Selama berbelanja, Starla menjadi tidak tenang. Fokusnya mendadak buyar dan apa yang Vania ucapkan juga tidak bisa ia cerna dengan benar. Kepalanya tiba-tiba di penuhi dengan satu nama, yaitu suaminya.Baiklah. Wanita itu hanya klien. Tapi entah kenapa Starla sulit sekali meyakinkan dirinya seperti itu. Kekanak-kanakan sekali bukan kalau ia cemburu dan ternyata yang ia cemburui ternyata hanyalah klien dari sang suaminya.Starla tidak ingin seperti itu. Kalaupun harus cemburu, Starla ingin ia memiliki bukti yang kuat. Tidak ingin asal menuduh saja. Tapi, bukankah membicarakan bisnis harusnya dengan beberapa karyawan lainnya? Tidak hanya berdua seperti yang Revanno dan wanita tadi lakukan.“Lihat ini, Starla. Lucu sekali bukan?”Starla tersentak, entah sudah untuk yang keberapa kalinya. Nyatanya, fokus berburu belanjaan di dalam kepalanya buyar begitu saja.“Eh?” Starla mengerjap-ngerjapkan matanya.Vania mengerucutkan bibirnya, menghampiri Starla dengan memegang baju bayi berwarna puti
Hari ini malam minggu, Starla sedang duduk di atas sofa ruang tengah seraya menonton serial drama di televisi. Di drama itu ada seorang artis yang sedang menyantap Pancake coklat yang terlihat sangat menggiurkan, hingga Starla merasakan liurnya menetes begitu saja. Sebenarnya kemarin ia sempat mengidam ingin makan mangga. Tapi karena belum musim mangga jadi Revanno tidak mendapatkannya. Dan harapan Starla untuk menikmati buah mangga itu pupus begitu saja. Namun, Starla memaklumi. Tidak membesar-besarkan masalah sepele seperti dulu. Sekarang ia banyak mengerti karena Revanno pun sudah sering berada di rumah. Mungkin dulu keinginan mengidamnya terjadi karena Revanno jarang ada di rumah. Dan Starla menggunakan alasan mengidam untuk mendapat perhatian dari sang suami. Jangan lupakan, Revanno itu tidak peka. Ketika mulutnya ingin sekali menyantap Pancake coklat seperti yang ditampilkan di televisi, Revanno datang dan duduk di sebelahnya dengan setoples keripik kentang buatan Bi Diyah.
Kata orang, cemburu itu hanya untuk orang yang tidak percaya diri. Starla? Tidak percaya diri? Oh ... mana mungkin? Tapi, bisa saja kan itu benar? Starla saat ini memang sedang tidak percaya diri.la merasa minder karena tubuhnya yang terlihat semakin bulat seperti donat gula. Sementara itu, Revanno semakin terlihat menawan dengan otot perut, otot bisep, dan wajah yang semakin muda saja seperti artis.Ck! Hamil tua membuat pikiran Starla menjadi mudah kian melantur. Ya ampun, padahal ia belum tahu benar atau tidaknya segala pikiran buruk yang ada di dalam kepalanya ini. Revanno bilang klien, yang artinya memang klien, bukan?Baiklah. Itu benar-benar Klien, Starla menyakinkan diri. Tapi, seharusnya ia sudah tidak mempermasalahkan itu. Namun, ia justru malah mengetikan sesuatu pada ponselnya dan ia kirim ke nomor Daniel.To: DanielAku butuh bantuanmu.“Sedang apa?”Starla tersentak, hampir saja menjatuhkan ponselnya saat suara suaminya terdengar nyaring dari balik punggungnya. Pria i
Karin :Di restoran Perancis, pukul sepuluh ya, Revanno.Starla hampir menahan napasnya ketika melihat notifikasi pesan yang masuk ke dalam ponsel suaminya. la melirik pintu kamar mandi yang tertutup dan terdengar bunyi gemericik air dari dalam sana. Ya, Revanno sedang berada di dalam kamar mandi saat tiba-tiba ponsel pria itu berdering.Starla membekap mulutnya sendiri dengan dada yang bergemuruh hebat. Astaga, jadi benar besok Revanno akan bertemu dengan wanita itu? Sebenarnya, klien seperti apa Karin itu? Mengapa mereka sering sekali bertemu di luar kantor dan di luar jam kerja?Se-spesial itu kah?Starla menjadi tidak tenang. Ya ampun, ia tidak akan membiarkan Revanno berselingkuh darinya. Apalagi mereka akan segera memiliki anak. Tapi Starla tidak ingin gegabah. Ia harus mengumpulkan bukti terlebih dahulu jika memang suaminya itu memiliki wanita simpanan.Astaga, dadanya sakit sekali.Dengan cepat Starla beranjak dari ranjang. Susah payah ia turun karena perutnya yang sudah sul
