Setelah Pak Seno pulang kerja. Ia langsung melihat kondisi Mila yang berada di kamar. "Bagaimana Mila hari ini, Rian?" tanyanya.Belum sempat Rian menjawab langsung Bu Yuni menyahut. "Hari ini Mila full sama aku. Aku nggak percaya sama suaminya Mila akan bisa menjaga Mila dengan baik."Rian hanya menunduk. Ia tak mau menambah kekesalan ibu mertuanya. "Kenapa, Bu? Mila pasti butuh suaminya,'' tanya Pak Seno."Rian nggak bisa menjaga Mila sampai Mila keadaan nya jadi seperti itu. Ayah lihat Mila sekarang? Itu semua karena Rian,'' jawab Bu Yuni dengan penuh amarah. "Sudah, kenapa jadi ribut begini sih? Sampai kondisi pasca operasi Mila selesai biar nanti Mila dan Rian tinggal di rumah mereka," tutur Pak Seno."Nggak bisa. Ibu nggak percaya sama Rian. Kalau terjadi sesuatu kepada Mila lagi bagaimana? Ayah juga terlalu percaya kepada menantunya ini sampai lupa kalau Mila terlalu berharga untuk sampai kehilangan calon bayinya," cerocos Bu Yuni.Pak Seno langsung menarik istrinya. "Rian,
Saat itu Mila dinyatakan depresi ringan. Sehingga semuanya membuat dunia begitu hancur menurut Mila. Apalagi saat itu Rian juga dibenci oleh ibu mertuanya karena menganggap Rian lalai dan tak bisa menjaga Mila dengan baik. Bu Yuni terus saja mencemooh, menyalahkan dan terus saja menganggap Rian tak ada benarnya. Meskipun Rian sudah berusaha sebaik mungkin untuk menebus kesalahan nya.Pengobatan Mila berjalan selama enam bulan. Selama itu Mila selalu didampingi oleh psikiater. Meskipun Mila merasa dirinya tak depresi dan baik-baik saja. Tetapi Rian terus mendampingi Mila sampai sembuh.Enam bulan yang lalu, Rian mengajak Mila untuk pindah ke rumah baru mereka setelah mendapatkan persetujuan dari ayah dan ibunya Mila. Meskipun ibunya Mila sangat tak setuju. Tetapi Pak Seno yang mendukung keputusan Rian untuk membawa Mila ke rumah baru mereka. Karena walau bagaimana pun juga sebagai orang tua tetap harus menghargai keputusan anak yang telah menikah. Mereka tak memiliki hak yang sama sep
Mereka menautkan bibir satu sama lainnya. Merasakan kehangatan tubuh dari masing-masing. Mereka hanyut dalam gelora cinta Mereka berdua. Mereka Pun bisa menikmati indahnya kenikmatan cinta yang telah cukup lama sempat vakum."Terima kasih, Sayang," ucap Rian kemudian mengecup pipi Mila dari samping. "Sama-sama," sahut Mila dengan nafas masih menggebu. Malam harinya, Mila telah menyiapkan makan malam untuk Rian. "Kamu masak apa, Sayang?" tanya Rian."Masak ayam kecap. Yuk dimakan!" ajak Mila."Kamu kalau masak memang selalu enak," puji Rian. Bukan sekadar ingin menyenangkan hati Mila. Melainkan masakan Mila memang betul-betul enak. "Oh ya, apa kamu memang nggak butuh asisten rumah tangga yang bisa bantu kamu selama di rumah? Nanti kalau kamu kerepotan juga aku kasihan sama kamu. Lebih baik kalau pakai pembantu," tanya Rian."Nggak ah. Nanti ganggu pas aku lagi sama kamu. Kan nggak nyaman juga kalau lagi asyik berduaan ada yang dengar," tolak Mila. Ia memang lebih suka mengurus rumah
"Sejak saat itu aku nggak pernah lagi berhubungan dengan suamiku. Entah dia seperti menghilang begitu saja tanpa ada kabar. Memang biasanya dia akan kasih kabar kalau susah ada sinyal. Tetapi sudah beberapa bulan nggak ada kabar. Aku memang sedih. Aku tak tahu lagi pada siapa aku mengadu," jawab Sera kemudian terisak. Mila tak tega melihat Sera. Kemudian Sean pun keluar dari kamar dan memanggil ibunya. Sean hanya duduk di pangkuan ibunya. Sera mengusap rambut dan mencium pipi Sean. Pasti hati Sera begitu sakit.Mila mengambil kantong plastik dan memberikan mainan serta makanan untuk Sean. Sean begitu suka sampai mengeluarkan semua isi dari kantong plastik tersebut. Sean membuka mainan dan makanan yang ada. Mila senang melihatnya. Setidaknya meskipun secuil ia tetap bisa memberikan kebahagiaan untuk Sean."Oh ya, Mila yang sabar, ya? Aku yakin tak lama lagi kamu pasti hamil lagi," ucap Sera setelah cukup tenang.Mila tersenyum. Ia hanya mengamini doa baik itu. "Oh ya bagaimana kalau a
