"Sejak saat itu aku nggak pernah lagi berhubungan dengan suamiku. Entah dia seperti menghilang begitu saja tanpa ada kabar. Memang biasanya dia akan kasih kabar kalau susah ada sinyal. Tetapi sudah beberapa bulan nggak ada kabar. Aku memang sedih. Aku tak tahu lagi pada siapa aku mengadu," jawab Sera kemudian terisak. Mila tak tega melihat Sera. Kemudian Sean pun keluar dari kamar dan memanggil ibunya. Sean hanya duduk di pangkuan ibunya. Sera mengusap rambut dan mencium pipi Sean. Pasti hati Sera begitu sakit.Mila mengambil kantong plastik dan memberikan mainan serta makanan untuk Sean. Sean begitu suka sampai mengeluarkan semua isi dari kantong plastik tersebut. Sean membuka mainan dan makanan yang ada. Mila senang melihatnya. Setidaknya meskipun secuil ia tetap bisa memberikan kebahagiaan untuk Sean."Oh ya, Mila yang sabar, ya? Aku yakin tak lama lagi kamu pasti hamil lagi," ucap Sera setelah cukup tenang.Mila tersenyum. Ia hanya mengamini doa baik itu. "Oh ya bagaimana kalau a
Di perjalanan pulang, Mila tiba-tiba kepikiran dengan orang tuanya. Tak biasanya ia ingin sekali untuk pulang ke rumah. "Kita ke rumah ayah dulu, ya?" pinta nya.Rian setuju. Setelah sampai di rumah orang tua Mila. Begitu sepi. Mila masuk ke dalam rumah dengan pintu yang terbuka. Ia melihat Ayahnya duduk di depan ruang tamu. "Ayah," panggilnya.Ayahnya Mila nampak sedikit bersedih. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh Pak Seno."Ayah kenapa?" tanya Mila."Kamu datang, Mila?" balas Pak Seno."Iya, Ayah. Aku tiba-tiba ingin pulang saja. Kenapa dengan Ayah? Kenapa Ayah nampak sedih?" tanya Mila lagi."Ayah sedih. Ibumu, ibumu …" Pak Seno tak melanjutkan bicaranya."Ibu Kenapa, Yah? Apa ibu sakit?" Mila makin penasaran."Ibumu berselingkuh dengan suami temannya. Ayah tahu kemarin," jawab Pak Seno.Seketika seperti petir di siang hari. Tak pernah ada berita miring mengenai orang tuanya. Tiba-tiba Mila harus mendengar ibi sungguh seperti batu pecah. Ia kira orang tuanya akan menjaga janj
Mila membantu sebisanya. Ia juga tak bisa memaksakan kehendak kepada orang tuanya ketika mereka memiliki hak untuk memutuskan sesuatu. Memang dalam hal ini Bu Yuni lah yang bersalah karena telah berselingkuh. Tetapi hal itu tak bisa serta merta kemudian menyalahkan Bu Yuni karena ia melakukan itu karena merasa terabaikan oleh suaminya. Padahal Pak Seno sibuk bekerja juga karena mencukupi kehidupan Bu Yuni dan kelangsungan kelancaran perusahaan yang memang akhir-akhir ini cukup banyak pekerjaan yang Pak Seno harus lakukan. Tetapi ternyata inilah yang terjadi di rumah.Setelah melaksanakan diskusi cukup lama akhirnya Mila pamit pulang. Didapatkan untuk sementara Pak Seno dan Bu Yuni introspeksi dulu lagi. Dan Mila berharap kedua orang tuanya bisa kembali seperti dulu.Di rumah Mila."Aku nggak menyangka di keluarga ku akan seperti ini," ucap Mila saat duduk di tepi ranjang."Sabar, Sayang. Tetapi yakinlah kalau ayah dan ibu akan bisa mengambil hikmah dari apa yang terjadi. Pernikahan m
"Ayah, Ibu, kalian kemari?" tanya Mila lirih. Terlihat raut wajahnya masih lemah."Iya, Sayang. Kami kemari. Kamu kenapa? Jangan banyak pikiran!" sahut Bu Yuni. "Nggak, Bu. Aku hanya tidak ada ada perpisahan lagi. Aku ingin memiliki orang tua yang utuh," balas Mila. Penuh harapan. "Mila, dengarkan! Ibu dan Ayah sudah baikan. Nggak seperti yang lalu. Ibu dan Ayah sama-sama menyadari jika kami telah bersalah," tutur Bu Mila kemudian mengusap punggung tangan Mila yang tak tertancap infus.Pak Seno mendekati kedua wanita yang disayanginya. "Mila, Ayah juga minta maaf telah membuat kamu sedih. Sekarang kamu jangan sedih lagi! Ayah telah baikan dengan ibumu. Kami berjanji tak akan lagi mengalihkan pandangan kepada yang lain " jelasnya. Mila tersenyum tipis. Ia memang berharap apa yang dikatakan benar adanya. Tetapi jujur saat ini Mila masih kepikiran. Hal itu lah yang membuat Mila masih harus dirawat. Kondisinya lemah dan banyak pikiran.Tiga hari Mila dirawat di rumah sakit dan akhirnya
