Saga tidak tahu pikiran bodoh apa yang telah merasuki kepalanya. Hanya karena Papanya memohon dan mengatakan kalau ia anak baik, Saga bisa langsung menurut begitu saja. Ck! Sangat bodoh memang. Padahal baru saja Saga menyadari kalau menjadi baik itu menyusahkan. Tapi tidak bisa di pungkiri kalau diam-diam Saga merasa sangat senang setiap kali di panggil anak baik oleh Papanya.
Saga masih berdiri di ruang tamunya setelah mengantar Papanya masuk ke dalam kamar. Banyak hal yang perlu Saga pertimbangkan sebelum menuruti permintaan Papanya tadi.“Sial! Kenapa sih Papa harus peduli dengan pria berengsek itu? Biarkan saja dia kedinginan di luar sana. Kalau perlu mati sekalian,” gerutu Saga yang tampak kesal.Namun, Saga sudah terlanjur menyanggupi permintaan Papanya. Apa pilihan lain masih tersedia untuknya?“Bodoh!” Maki Saga.Akhirnya Saga benar-benar melakukan hal bodoh itu sekarang. Ia berjalan keluar dari rumahnya sambil membawa sRevanno menghentikan mobil yang ia kendarai tepat di pinggir jalan. Wiper pada kaca mobilnya masih terus bergerak menyeka air hujan yang sejak tadi terus saja membasahi kaca depannya. Revanno kembali mencocokkan nama penginapan yang ada di seberang jalan dengan yang ada di ponselnya. “Penginapan Melati,” gumam Revanno seraya menatap sekeliling penginapan tersebut. Tanpa pikir panjang Revanno segera melajukan mobilnya masuk ke pelataran penginapan yang tidak begitu luas tersebut. Hanya ada beberapa mobil, selebihnya ada banyak sepeda motor yang sudah berjejer rapi di parkiran khusus sepeda motor yang ada di sana. “Rupanya ada juga penginapan di daerah terpencil seperti ini. Ya, meskipun tempatnya nggak terlalu bagus. Tapi nggak masalah. Yang penting bisa aku gunakan untuk beristirahat dan tidur malam ini.” Revanno kembali bergumam sambil keluar dari dalam mobilnya.Revanno berjalan santai memasuki Lobi penginapan tersebut. Menghiraukan rintik hujan yang masih terus mengguyur dengan
Revanno baru saja terbangun dari tidurnya setelah hampir semalaman ia di buat kesal dengan suara aneh dari kamar sebelahnya. Bahkan semalam Revanno juga harus terpaksa mengocok miliknya sendiri agar juniornya bisa berhenti memberontak saat mendengar suara desahan wanita tersebut. Ck! Malam yang paling menyebalkan bagi Revanno. Untuk ke depannya Revanno tidak akan pernah sudi lagi jika di suruh tidur di penginapan murahan seperti yang ia tempati sekarang. Lebih baik membayar mahal tapi mendapat fasilitas dan pelayanan yang bagus. Daripada murah tapi justru membuatnya tersiksa. Baiklah. Sekarang saatnya Revanno beranjak bangun dari tempat tidurnya lalu segera mandi. Meskipun di penginapan tersebut Revanno mendapat malam yang menyebalkan. Tapi setidaknya pagi ini Revanno memiliki harapan baik yang semoga saja bisa terwujud. Setelah mengganti pakaian dan membereskan barang-barangnya, Revanno langsung bersiap untuk keluar dari kamarnya. Begitu sampai di l
Kebetulan pagi ini ada pekerjaan yang harus segera Saga periksa melalui email. Dan tempat yang paling nyaman untuk melakukan pekerjaan paginya itu tentu saja adalah ruang keluarga. Tapi begitu sampai di ruang keluarga, Saga lupa kalau ponselnya masih tertinggal di dalam kamar. Tidak perlu berpikir lama, Saga segera kembali berlari menaiki anak tangga lalu masuk ke dalam kamarnya. Dan saat ia hendak kembali turun, tiba-tiba saja Saga berkeinginan untuk membangunkan Papanya. Meskipun Saga tahu kalau Papanya pasti sudah bangun sejak tadi. Langkah Saga terhenti saat ia hampir membuka pintu kamar Papanya. Samar-samar Saga bisa mendengar suara dua orang yang sedang mengobrol dari dalam kamar Papanya tersebut. Dan Saga yakin kalau itu adalah suara Papanya dan juga ... Starla. Saga menaikkan sebelah alisnya. Rupanya adiknya itu sudah bangun dan tengah asyik mengobrol dengan sang Papa. Awalnya Saga berniat ingin ikut bergabung ke dalam obrolan yang sedang mereka bicarak
