Masih nggak percaya? Oke gue

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status