Tiba di restoran yang katanya akan Revanno kunjungi, Starla masuk ke dalamnya melewati pintu dengan gerakan pelan dan bersembunyi-sembunyi. Layaknyamata-mata sungguhan, wanita yang sedangberbadan dua itu mencari tempat duduk di sisi pojok restoran yang tidak terjangkau oleh pengunjung lain. Semua itu demi menghindari sang suami yang hari ini akan iapergoki sedang berduaan dengan seorang wanita.Di belakangnya ada Daniel yang sejak tadi tidak berhenti menghela napasnya seraya menutupi wajah, berharap tidak ada satu orangpun yang mengenalinya di sini. Astaga, bisa malu sekali ia jika ada salah satu kenalannya yang melihat dirinya seperti ini.Di perjalanan tadi, Starla memberikan Daniel topi hitam dan kaca mata hitam berserta jaket kulit layaknya rocker yang akan tampil di dalam klub malam. Starla memberikan Daniel perlengkapan itu agar mereka tidak ketahuan oleh Revanno karena telah membuntuti pria itu sampai ke sini.“Daniel, cepat duduk!” Starla berbisik sangat pelan, hingga Da
Hari ini Starla menyadari satu hal. Bahwa jangan pernah sekalipun kita menertawakan kesialan orang lain kalau tidak ingin kesialan itu ikut berimbas kepada diri kita sendiri.Seperti halnya hari ini. Karena heboh menertawakan Daniel yang di siram minuman oleh kekasihnya—ralat, sekarang sudah berubah status menjadi mantan kekasih, Starla jadi tidak sadar kalau Revanno sudah ada di sana. Pria yang ingin ia pergoki sedang bersama wanita lain itu justru berbalik memergoki dirinya yang tadinya berniat untuk menjadi mata-mata.Astaga, perut Starla tiba-tiba saja terasa mulas dan otakya tidak bisa bekerja dengan baik. Apalagi saat sang suami bertanya kenapa dirinya bisa ada di sini.“Kamu sedang apa, Starla? Lalu … Daniel, kenapa kamu bisa basah seperti ini?” Revanno bertanya dengan nada bingung seraya menatap ke arah Starla dan Daniel bergantian.“Em ...“ Starla tampak gelagapan. Ia langsung berdiri dengan susah payah karena perutnya yang besar terhalang meja.Melihat itu, dengan sigap Reva
“Revanno dan wanita itu …”Starla sempat mendengar Daniel mengumpat dari tempatnya sebelum kemudian menyentuh bahu Starla pelan.“Tenanglah, Starla. Mungkin mereka—““Daniel, cepat ikuti mobil Revanno!”“Hah?” Mata Daniel melebar.“Cepatlah, Daniel!” Starla mencengkeram tangan Daniel dengan erat. “Aku harus tahu mereka mau kemana!”Kini Daniel merasa serba salah jadinya. Ia bingung harus mengikuti perintah siapa.“Kalau kamu nggak ingin mengantarku. Ya sudah. Aku naik taksi saja,” ujar Starla sengaja mengancam. “Jangan!” Daniel dengan cepat mencegahnya. “Baiklah aku antar. Tapi kamu harus tenang terlebih dahulu. Tarik napas,” ujarnya menenangkan.Mana bisa Starla tenang saat ini? Sementara suaminya saja sedang berduaan di dalam mobil bersama wanita lain. Apalagi, Starla tidak tahu mereka akan kemana.“Daniel, jangan sampai kehilangan jejak.”Daniel sudah tidak tahu lagi harus berbicara apa. Tidak tahu harus menenangkan Starla atau ikut mencurigai kedua orang itu. Revanno sendiri yang
Memaksakan kakinya naik ke lantai atas. Starla tidak berhenti menghela napasnya pelan-pelan, berusaha mencoba meredakan sesak di dada. Membuang segala macam perlengkapan yang ia bawa ke atas lantai. Begitu juga dengan pakaian serba hitam yang melekat di tubuhnya. Starla beranjak ke kamar mandi, mengganti baju lalu naik ke ranjang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tak butuh waktu lama untuk dirinya masuk ke dalam dunia mimpi. Starla tertidur karena saking lelahnya. Hingga tidak terasa langit mulai berubah menjadi sore. Pintu kamar itu terbuka dan Revanno masuk ke dalam. Starla yang masih terlelap mengerjapkan perlahan matanya karena terusik dengan suara gerakan Revanno. “Kamu sudah pulang?” Tanya Starla dengan suara serak. “Aku membangunkanmu, ya?” Revanno mendekat, memberi kecupan di dahi saat Starla beranjak duduk di atas ranjang. “Kenapa baru pulang?” Starla kembali bertanya. “lya. Banyak yang harus aku urus.” “Kamu tadi pergi ke hotel Shangri-La, kan?” Revanno seketika menat