Di perjalanan pulang, Mila tiba-tiba kepikiran dengan orang tuanya. Tak biasanya ia ingin sekali untuk pulang ke rumah. "Kita ke rumah ayah dulu, ya?" pinta nya.Rian setuju. Setelah sampai di rumah orang tua Mila. Begitu sepi. Mila masuk ke dalam rumah dengan pintu yang terbuka. Ia melihat Ayahnya duduk di depan ruang tamu. "Ayah," panggilnya.Ayahnya Mila nampak sedikit bersedih. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Pak Seno."Ayah kenapa?" tanya Mila."Kamu datang, Mila?" balas Pak Seno."Iya, Ayah. Aku tiba-tiba ingin pulang saja. Kenapa dengan Ayah? Kenapa Ayah nampak sedih?" tanya Mila lagi."Ayah sedih. Ibumu, ibumu …" Pak Seno tak melanjutkan bicaranya."Ibu Kenapa, Yah? Apa ibu sakit?" Mila makin penasaran."Ibumu berselingkuh dengan suami temannya. Ayah tahu kemarin," jawab Pak Seno.Seketika seperti petir di siang hari. Tak pernah ada berita miring mengenai orang tuanya. Tiba-tiba Mila harus mendengar ibi sungguh seperti batu pecah. Ia kira orang tuanya akan menjaga janj
Mila membantu sebisanya. Ia juga tak bisa memaksakan kehendak kepada orang tuanya ketika mereka memiliki hak untuk memutuskan sesuatu. Memang dalam hal ini Bu Yuni lah yang bersalah karena telah berselingkuh. Tetapi hal itu tak bisa serta merta kemudian menyalahkan Bu Yuni karena ia melakukan itu karena merasa terabaikan oleh suaminya. Padahal Pak Seno sibuk bekerja juga karena mencukupi kehidupan Bu Yuni dan kelangsungan kelancaran perusahaan yang memang akhir-akhir ini cukup banyak pekerjaan yang Pak Seno harus lakukan. Tetapi ternyata inilah yang terjadi di rumah.Setelah melaksanakan diskusi cukup lama akhirnya Mila pamit pulang. Didapatkan untuk sementara Pak Seno dan Bu Yuni introspeksi dulu lagi. Dan Mila berharap kedua orang tuanya bisa kembali seperti dulu.Di rumah Mila."Aku nggak menyangka di keluarga ku akan seperti ini," ucap Mila saat duduk di tepi ranjang."Sabar, Sayang. Tetapi yakinlah kalau ayah dan ibu akan bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Pernikahan m
"Ayah, Ibu, kalian kemari?" tanya Mila lirih. Terlihat raut wajahnya masih lemah."Iya, Sayang. Kami kemari. Kamu kenapa? Jangan banyak pikiran!" sahut Bu Yuni. "Nggak, Bu. Aku hanya tidak ada ada perpisahan lagi. Aku ingin memiliki orang tua yang utuh," balas Mila. Penuh harapan. "Mila, dengarkan! Ibu dan Ayah sudah baikan. Nggak seperti yang lalu. Ibu dan Ayah sama-sama menyadari jika kami telah bersalah," tutur Bu Mila kemudian mengusap punggung tangan Mila yang tak tertancap infus.Pak Seno mendekati kedua wanita yang disayanginya. "Mila, Ayah juga minta maaf telah membuat kamu sedih. Sekarang kamu jangan sedih lagi! Ayah telah baikan dengan ibumu. Kami berjanji tak akan lagi mengalihkan pandangan kepada yang lain " jelasnya. Mila tersenyum tipis. Ia memang berharap apa yang dikatakan benar adanya. Tetapi jujur saat ini Mila masih kepikiran. Hal itu lah yang membuat Mila masih harus dirawat. Kondisinya lemah dan banyak pikiran.Tiga hari Mila dirawat di rumah sakit dan akhirnya
Mila menggandeng tangan ibunya menuju ke dalam. Dibantu asisten rumah tangga mengambilkan kotak P3K. Luka yang dialami Bu Yùni berupa mimisan. Cara paling cepat yang bisa digunakan yaitu menutup hidung sementara waktu untuk mencegah banyaknya keluar darah serta menghambat. Entah bagaimana Bu Wulan tadi memukul Bu Yuni sampai seperti itu adanya. Mila kasihan kepada ibunya. Ia kira masalah selesai setelah baikan dengan ayah nya tetapi ternyata tidak. Istri selingkuhan Bu Yuni datang dan melabrak Bu Yuni. Meskipun Bu Yuni telah minta maaf memang tak semudah itu. Mila pun tahu bagaimana rasanya jadi Bu Wulan. Tetapi ia tetap bersikap tak membalas. Karena hal yang tak baik akan menerima sendiri karmanya. Bahkan ia sudah melewati itu semua. Tetapi kini yang terjadi pada ibunya cukup berbeda. Karena ibunya sendiri yang telah sampai memilih berselingkuh. Darah yang keluar dari hidung Bu Yuni kemudian berhenti. Mila kemudian membersihkan sisa darah yang ada. Sementara itu Rian yang sejak t