Nader sangat membenci pekerjaan Noura yang satu itu. Dia tidak pernah menyukai Noura menari di depan orang lain. Bahkan ketika mereka masih berstatus sepasang kekasih, dia kerap membujuk Noura agar meninggalkan pekerjaannya yang sebagai pelatih tari.Kini, mengetahui Noura akan tampil di depan keramaian dan hanya mengenakan pakaian terbuka, amarah pria itu kian meluap.Meski sudah berstatus mantan, darah Nader masih saja mendidih saat akan menyaksikan penampilan Noura di malam itu.Dari atas panggung, Noura dapat membaca tatapan tajam Nader. Entah kenapa semangatnya justru membara tatkala menyaksikan ekspresi pria itu yang mungkin tidak terima dengan keputusannya. "Peduli setan dengan pikirannya," desah Noura dalam hati. "Dia mungkin pernah tidak setuju dan marah jika aku menari untuk orang lain, tapi itu bukan berarti dia masih peduli denganku sekarang ini. Dia pasti hanya tidak ingin melihatku memiliki penghasilan lebih."Setelah meyakinkan dirinya sendiri, perlahan Noura melepaska
Sesaat kemudian, Nader berniat ingin pulang. Dia sudah tidak ingin menyusul Ikram ke dalam ruangan pertunjukan. Dia harus menguatkan diri agar tetap tenang ketika menyaksikan malam berikutnya. Biar bagaimana pun, keputusan ini adalah pilihan Noura. Sulit untuk Nader untuk ikut campur karena mereka tidak memiliki hubungan apapun.Pada saat akan meninggalkan tempat itu, Nader tidak sengaja melihat kemunculan Sukaesih dengan beberapa orang lainnya. Di depan sana, dia menyaksikan dengan jelas jika Sukaesih tengah berjalan terburu-buru bersama tiga orang pria dan satu wanita lainnya.Di antara ke lima orang itu, pusat perhatian Nader jatuh pada Malini."Apa yang akan mereka lakukan di sini? Kenapa mereka terlihat akrab satu sama lain?" Malini masih merupakan tunangan Nader, jadi dia berhak untuk menegur wanita itu jika tidak sesuai dengan keinginannya. Terlebih saat ini, sang tunangan berjalan dengan wanita yang masih menaruh dendam pada Noura. Kedua wanita beda usia itu sama-sama tidak
Meski Noura berdampingan dengan Ashley dan masih dalam pantauan pria itu, sikapnya selalu berhati-hati pada setiap orang asing di ruangan itu.Nasihat baik dari beberapa temannya membuat mata awas Noura terlihat waspada jika sewaktu-waktu ada yang melakukan penyerangan terhadapnya.Itu sebabnya ketika George bergerak maju dengan tatapan asing, Noura langsung menyadari kehadiran pria itu.Noura segera berbisik pada Ashley, "Siapa pria bertato itu, sepertinya dia akan datang ke sini, bukankah acara berikutnya belum dimulai?" protes Noura dengan cepat.Ashley juga tidak mengenali pria pemilik tatto naga itu. Dia lebih dulu mengamati wajah George dengan seksama, kemudian menjawab dengan ragu, "Aku kurang tahu, sepertinya pelanggan baru, dan aku rasa dia belum mengetahui peraturan di sini, makanya sembarangan mau naik ke sini.""Kalau begitu cepat halangi dia, katakan sesuatu, jangan sampai dia datang ke sini!" Noura menyuruh karena takut. Wajah George lumayan berkharisma, namun cara dia
Suasana hati Nader yang tengah kacau bertambah kusut tatkala melihat kepergian Noura bersama dengan Ikram.Di depan sana, Nader menyaksikan sendiri bagaimana Ikram memperlakukan Noura dengan begitu lembut. Pria itu tidak hanya bersikap sopan, tapi juga membukakan pintu pada Noura yang notabenenya hanya seorang pekerja malam."Aku ke sini hanya ingin ...." Malini sedang berusaha mencari alasan, tapi ketika dia melihat aura buruk terpancar dari wajah Nader, dan pria itu tidak lagi peduli dengan segala ucapannya, mulut wanita yang menggunakan dress merah itu segera berhenti mengoceh. Malini segera mengikuti arah pandang Nader yang sedang tertuju pada sebuah mobil dan baru saja bergerak. 'Siapa yang dia lihat, kenapa wajahnya yang tampan ini tiba-tiba berubah lagi seperti iblis?' pikir Malini.Saat itu George seperti mendapat kesempatan untuk menghindar. Dia malas berurusan dengan orang berpengaruh seperti Nader. "Sebaiknya aku pergi, masih ada urusan yang harus aku kerjakan," pamitnya p
