Lautan menggelora. Para nelayan di sekitar lautan pulau kedua dikejutkan dengan kemunculan monster raksasa yang menghancurkan kapal-kapal mereka. Monster itu menyerang kala malam hari dan muncul begitu saja dari dalam laut.Puluhan kapal hancur terbalik. Ratusan nyawa melayang. Sudah sepekan tak ada orang yang berani melaut. Penduduk di pulau ketiga mulai merasakan peliknya ekonomi akibat tak bisa melaut. Mereka berganti mencari kerang-kerangan di tepi laut untuk menyambung hidup. Tapi hal itu itu mungkin bisa berlangsung lama. Karena kerang juga jumlahnya terbatas. Apabila bencana ini terus berlanjut ancaman kelaparan benar-benar anak terjadi."Benda yang disebut-sebut sebagai monster itu hanya muncul saat malam hari. Kita akan bermalam di lautan untuk menunggu kemunculannya," kata Bu Sukma.Galaksi diam saja. Ia memejamkan matanya. Tampak tengah berpikir."Woe mikir apa lo Galak?" Aurora mengageti."Perjalanan menuju pulau kedua. Kalian ingat tidak saat kapal kita di serang di tenga
Kapal berhenti. Galaksi dan yang lainnya keluar dari kapal. Mereka berdiri dengan IWS yang sudah aktif. Siap menyongsong lawan.Dari dalam permukaan laut muncul suatu benda besar dan hitam. Matanya hijau menyala dalam gelap. Lalu tiba-tiba...Cllettaaarrr!!!Ekor dari benda itu menyabet keras ke badan kapal."Bentuknya apa? Cumi? Apa gurita?" Tanya Aurora penasaran."Bukan cumi, bukan gurita," kata Davin."Cakepp..." Sahut Aurora."Aku bukan lagi ngepantun Ra.""Eh, kirain wkwk...""Itu ikan pari," Galaksi memberitahu. Sehendaknya hanya dia yang memiliki pengelihatan bagus saat malam hari seperti ini."Hati-hati semuanya. Ekor ikan pari itu mampu mengeluarkan kejutan listrik!"Clleetaaarrrr!!!!Baru juga Galaksi memberitahu ikan pari itu sudah menyabetkan ekornya lagi. Listrik bermuatan ratusan volt menyambar. Jika kapal mereka terbuat dari besi maka sudah pasti mereka tersetrum, beruntungnya kapalnya dari kayu. Itu merupakan keberuntungan."Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan!"BBBU
Esok harinya Galaksi masih bergelung di dalam selimut meskipun hari sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Tak ada yang berani untuk membangunkan mengingat bagaimana temperamentalnya Galaksi. Bisa-bisa hanya jadi penyakit jika Galaksi tidak berkenan."Hoaammm..." Galaksi mengeliat sambil merubah posisi tidurnya menjadi miring. Ia membuka kelopak matanya yang terpejam. Seketika..."WASTAGA!!!" Galaksi melompat dari posisi tidurnya. Ia langsung berdiri tegak di atas ranjang. Siapa yang tak kaget ketika tidur sendirian tapi bangun-bangun ada wajah nyengir tepat di depan matamu. Dan itu posisinya masih belum bangun sepenuhnya."Yo! Selamat pagi Galak!" Aurora melambaikan tangannya."Aduh..." Galaksi memegangi kepalanya. Rasanya langsung pusing ketika bangun dalam keadaan kaget."Aurora?" Tanya Galaksi tak percaya. Apa mungkin dia masih bermimpi?Galaksi duduk bersender pada kepala ranjang dengan lesu. Berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih kocar-kacir karena kaget. Kemudian ketika kesad
"Fokus, fokus, fokus! Aku bilang fokus Gavin. Kau tidak akan bisa membidik sasaranmu dengan tepat jika tidak fokus!" Bu Sukma berteriak.Keringat mengalir menuruni parit pelipis Gavin. Laki-laki itu mati-matian berlatih sepagi ini."Bidik sasaranmu. Sekarang!"DOORRR!!!DOORRR!!!Gavin meleset du sentimeter dari papan target."Jangan terlalu tegang!" Bu Sukma membantu Gavin membenahi cara memegang pistol yang sedikit kurang tepat."Kau sepertinya perlu penyemangat Gavin," kata Bu Sukma sembari menoleh pada Aurora."Ra, sekarang saatnya." Bu Sukma melemparkan sebuah apel."Siap Bu Suk!" Apel ditangkap Aurora. Ia berdiri di depan target. Meletakkan apel itu di atas kepalanya."Bidik apelnya Vin. Harus kena jika kau tidak ingin Aurora terkena peluru."Gavin menghela nafas. Ia memejamkan matanya untuk mengambil fokus. Keringatnya sudah membanjir. Ia benar-benar tegang. Apa lagi kali ini ia tak boleh meleset barang semili pun."Fokus saja pada targetmu. Jika targetmu apel maka seharusnya