Saga langsung kembali masuk ke dalam rumah begitu ia selesai menemui Revanno. Bahkan tadi Saga juga langsung menutup pintu gerbang rumahnya lagi, meski Revanno sempat merengek padanya untuk meminta air minum. Tentu saja seorang Saga tidak akan peduli dengan alasan klise semacam itu. Memangnya Revanno pikir Saga sebaik itu? Ck! Ketika masuk ke ruang tamu, Saga merasa terkejut karena ternyata kedatangannya sudah di tunggu oleh Starla. Adiknya itu bahkan sudah berdandan rapi seraya duduk manis di atas kursi.Saga mendengus. “Apa kamu benar-benar harus seniat ini untuk bertemu dengan, Revanno?” Cibirnya sambil mendekat.“Hah? Maksud Kak Saga?” Starla menatap Saga bingung.Saga hanya menghela napas. Kemudian balas menatap adiknya dengan tatapan datar. “Make-up kamu, alis kamu, bulu mata kamu, bibir kamu, rambut kamu, pakaian kamu, sepatu kamu, semuanya. Apa harus setotalitas itu persiapanmu untuk bertemu dengan Revanno?”Starla melo
“Sudah siap berangkat sekarang, Non?” Tanya Pak Agus—sopir pribadi keluarga Starla.Starla mengangguk. “Tadi Kak Saga sudah bilang ke Pak Agus katanya.” Pak Agus tersenyum. “Iya, Non. Silakan masuk.” Pria paruh baya itu langsung membukakan pintu mobil untuk Starla.“Memangnya tempatnya dimana sih, Pak? Pak Agus tahu?” Starla bertanya lagi saat Pak Agus mulai menjalankan mobilnya.“Tempatnya cukup jauh, Non. Tapi tenang saja. Non Starla nanti pasti juga tahu,” terang Pak Agus.“Jauh?” Starla mengernyit.“Iya, Non. Tapi di sana pemandangannya sangat bagus. Saya jamin Non Starla pasti suka,” ujar Pak Agus.Starla hanya mengangguk. Tidak ingin terlalu memikirkan kenapa Kakaknya memilihkan tempat yang jauh dan bagus sebagai tempat pertemuannya dengan Revanno. Jika di pikir memang sedikit aneh. Tapi ya sudahlah. Toh, Saga kan memang seperti itu. Suka tidak tertebak orangnya.“Nanti setelah sampai, di
“Dia sedang koma sekarang.”Starla masih tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Revanno. Bagaimana Cheryl bisa koma? Dan apa yang membuat wanita itu bisa mengalami koma? Astaga, hal apalagi yang tidak di ketahui oleh Starla? Kini Starla benar-benar merasa seperti orang ketinggalan jaman yang tidak tahu apa-apa. “Cheryl koma?” Starla menatap ke arah Revanno. “Bagaimana bisa?” Tanyanya lagi.Revanno diam sejenak, sebelum akhirnya mulai menceritakan kejadian pada hari dimana Cheryl mengalami kecelakaan. “Semua terjadi pada hari yang sama. Di saat aku selesai membongkar kebohongan Cheryl. Dia langsung merasa tidak terima karena kebohongannya terungkap. Dia mengamuk seperti orang gila di depan banyak orang. Dia terus menuduhku berbohong dan bukti yang aku bawa itu adalah palsu.”Sampai di sini Starla bisa membayangkan seperti apa tingkah Cheryl saat mengamuk waktu itu.“Karena nggak tahan melihat tingkah Cheryl, aku pun memutuskan untuk segera pergi dari tempat acara konferensi p
Revanno dan Starla kini tengah duduk di tepi bukit. Di bawah sebuah pohon rindang sambil menatap pemandangan yang ada di depan mereka. Revanno memeluk Starla dari belakang, sedangkan Starla bersandar manja di tubuh Revanno.“Aku rindu saat-saat seperti ini,” bisik Revanno sambil memainkan ujung rambut milik Starla.“Aku juga.” Starla langsung mendongak dan mengecup rahang Revanno, hingga membuat pria itu tersenyum.“Jangan pernah pergi lagi dariku, Starla,” pinta Revanno sambil membelai lembut pipi Starla.Starla yang masih mendongak tentu langsung mengangguk. Ia lalu sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa menghadap ke arah Revanno dengan nyaman.“Aku senang karena kamu mau berjuang untuk menemuiku di sini,” ucap Starla.Revanno tersenyum. “Tentu saja. Kalau aku nggak berjuang, aku takut kamu akan di ambil orang.” “Memangnya siapa yang ingin mengambilku? Nggak ada.” “Ada. Banyak malah. Kamu saja yang nggak tahu.”Starla terkekeh. “Masa, sih? Tahu begitu aku nggak perlu mengharapkan
“Papa sudah bangun?” Saga bertanya ketika melihat Papanya—Andra yang hendak dari keluar kamar. Ia segera mendekat dan membantu Papanya.“Papa sudah bangun sejak tadi. Oh iya,Saga. Apa Starla sudah pulang?” Andra balas bertanya.“Sudah.” Saga menjawab singkat.Andra yang tengah melangkah seketika langsung berhenti. Lalu ia menatap ke arah putranya. “Kenapa kamu menjawab seperti itu?”“Seperti itu bagaimana? Bukankah sudah jelas. Papa bertanya, Starla sudah pulang belum? Lalu aku menjawab sudah. Nggak ada yang aneh perasaan.” Kata Saga sedikit bingung.“Ada. Wajah kamu yang aneh,” sahut Andra sambil tertawa sedangkan Saga langsung cemberut. “Kalau Papa boleh tahu, kenapa wajahmu terlihat kesal seperti itu?”Saga mendengus. “Papa lihat saja sendiri. Ada siapa di bawah sana,” ujarnya malas.Andra mengernyit. “Siapa? Jangan bilang kalau ada Revanno di bawah,” tebaknya.Saga tidak men