Mila menggandeng tangan ibunya menuju ke dalam. Dibantu asisten rumah tangga mengambilkan kotak P3K. Luka yang dialami Bu Yùni berupa mimisan. Cara paling cepat yang bisa digunakan yaitu menutup hidung sementara waktu untuk mencegah banyaknya keluar darah serta menghambat. Entah bagaimana Bu Wulan tadi memukul Bu Yuni sampai seperti itu adanya. Mila kasihan kepada ibunya. Ia kira masalah selesai setelah baikan dengan ayah nya tetapi ternyata tidak. Istri selingkuhan Bu Yuni datang dan melabrak Bu Yuni. Meskipun Bu Yuni telah minta maaf memang tak semudah itu. Mila pun tahu bagaimana rasanya jadi Bu Wulan. Tetapi ia tetap bersikap tak membalas. Karena hal yang tak baik akan menerima sendiri karmanya. Bahkan ia sudah melewati itu semua. Tetapi kini yang terjadi pada ibunya cukup berbeda. Karena ibunya sendiri yang telah sampai memilih berselingkuh. Darah yang keluar dari hidung Bu Yuni kemudian berhenti. Mila kemudian membersihkan sisa darah yang ada. Sementara itu Rian yang sejak t
Ibu hanya ingin menjauhi orang yang telah menyakiti ibu. Tolong Ayah jangan sedih ketika ibu tak bisa lagi mendampingi Ayah. Ibu sudah tak kuat lagi menanggung sesal di dunia. Ibu harap Ayah bisa selalu sehat ya? Sekali lagi maafkan ibu.Untuk Mila, anak ibu yang paling ibu sayang. Maafkan segala kesalahan ibu sama kamu, Sayang. Ibu sudah gagal menjadi panutan untukmu. Ibu tak bisa lagi menemani kamu. Semoga kamu selalu diberikan kesehatan. Jangan banyak pikiran, ya? Jaga pikiran tetap sehat agar kelak kamu bisa memiliki momongan baik dan menjadi penerus keluarga kita. Ibu yakin Rian bisa menjadi suami yang baik untuk mu, Mila. Untuk Rian, maafkan ibu, ya? Ibu sempat membenci kamu saat Mila mengalami keguguran. Saat itu Ibu memang benar-benar kecewa. Ingin sekali menggendong cucu tetapi gagal. Bukankah semua itu telah diharuskan oleh yang maha kuasa. Tetapi ternyata ibu justru menyalahkan kamu. Tetapi kami tetap sabar kepada ibu. Maafkan ibu, Rian! Tolong jaga Mila untuk ibu dan Aya
Setelah cukup tenang akhirnya Mila tak lagi menangis. Tetapi masih enggan makan. Mulutnya masih saja tak ingin ada asupan. Meskipun Rian tahu Mila saat ini pasti sedang lapar. "Sayang, makan dulu, ya?" pinta Rian."Nggak ah. Aku nggak lapar," tolak Mila. Rian masih saja sabar menghadapi Mila. Waktu berjalan begitu cepat. Satu tahun berlalu setelah Bu Yuni meninggal. Kini kehidupan Mila sudah jauh lebih baik. Ia bisa menerima keadaan yang sebenarnya. Begitu juga dengan Pak Seno yang telah mengikhlaskan istrinya pergi untuk selama-lamanya. Tetapi ia rutin ke makam paling lama satu bulan sekali. Ia membersihkan serta mendoakan yang terbaik untuk kebaikan istrinya.Mila dan Rian juga tinggal di rumah nya sendiri. Tetapi setiap akhir pekan mereka memilih menemani ayah mereka di rumah nya. Hari ini hari minggu Mila dan Rian berada di rumah ayahnya. Sejak tadi pagi Mila memasak untuk kebutuhan makan bersama. Meskipun sebenarnya sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga. Hanya saja Mila me
Rian menggelengkan kepalanya. Sudah sekian lama Yana nggak kasih kabar tiba-tiba menyuruh Mila datang dan memberikan informasi itu. "Aku nggak yakin sih," jawabnya."Tapi kenapa Yana bilang begitu, ya? Masa iya Bram akan menikah sama Yana sementara waktu itu Yana telah menikah sama suaminya. Tapi seperti apa tepatnya aku juga nggak paham," sahut Mila yang juga bingung. "Ya sudah, kamu jangan pikirkan! Kamu harus berpikir positif terus ya?" pinta Rian. Ia kemudian melajukan kendaraannya."Kita ke rumah ibunya Bram yuk!" ajak Mila."Kamu yakin?" tanya Rian."Iya, aku hanya ingin memastikan saja," jawab Mila."Tetapi kalau apa yang dikatakan Yana itu benar aku takut kamu akan kenapa-kenapa di sana," sahut Rian."Yah biar nggak penasaran kita tetap ke sana saja!" balas Mila.Ada benarnya memang perkataan Rian. Tetapi Mila tetap ingin membuktikan sendiri perkataan Yana lagi. Rian akhirnya setuju untuk datang ke rumah ibunya Bram. Tiba-tiba di jalan mobil mereka sedikit oleng."Loh, kenap