Ada yang bilang perkataan orang mabuk adalah ungkapan hati yang sadar. 'Jadi dia masih mengharapkan aku,' pikir Noura dengan perasaan tak keruan.Ketika Nader menggerutu dalam keadaan mabuk, Noura dapat mendengar setiap kata yang terucap dari mulut Nader. Dia yakin semua kata-kata itu adalah yang paling jujur dan berasal dari hati yang paling dalam. Tidak hanya itu, Noura juga melihat ekspresi mantan kekasih yang sudah berulang kali menyakiti hatinya itu. Bagaimana mungkin dia bisa menyangkal lagi jika Nader ternyata masih memiliki perasaan terhadapnya?'Dasar pria bodoh ... apa dia masih sering melakukan hal menjijikkan seperti ini?' pikir Noura. Meski hubungan yang pernah mereka jalani terbilang singkat, dia sudah banyak mengetahui kebiasaan Nader yang acapkali mengkonsumsi minuman keras di saat sedang menghadapi masalah pelik.Di saat yang sama, Ikram tidak bisa fokus lagi pada ponselnya. Pandangannya lurus menatap ekspresi Noura. Ada sedikit kecewa yang dirasakan Ikram tatkala m
Dengan mempercepat langkahnya, Malini berpikir jika dia bisa menguasai Nader sepenuhnya. Apalagi tunangannya dalam keadaan mabuk. Kali ini Malini tidak ingin gagal dalam usahanya.Ketika Malini berhasil membawa Nader dan sudah tiba di depan sebuah kamar, pria yang dalam keadaan teler itu justru mendorong Malini hingga jatuh ke lantai. "Minggir kau, aku tidak membutuhkanmu di sini!" Tanpa diduga Nader masih merasakan kehadiran wanita yang tidak diinginkannya, padahal dia sudah berada dalam tingkat kesadaran yang paling rendah.Sudah lumayan lama Malini bersikap manja pada Nader membuat pria itu kesal bukan main. Jika di dalam kediaman keluarga Othmani, Nader masih bisa mentolerir kelakuan tunangannya itu. Namun, saat ini dia tidak ingin terlihat pasrah di hadapan wanita bergaun mini itu.Malini segera berdiri dan dengan sigap memeluk Nader. "Aku ini calon istrimu. Tidak akan ada yang melarang kita untuk satu kamar.""Kau hanya memiliki status itu di mata orang lain, tapi bagiku kau bu
Sesaat setelah Nader mendengar bunyi keras itu, dia menoleh ke samping. "Suara apa itu, apa itu berasal dari neraka?" Karena lelah dengan hidupnya yang kacau balau, Nader mulai mengoceh tentang hal-hal yang aneh.Saat ini, satu hal yang dapat membuat hati Nader menjadi tenang dan selalu diharapkan adalah bertemu dengan Noura. Dia seperti orang gila saat merindukan wanita itu.Hanya selang beberapa detik saja, Nader kembali mendengar bunyi dering dari sebuah ponsel. "Siapa itu?" Koridor hotel tampak sepi ketika menjelang pagi. Jadi tidak ada lalu lalang pengunjung dan juga suara berisik yang lain. Meski dalam kondisi mabuk, Nader dapat mendengar setiap suara, bahkan sekecil apapun. Karena mengira itu adalah perbuatan Malini, Nader pun menegur dengan cara setengah berteriak. "Apa kamu belum pergi juga?"Dengan langkah sempoyongan, Nader berjalan menuju sumber suara.Panik mendengar derap langkah Nader yang kian dekat, Noura segera mendorong tubuh Malini dengan keras. "Maaf, aku tidak
Nader memijit kepalanya yang masih terasa pusing. Ketika mencoba mengingat apa yang terjadi pada malam itu, dia mengarahkan pandangannya pada kamar mandi. Suara gemericik air dari ruangan tersebut meyakinkan Nader jika telah melakukan sesuatu dengan seorang wanita."Noura ...." Nader bergumam pelan. Meski tidak terlalu jelas dengan ingatannya pada malam itu, namun ada sedikit keyakinan jika wanita itu telah mendatanginya.Tidak lama kemudian, setelah Nader memeriksa beberapa panggilan dan pesan di ponselnya, dia menoleh lagi pada pintu kamar mandi."Kamu ...!" Nader menyipitkan mata tatkala wanita yang keluar bukan wanita yang diharapkan. Dahinya mengkerut, kesal dengan keadaannya saat ini.Dari kamar mandi seorang wanita cantik baru saja keluar. Wanita itu hanya menggunakan selembar handuk. Dengan rambut basah terurai dan sambil tersenyum manis, dia mendekati Nader."Selamat pagi, Nader ...!" Tanpa ragu, Zana berdiri di hadapan Nader yang mana pria itu terlihat shock berat. "Aku min