Bab 35"Besok aja ya? Mas capek hari ini," elak Elang. Ia belum siap melihat reaksi dua istrinya jika bertemu dalam satu waktu."Tapi Mas mau kan ajak aku ketemu sama dia?"Elang mengangguk lemah. Ia tak punya pilihan lain selain menerima permintaan Kayla ini, tapi tidak hari ini. Minimal Sabrina harus diberi tahu lebih dulu.Sebagai suami yang baik, Elang mencoba untuk belajar menjadi adil. Ia tak mau berat sebelah dan membuat salah satu istrinya tersakiti. "Tenang, jangan berpikir aku akan marah pada perempuan itu. Aku hanya ingin berkenalan lalu melihat bagaimana wajah wanita yang menjadi maduku, ibu dari calon anak ku." Kayla meraih tangan Elang untuk digenggamnya. "Lumrah memang jika kamu marah, tapi semua itu tidak lepas untuk kebaikan kita sendiri nantinya. Misalnya Sabrina lebih dulu hamil, anak itu bisa jadi pancingan buat kamu agar bisa cepat hamil," balas Elang sambil terus mengamati tiap perubahan dalam wajah Kayla.Wajah Kayla masih tampak belum legowo dengan semua ini
Bab 36Dalam perjalanan ke kantor, Elang masih terus memikirkan bagaimana jika kedua istrinya bertemu. Luka di mata Kayla membuat Elang makin merasa gelisah. Bagaimana jika setelah pertemuan itu luka di hati Kayla makin lebar? Bagaimana jika Kayla tak dapat menerima kehadiran Sabrina dan memilih mengakhiri pernikahan mereka? Atau yang paling parah bagaimana jika di sana Kayla memporak-porandakan rumah Sabrina?Tak mau tenggelam dalam rasa gelisah, Elang mengambil ponselnya. Ia harus berbicara dengan Sabrina."Assalamualaikum, Mas." Sabrina berujar setelah menggeser tombol gagang warna hijau dalam layar. Ia bersemangat sekali ketika melihat nama sang suami tertera dalam layar. "Waalaikum salam, Sayang. Kamu lagi apa?" tanya Elang basa basi, sekaligus mengulur waktu untuk menyiapkan hatinya mengutarakan apa yang sedang mengganjal dalam benaknya."Aku lagi santai aja, baru bangun juga. Mas tumben pagi-pagi telepon? Udah di kantor ya?" Sabrina mengubah posisi duduknya. Ia menyandarkan pu
Bab 37"Kenapa, Rin?" tanya Fitri saat Sabrina sibuk menatap ponselnya.Mendengar pertanyaan Fitri, Sabrina meletakkan benda pintar yang baru saja dibukanya. Ia berusaha terlihat biasa saja setelah pandangannya beradu dengan sahabatnya itu."Ngga apa-apa, kok. Eh gimana kabar kamu? Sudah lama aku kehilangan kontak kamu. Mau minta ke Ibumu tapi aku udah keburu kena masalah kayak gini." Sabrina mengalihkan pembicaraan."Baik, alhamdulilah. Kamu sendiri gimana bisa menikah mendadak gitu? Mana suamimu?" tukas Fitri penasaran. Kabar yang ia dengar di kampung membuatnya iba pada sahabatnya itu akan tetapi ia tak dapat membantu sedikitpun."Aku coba hubungi kamu tapi nomer kamu ngga aktif." Fitri menyambung ucapannya."Iya. Sejak bapak meninggal, hidupku ngga sama seperti dulu. Beberapa barang penting terjual untuk biaya berobat bapak, termasuk ponsel. Barang berharga cuma motor yang biasa kupake kerja itu aja. Makanya aku pengen banget kabari kamu pas aku tinggal di sini tapi aku ngga ada n
Bab 38"Mas Devan?" pekik Sabrina kaget. Kakinya mundur satu langkah untuk menghindari sentuhan fisik dengan laki-laki tersebut."Kamu apa kabar?" Senyum miring tercipta dari bibir Devan untuk Sabrina. Tatapan nyalang pun tak lepas dari wajah oval milik laki-laki yang telah lama mengharapkan Sabrina untuk menjadi pasangannya."Mas ngapain kesini? Kok tahu rumahku?" cecar Sabrina bingung. Ia khawatir jika Devan berbuat macam-macam padanya sebab ia hanya sendirian saja di rumah itu."Bukan hal yang sulit untuk mencari tahu keberadaanmu. Mendapatkan nomor istri suamimu saja Mas bisa. Bagaimana dengan suamimu? Pasti sudah terjadi perang besar kan? Istri pertamanya tahu kalau kamu adalah wanita simpanan suaminya."Sabrina mengerutkan dahi. Ia tak menyangka jika pelakunya adalah Devan, laki-laki tampan yang terkenal ramah di kampung halamannya. "Apa tujuan Mas melakukan itu?" ucap Sabrina sarkas.Devan terkekeh. Ia melihat ke dalam ruang tamu yang tampak rapi dan bersih. "Jangan emosi. Apa