"Apa yang barusan Gal?" Tanya Aurora kaget."Entah." Galaksi melepaskan seat belt kemudian turun untuk memeriksa benda apa yang menghantam mobilnya hingga pecah.Galaksi melihat seonggok robot berbentuk manusia tergeletak di jalanan. Kondisinya sudah remuk. Galaksi mendekat untuk memeriksa."Ada apa Gal?" Tanya Aurora yang ikut turun.Galaksi menoleh pada Aurora. Terlihat matanya sudah menyala biru."Bukan sesuatu yang serius. Sepertinya ia robot pembersih jalan."Aurora mengerutkan keningnya. Agak curiga. Kan tadi tidak terlihat adanya robot apapun di jalan.Galaksi beranjak meninggalkan robot itu."Sekarang bagaimana? Kaca mobil depanmu pecah."Gradakk!Galaksi menarik lepas kaca depan itu. Membuangnya ke semak-semak di pinggir jalan. Sekarang mobilnya tidak memiliki kaca depan. Bolong melompong."Harusnya tadi tidak pakai mobil yang ini," ujar Galaksi. "Kalau begini malah bikin kamu nggak nyaman berkendara."Aurora meraih tangan Galaksi."Lo tenang aja Gal. Jangan mikirin gue. Gue
Galaksi meraih carter di atas meja kemudian...Sreettt!Ia merobek pahanya sendiri."Akhhh!" Tentu saja rasanya perih. Galaks berdiri."Wahh... Kakak licik juga. Untuk melepaskan diri dari efek dupa Kakak melukai diri sendiri."Prok! Prok! Prok!Cakrawala bertepuk tangan.Jleb!Galaksi melemparkan carter itu hingga menancap dipermukaan meja tepat di depan Cakrawala.Grep!Ia menarik Aurora mundur, melindungi gadis itu di balik punggungnya."Cara yang sama tidak akan bekerja padaku untuk yang kedua kalinya," ucap Galaksi.Galaksi segera mendengar deru langkah kaki mendekat. Entah darimana asalnya tapi tiba-tiba area panti asuhan itu sudah di kepung."Hmm... Rupanya sarang mafia yang sesungguhnya justru berada di sini ya?" Galaksi menarik kesimpulan.Drap!Cakrawala naik ke atas meja."Seseorang yang sudah masuk sarang Mata Iblis mustahil bisa lolos hidup-hidup." Cakrawala memasang sarung tangan pada kedua tangannya."Galaksi gue kan udah bilang kalo ini cuma jebakannya si Antariksa ken
Setelah deru tembakan yang menggema. Semuanya sepi di telan debu dan asap putih yang tebal. Beberapa saat lamanya debu dan asap baru memudar. Sebagian besar anggota mafia Mata Iblis terbunuh oleh tembakan Galaksi yang memang memiliki daya kedak cukup besar untuk membunuh orang-orang di sekitarnya.Ball drone juga terus menyerang menghabisi sisa-sisa anggota mafia Mata Iblis yang selamat dari serangan Galaksi. Bahkan ball drone juga memburu anggota mafia Mata Iblis yang mencoba melarikan diri.DOOORRR!!!DOOORRR!!!DOOORRR!!!Aurora membantu menyerang dari udara. Ia menghujani area pertempuran dengan peluru-peluru panas."Hahahaha...!!! Hahahaha... HAHAHAHA!!!"Cakrawala muncul dengan tawa menggema. Ia seperti mengejek Galaksi."Seranganku tidak berhasil?" Tanya Galaksi."Sudah kubilang Gala. Kali ini nyawamu akan melayang di tanganku.""Jangan lupain gue!!!"DDUUAAAKKKKKK!!!Aurora datang dengan sebuah tendangan maha dahsyat yang langsung menghantam kepala Cakrawala. Galaksi bisa mema
Pusat militer Negara Erenda Raya tampak ramai dengan para prajurit militer yang berseragam gagah. Mereka melakukan latihan rutin. Sebagian lagi melaksanakan tugas seperti biasanya.Cuaca di luar cukup cerah. Mega putih berarakan. Petugas kebersihan berehat bawah pohon rindang sembari mengibas-ngibaskan topinya untuk mengusir gerah. Segelas es teh dingin tersaji di depannya. Mereka mengobrol ringan dengan sesama petugas lainnya."Pak Sukan besok aku nggak kerja disini lagi loh," kata Yudi memberitahu."Mau kemana Yud?" Tanya Pak Sukan."Tidur Pak. Istirahat. Capek badanku.""Anak muda begini tubuh masih kuat kok ngeluh capek to Yud. Bapak loh pas jaman masih muda kayak kamu begini nggak ada capek-capeknya."Yudi tersenyum."Namanya juga badan manusia Pak. Sesekali capek kan nggak apa-apa.""Tapi lusa masuk lagi kan Yud? Kamu nggak bermaksud berhenti dari pekerjaan ini kan?"Pandangan Yudi tampak menerawang."Nggak tahu ya Pak. Lihat nanti mau lanjut kerja apa nggak," jawab Yudi akhirny