Revanno tidak pernah menyangka kalau hal itu akan terjadi. Ia memang sangat membenci Cheryl dan bahkan juga sempat ingin membunuh wanita itu. Namun, melihat tubuh Cheryl tergeletak di tengah jalan dengan berlumuran darah seperti tadi adalah hal yang tidak pernah Revanno bayangkan sebelumnya. Ia tadi juga sempat ikut mengantar Cheryl ke rumah sakit bersama dengan kedua orang tua Cheryl. Namun, karena keadaan yang tidak mendukung akhirnya Revanno memutuskan untuk pergi dari sana. Meninggalkan orang tua Cheryl yang sedang menangisi nasib anaknya yang di nyatakan mengalami koma oleh para tim dokter.
Kini Revanno sedang menemui Daniel dan juga Nathan di sebuah Cafe. Ada berita penting yang katanya ingin Daniel sampaikan.“Bagaimana keadaan wanita itu? Mati?” Tanya Daniel yang langsung mendapat pukulan dari Nathan.“Tolong kondisikan mulutnya,” cibir Nathan sedangkan Daniel hanya mendengus.Revanno menghela napas. “Jujur saja, aku tadi sempat meTidak berhenti untuk berharap. Hari berikutnya Revanno terus mendatangi rumah Saga, berharap pria itu akan muncul di hadapannya. Tapi kali ini Revanno tidak turun dari mobil dan bertanya ke asisten rumah Saga seperti hari kemarin. Hari ini, Revanno memilih untuk tetap berada di dalam mobilnya yang ia parkirkan tidak jauh dari rumah Saga. Ia akan terus mengamati rumah Saga dari kejauhan, sampai rasa lelah dan bosan itu menghampirinya.Revanno benar-benar merasa seperti pria bodoh sekarang. Pria yang tidak bisa mencari dan menemukan keberadaan kekasihnya yang menghilang begitu saja dari sisinya. Revanno sudah berusaha menyuruh anak buahnya untuk ikut mencari Starla ke seluruh pelosok kota Jakarta. Namun, hasilnya tetap nihil. Kekasihnya itu seolah lenyap tanpa jejak dari kota ini. Terlebih Starla memang hanya tinggal sendirian sejak lama di kota ini. Jadi cukup sulit bagi Revanno untuk mencari keberadaan Starla. Tidak ada kerabat ataupun saudara Starla yang bisa Revanno tanyai. Tidak
Pagi ini, Saga yang sudah selesai mandi langsung bergegas menuruni anak tangga. Ia ingin segera menyelesaikan urusannya di Jakarta, supaya ia bisa cepat kembali ke rumahnya. Berkumpul dengan Starla dan juga Papanya.“Loh, Pak Saga sudah pulang?” Bi Inah—wanita paruh baya yang bekerja di rumah Saga tampak bingung ketika mendapati Tuannya itu sudah kembali ke rumahnya pagi ini.Saga tersenyum. “Iya. Saya baru sampai tadi malam, Bi,” ujarnya.“Maaf, Pak. Saya nggak tahu kalau Pak Saga pulang hari ini. Jadi saya belum sempat menyiapkan sarapan.” Kata Bi Inah kemudian.“Nggak apa-apa, Bi. Saya nggak sarapan juga masih bisa kerja kok,” kelakar Saga.“Pak Saga ini selalu saja begitu. Sebentar kalau begitu, saya akan buatkan sarapan. Sandwich nggak apa-apa kan, Pak?” “Hm. Terserah Bi Inah saja,” jawab Saga sambil tersenyum. Saga lalu memilih untuk membuat minumannya sendiri di saat Bi Inah tengah sibuk membuatkan
“Kamu bilang apa? Kamu adalah Kakaknya? Kakak Starla maksudmu?” Revanno menatap Saga yang langsung mengangguk. Ini gila. Pria bernama Saga itu sepertinya sudah gila. Bagaimana bisa tiba-tiba pria itu menjadi Kakak Starla? Revanno lalu langsung tertawa. Ia bahkan sampai memegangi dadanya akibat tawa keras yang ia keluarkan. “Nggak mungkin, Saga. Omong kosong apa lagi yang kamu ucapkan padaku? Kamu pikir aku akan percaya?! Bodoh!” Revanno kembali tertawa. Saga yang melihatnya hanya mendengus. “Aku juga nggak memintamu untuk percaya. Aku hanya ingin mengatakan apa yang seharusnya kamu ketahui,” ujarnya enteng. Tawa Revanno seketika berhenti. Ia menatap wajah Saga lekat sampai tiba-tiba tawa itu kembali keluar dari mulutnya lagi. “Ayolah, Saga. Kenapa kamu malah membuat lelucon konyol di saat seperti ini?” Revanno masih terus tertawa sendiri. “Aku nggak membuat lelucon konyol, berengsek!” Desis Saga sambil menatap tajam ke arah Revanno. Kali ini Revanno kembali berhenti tertawa.
