"Di umur yang sudah setua ini, harusnya papa itu memiliki cucu, bukan anak seperti yang dilakukannya saat ini," Nader masih ngedumel saja saat menuju ruang sang ayah."Pantas saja papa mendukung penuh pilihanku dan sekarang sudah berhenti memaksakan pernikahan dengan Malini. Ternyata dia mempunyai rahasia sebesar ini."Nader berprasangka buruk karena ayahnya itu tidak menjelaskan secara detail. Hanya menyuruhnya berbelanja perlengkapan bayi dan harus segera dilaksanakan. Tentu saja Nader curiga dengan gelagat sang ayah. Ketika tiba di ruang tamu, Nader semakin gondok melihat ayahnya. "Benar sudah dugaanku," ucapnya dengan suara yang pelan.Sore itu, Imtiyaz tidak hanya sendiri. Dia sedang bersama seorang gadis kecil. Bayi berusia satu tahun itu digendong dengan penuh cinta dan kasih sayang. Terlihat jika Imtiyaz sangat menyayangi bayi cantik nan imut itu. "Papa ...!" tegur Nader sembari mendekati ayahnya. "Apa-apaan ini, siapa anak kecil ini, apa dia anak dari selingkuhan Papa?" N
Pada malam hari, Noura menepati janjinya pada Ashley. Bersama Moana, Noura mendatangi klub sekitar pukul delapan malam. Tidak seperti sebelumnya, malam ini Noura justru menggunakan pakaian yang sangat sopan. Meski mengenakan outfit yang tertutup, namun masih menunjukkan kesan mewah seakan dia adalah seorang wanita karier yang memiliki jabatan penting.Saat bertemu, Ashley sedang bersama dengan Eya. Pria itu langsung menyipitkan mata. "Noura, ada apa denganmu?" Dia keheranan karena Nader belum memberikan penjelasan apapun padanya.Karena adanya Eya, Noura sekalian menunjukkan kesombongannya pada wanita itu. "Kenapa, Ashley, apa kamu terkejut melihat perubahan dalam diriku?" Eya mendengus kesal melihat sikap berani Noura, tapi belum berani mengucapkan sepatah kata pun."Aku tahu kau adalah wanita spesial untuk Nader, tapi hingga detik ini belum ada perintah apapun untukmu, jadi tidak sepantasnya kamu mengubah pekerjaanmu sesuka hati," ungkap Ashley yang turut kesal. "Sekarang lebih ba
Pada suatu malam, Nader mendatangi kediaman Reghab Hammadi. Ketika dia tiba, di sana sedang diadakan pesta kecil-kecilan. Entah bertujuan untuk apa, Nader tidak paham. Dia hanya fokus pada Noura yang tengah berdiri bersebelahan dengan Reghab.Awalnya, sedikit pun tidak ada pikiran negatif pada Noura. Meskipun Ashley sudah memberikan penjelasan yang buruk tentang Noura, Nader yakin jika Noura adalah wanita yang bersih dari setiap skandal. Dia tidak boleh lagi mempercayai ucapan orang asing. Akan tetapi, ketika melihat kedekatan antara Noura dan Reghab, Nader mulai sedikit curiga.Nader menyaksikan sendiri bagaimana Noura memeluk dan mencium pipi Reghab. Ditambah balasan dari pria kaya raya itu yang juga mencium kening Noura dengan lama dan itu terjadi di depan khalayak ramai.Hubungan seperti apa ini?"Apa yang aku lihat ini?" Nader menajamkan penglihatannya. Dia berdiri di luar gerbang terbuka itu, tentu masih bisa menyaksikan dengan mudah karena acara itu diselenggarakan di halaman
Setidaknya Nader memiliki Angel di sisinya saat ini, dan gadis itu akan selalu menjadi penyemangatnya untuk mendapatkan Noura kembali."Ibumu pasti sedang marah besar pada ayah sekarang," ucap Nader pada anak yang digendongnya. "Kamu harus membantu ayah agar ibumu luluh dan lebih memilih kita daripada orang lain!" Dia mengajak Angel bicara seolah-olah anak itu paham dengan apa yang dikatakannya.Sore itu, setelah pulang kerja, Nader langsung menuju villa untuk menemui putrinya."Hanya kamu yang membuatku tenang, Sayang." Nader menciumi pipi putrinya. "Beruntungnya aku memilikimu saat ini, jadi semua beban hidupku dapat berkurang setiap bersama denganmu."Banyak hal yang membuat pikiran Nader kacau balau. Selain Noura, ada juga Heba yang membuatnya marah. Jika sedang mengingat semua kejahatan yang dilakukan oleh ibu sambungnya itu, Nader merasa kecewa dan ingin segera melampiaskan segala angkara murka dalam dirinya.Nader masih menahan diri, mengingat Heba adalah orang yang memberi sem