Bab 39Elang berjalan mengitari mobil menuju sisi pintu dimana terdapat Kayla di dalamnya. Ia membukakan pintu dan mengulurkan tangannya untuk membantu Kayla turun dari mobil.Kayla bergeming. Ia membiarkan tangan Elang terangkat di udara tanpa balasan."Ayo, Sayang. Itu Sabrina sudah nunggu," ucap Elang yang membuat Kayla mengerjapkan matanya.Helaan napas panjang berembus dari hidung Kayla. Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya ia menyambut uluran tangan sang suami.Sementara itu, di depan mereka Sabrina sedang menunggu dengan senyum yang terkembang di bibirnya. Ia bersemangat untuk menyambut kakak madunya itu dengan hati yang penuh rasa khawatir."Sayang, kenalkan ini Sabrina," ujar Elang saat keduanya sudah berada di hadapan istri kedua Elang itu.Kayla masih terdiam mengamati wajah di depannya yang rasanya tak asing. Sejenak, ia menyusuri ingatannya untuk mencari kepingan wajah Sabrina dalam ingatannya."Hai, Mbak. Kenalkan aku Sabrina," ujar Sabrina dengan tangan terulur di d
Bab 40"Mbak?" lirih Sabrina dengan raut tak paham dengan ucapan Kayla. Kayla mengerjapkan matanya. Ia menyadari bahwa ucapan terlalu frontal. "Ah iya. Maaf. Aku senang kamu sudah akrab dengan mereka," balas Kayla kemudian."Alhamdulillah. Mereka semua baik, termasuk Mbak yang mau menerimaku di sini." Sabrina mengulum senyuman. Kayla tersenyum sumbang. Akan tetapi di dalam hatinya penuh gemuruh yang sedang coba ia kendalikan."Mereka terlalu baik memang, sampai mengizinkan kamu masuk dengan mudahnya di rumah ini." Lagi, Kayla berusaha mengutarakan rasa keberatannya atas keadaan ini."Ceritanya panjang, Mbak. Aku ngga serta merta masuk begitu saja," bela Sabrina. Ia tidak mau dianggap demikian oleh Kayla."Iya, Mas Elang sudah cerita banyak sama aku. Beruntung aku belum punya anak, kalau aku sudah bisa memberikan mereka keturunan mungkin sudah lain ceritanya." Kayla menatap Sabrina dengan pandangan tegas. Ia makin mendekati Sabrina yang tengah berdiri di depan kompor yang menyala.Sa
Bab 41"Biar kubantu," ujar Kayla menghentikan langkah Sabrina. Ia hendak berdiri untuk membawa sisa makanan yang ada di atas meja makan."Ngga usah, Mbak. Bersantailah, biar aku yang bersihkan ini," balas Sabrina sambil membawa setumpuk piring kotor bekas makan malam mereka ke dapur."Baiklah." Urung melangkah, Kayla kembali duduk.Sabrina membalas ucapan Kayla dengan senyuman, kemudian melangkah menuju dapur sambil membawa piring kotor tersebut.Di depan Kayla masih ada Bu Laras dan Pak Rahardjo. Keduanya sedang menikmati buah jeruk yang tadi dibeli oleh Sabrina di supermarket.Sementara di samping Kayla ada Elang yang tengah sibuk dengan ponselnya. "Kay, sekarang kan kamu sudah tahu dengan pernikahan kedua Elang ini. Mama harap, kamu tidak keberatan jika Elang membagi waktunya untuk kamu dan Sabrina." Bu Laras mulai bersuara. Tangannya sedang mengupas buah jeruk yang disediakan Sabrina sebagai pencuci mulut.Kayla refleks menoleh. Ia mengabaikan ponselnya yang sedang menyala demi
Bab 42Sabrina menjauhkan ponselnya dari telinga sebab suara Devan yang memekik. Dadanya mendadak berdebar mendengar teriakan lelaki di ujung panggilan itu."Maaf banget, Mas. Maaf. Aku sudah bersuami sekarang," lirih Sabrina mencoba mengendalikan suasana."Lalu aku harus bagaimana sekarang? Aku sudah terlanjur seperti ini demi kamu. Aku sudah punya kerjaan tetap sekarang. Aku sudah siap untuk meminangmu, mengambil alih tanggung jawab atas dirimu dari orang tua mu. Tapi kenapa kamu malah menolakku?!"Sabrina memijat dahinya yang mulia terasa pening. Sifat keras kepala yang dimiliki Devan membuatnya takut. Lelaki itu bisa saja melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang ia mau. Termasuk berbuat kasar padanya, seperti kemarin."Ikhlaskan, Mas. Masih banyak perempuan lain yang lebih baik dari aku. Yakinlah, Mas pasti akan bahagia.""Bahagiaku cuma kamu, mengertilah, Sa. Aku cinta sama kamu. Sekian tahun aku berjuang demi bisa memperistrimu, aku mengabaikan teman-teman yang mengajakku jal