Saga memutuskan untuk langsung kembali ke rumah saat di rasa percakapannya dengan Revanno telah selesai. Saga sudah memberitahu Revanno dimana keberadaan Starla saat ini. Sekarang Saga hanya tinggal menunggu perjuangan Revanno untuk menemukan Starla. Jika si pria berengsek itu benar-benar mau dan mampu menemukan adiknya. Maka setelah itu Saga akan berusaha untuk membiarkan Revanno mencintai adiknya.Ya, itulah janji Saga.“Pak Saga? Apa yang terjadi? Kenapa wajah Pak Saga bisa seperti ini?”Itu adalah pertanyaan pertama yang Saga dapatkan setelah ia baru saja menginjakkan kaki di ruang tamunya. Bi Inah yang kebetulan masih menunggu kepulangannya langsung kaget ketika melihat wajah Saga yang di penuhi luka.“Saya nggak apa-apa, Bi,” jawab Saga berbohong.“Nggak apa-apa bagaimana? Jelas-jelas wajah Pak Saga terluka dan berdarah seperti itu masih saja bisa bilang nggak apa-apa.” Bi Inah langsung mendekati Saga dan menarik lengan pr
Starla baru saja selesai mandi saat mendengar suara ponselnya yang berdering. Wanita itu segera meletakkan handuknya dan berjalan untuk mengambil ponsel yang tergeletak di atas ranjang tersebut. Tapi begitu Starla mengambil ponselnya, tiba-tiba saja tubuh wanita itu menegang begitu melihat nama yang tertera pada layarnya.“Revanno,” gumam Starla.Kedua lutut Starla langsung terasa goyah ketika nama Revanno muncul di layar ponselnya. Ini memang bukanlah panggilan pertama yang ia terima dari Revanno sejak ia memutuskan untuk menghidupkan ponselnya lagi. Beberapa hari kemarin Starla memang sengaja menonaktikan nomor ponselnya. Tapi begitu ia kembali menghidupkannya, Revanno seolah tidak pernah berhenti untuk menghubungi dan mengirim pesan untuknya. Meski tidak ada satupun pesan maupun panggilan yang pernah Starla hiraukan. Perlahan Starla duduk di atas ranjang dan meletakkan ponsel itu tepat di samping tubuhnya. Starla tidak tahu harus melakukan apa?
Hari semakin gelap saat mobil Revanno berhenti di dekat sebuah hotel yang tanpa sengaja ia lewati. Revanno merasa lelah. Seharian ia berkeliling mencari alamat rumah Saga, tapi sampai saat ini belum juga membuahkan hasil. Memang rumah Saga itu terletak sedikit jauh dari perkotaan. Jika bukan penduduk asli yang tinggal di daerah tersebut, maka mereka tidak akan tahu alamat yang di tanyakan oleh Revanno. “Sial. Kenapa Saga memilih untuk tinggal di desa terpencil seperti ini, sih?” Revanno mengacak rambutnya frustrasi. Revanno menghela napasnya sejenak. Menundukkan kepalanya sambil terus berusaha memikirkan apa yang sekiranya harus ia lakukan. “Argh! Aku nggak bisa memikirkan apapun, berengsek!” Makinya sambil membenturkan kepalanya ke stir kemudi. Setelah cukup lama terdiam. Akhirnya Revanno memutuskan untuk menginap di hotel yang ada di seberang jalan. Bagaimanapun juga tubuhnya butuh istirahat agar besok ia bisa kembali memikirkan cara untuk menemukan alamat rumah Saga. Revanno sa
Seperti biasanya pagi ini Starla bangun lebih awal. Ia bergegas mengganti piyama tidurnya dengan pakaian biasa. Starla juga tidak lupa menggosok gigi dan mencuci wajahnya. Lalu setelah itu Starla bergegas keluar dari kamarnya, menuju dapur dan menemui Nana yang sudah lebih dulu memasak menu sarapan di sana.“Pagi.” Starla menyapa riang.Nana yang sudah terbiasa mendengar sapaan riang dari Starla hanya bisa tersenyum. “Ibu lihat, semakin hari kamu jadi semakin terlihat semangat saja ya, Starla.” “Tentu saja,” ujar Starla semangat. “Aku bantu ya, Bu,” imbuhnya seraya mengambil alih pekerjaan Nana yang tengah membuat nasi goreng. Sejak tinggal di rumah ini, Starla jadi ikut terbiasa memanggil Nana dengan panggilan Ibu. Sama seperti yang di lakukan oleh Saga dan juga Lily. Starla merasa panggilan itu memang cocok sekali untuk Nana. Selain itu, Starla juga merasa seperti memiliki sosok Ibu jika sedang bersama dengan wanita paruh baya yang be
Saat ini Starla sedang berada di kamar Andra, membukakan bungkus obat yang harus di minum oleh Papanya tersebut. Sejujurnya Starla merasa begitu kasihan kepada Papanya yang setiap hari harus meminum obat dalam jumlah yang cukup banyak. Apalagi Starla tahu betul bagaimana tidak enaknya rasa dari obat-obatan tersebut. Pahit dan menyiksa.Tapi, semua ini demi kesembuhan Papanya. Dan mau tidak mau Starla harus tetap melihat Papanya meminum obat-obatan tersebut.“Setelah ini Papa istirahat, ya,” ujar Starla saat Andra sudah meminum habis semua obat yang ia berikan tadi.Andra mengangguk. “Tapi sebelum itu kamu mau kan di sini dulu menemani Papa?” “Iya, Pa.” Starla langsung memeluk erat tubuh Papanya. “Aku akan di sini dan akan selalu menjaga Papa,” imbuhnya pelan.“Terima kasih, anak Papa,” ujar Andra sambil mengusap-usap kepala Starla. “Seharusnya Papa yang menjaga kamu dan Saga. Tapi yang terjadi justru kebalikannya. Maafkan Papa,