"Tahanan 201 ...!" Sipir penjara memanggil penghuni rutan dengan lantang. Seorang gadis bernama Noura Sarah buru-buru mengangkat tubuh dari pembaringannya. Dengan semangat yang masih membara, dia segera berdiri menghampiri petugas. Sambil berpegangan pada jeruji besi penghalang mereka, dia bertanya dengan tergesa-gesa, "Siapa yang berkunjung hari ini?" "Seorang wanita, aku rasa dia adalah ibumu," sang sipir menjawab dengan acuh. Noura langsung tertunduk lesu. Api semangat yang menggebu-gebu itu sirna seketika. Dia sedikit kecewa, karena yang ditunggu-tunggu tidak sesuai harapan. Bukan menolak kehadiran ibu angkatnya, tapi dia sudah lama menunggu kehadiran Nader, sang kekasih yang diharapkan sebagai penyelamatnya dari segala tuduhan. "Kenapa?" petugas itu mencibir melihat diamnya Noura. "Apa kamu berubah pikiran dan tidak ingin menemui ibumu?" "Tidak, aku tidak berubah pikiran, aku akan menemuinya." Sudah hampir satu bulan lamanya mendekam di dalam penjara, tidak mungkin Noura m
Pada saat makan malam, Noura sudah merasakan mual sebelum menghabiskan makanannya. Dia segera berlari ke arah wastafel di ujung ruangan. Di sana, dia memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. "Hweeek ... hweeek ...!" Suara muntahan Noura sontak membuat tahanan lainnya merasa jijik. Seorang wanita yang paling disegani lebih dulu mendekati Noura.Wanita itu bernama Rachel. Dia berdiri di samping Noura. "Hei ... tidak bisakah kau muntah di tempat lain saja? Apa kau tidak punya mata, apa kau tidak melihat kita semua sedang makan?"Ketika pandangan Noura menyapu orang-orang di sekitarnya, dia terdiam. Sambil memegang perutnya, Noura pun berusaha menahan mual di perutnya. Hampir semua orang menatap Noura dengan pandangan yang sama, jijik dan juga marah."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Noura lesu, kemudian meninggalkan semua orang.Akan tetapi, baru beberapa langkah saja, tangan Noura telah ditarik paksa dari belakang. Dia terpaksa menoleh pada Rachel yang tengah didampingi oleh empat wanita
Mengetahui sang kekasih telah bersedia mengunjunginya, Noura tidak bisa membendung rasa sukacitanya. Aura positif, keceriaan terlihat kembali menghiasi wajahnya yang semakin tirus. Kesedihan, kebencian dan kecurigaan yang pernah terlintas juga seketika menghilang."Nader datang padaku?" Noura memastikan. Dia tidak sabar untuk memberitahu keadaannya saat ini."Cepat keluar, tidak usah banyak drama!" seru sipir dengan suara yang keras.Sembari berjalan mengikuti sipir tahanan, Noura mengelus perutnya yang rata. 'Dia pasti bahagia mengetahui kehamilanku. Dia pasti akan membantuku,' pikirnya."Nader ...!" panggil Noura setelah tiba di ruang kunjungan. Dia segera duduk dengan bersemangat.Noura hanya melihat punggung Nader yang tengah berbicara dengan seorang pria lainnya. Namun dia yakin jika pria itu akan segera membebaskannya dari segala tuduhan.'Kenapa dia tidak langsung melihatku?' pikir Noura dan dia mulai bimbang. 'Apa dia tidak merindukanku? Apa dia tidak menginginkanku lagi?''Ah
Setelah sadar dari pingsannya, Noura kembali bertemu dengan Mike, sang dokter yang telah memeriksa kesehatannya untuk kedua kalinya."Berapa lama aku pingsan?" Noura bertanya acuh. Dari sorot matanya tampak jika dia sudah tidak peduli dengan apapun. Dunia seperti sudah hancur baginya. Mike duduk tepat di sebelah Noura, lalu menjawab. "Kurang lebih lima jam, dan kabar baiknya kamu bisa melewati pendarahan dengan baik. Calon anakmu masih bisa diselamatkan," kata Mike dengan jujur.Noura tidak memberi tanggapan apapun tentang bayinya. Apa yang harus dibanggakan dengan itu? Bukan hanya sekedar menyadari kebodohannya yang sudah terperdaya oleh bujuk rayu Nader, kini dia juga menaruh dendam pada pria itu."Lima jam ya...?" Noura justru tertawa hambar, meledek dirinya sendiri. Dia jijik membayangkan kondisi fisiknya yang sekarang, melemah akibat memikirkan Nader, akan tetapi pria itu tidak peduli sama sekali. Dia telah membuang-buang waktu, tenaga, dan pikiran untuk pria yang tidak bertangg