"Siapa yang kamu lihat?" Moana menegur Noura yang tengah berdiri di depan jendela. "Dari tadi bengong terus di situ, ada yang mencurigakan atau kamu sedang menunggu seseorang, Noura?" goda Moana sambil menikmati camilan di tangannya.Saking fokusnya menatap Reghab dan Gibran, Noura tidak mendengar teguran dari sahabatnya itu. 'Pria itu datang bersama tuan Gibran, itu artinya mereka ingin menagih hutang sekarang juga,' pikir Noura, dan dia mulai cemas. " Tapi kenapa mereka hanya berdiri saja di situ, kenapa tidak langsung mendatangiku?'Tatapan Noura berpindah pada ponsel di tangannya. Saat itu, dia teringin menghubungi Nader untuk menagih uang yang dijanjikan pria itu.Noura mengetik beberapa kalimat untuk Nader. Baru saja akan dikirimkan, dia sudah menghapusnya lagi. Dan itu terulang hingga beberapa kali."Ah bodoh ... aku tidak mungkin melakukan hal konyol ini." Noura ragu karena terakhir mereka bertemu, dia memarahi pria itu. Lagi pula, Noura sudah tidak ingin terlibat lebih jauh
"Noura dalam masalah ... aku harus pergi menemuinya!" ucap Nader yang saat itu bersama dengan Omar."Sebentar lagi Jemmy akan datang, Tuan, apa kamu tidak ingin bertanya langsung padanya?" tawar Omar karena pertemuan mereka memang dirancang untuk menginterogasi sang sopir yang ternyata memiliki hubungan dekat dengan Heba."Aku akan bertanya pada ayahku saja." Nader meraih kunci mobil dan juga ponselnya. "Aku pergi sekarang."Pada saat itu, Noura sedang mengamati sebuah berkas yang dibawakan oleh Gibran untuknya. Dalam sebuah file resmi, tertulis jika Reghab dan Noura adalah ayah dan anak kandung."Ini bukan rekayasa, tuan Gibran?" Noura memastikan dan untuk menatap Reghab, dia masih merasa canggung."Beberapa hari yang lalu, kita pernah bertemu, Noura," Reghab yang menjelaskan. "Apa kamu masih ingat pertemuan itu?" tanyanya lagi."Ya, aku ingat," jawab Noura."Hari itu aku meminta dokter untuk mengambilkan sebagian rambutmu untuk dijadikan bahan test. Besoknya aku juga langsung melaku
"Di umur yang sudah setua ini, harusnya papa itu memiliki cucu, bukan anak seperti yang dilakukannya saat ini," Nader masih ngedumel saja saat menuju ruang sang ayah."Pantas saja papa mendukung penuh pilihanku dan sekarang sudah berhenti memaksakan pernikahan dengan Malini. Ternyata dia mempunyai rahasia sebesar ini."Nader berprasangka buruk karena ayahnya itu tidak menjelaskan secara detail. Hanya menyuruhnya berbelanja perlengkapan bayi dan harus segera dilaksanakan. Tentu saja Nader curiga dengan gelagat sang ayah. Ketika tiba di ruang tamu, Nader semakin gondok melihat ayahnya. "Benar sudah dugaanku," ucapnya dengan suara yang pelan.Sore itu, Imtiyaz tidak hanya sendiri. Dia sedang bersama seorang gadis kecil. Bayi berusia satu tahun itu digendong dengan penuh cinta dan kasih sayang. Terlihat jika Imtiyaz sangat menyayangi bayi cantik nan imut itu. "Papa ...!" tegur Nader sembari mendekati ayahnya. "Apa-apaan ini, siapa anak kecil ini, apa dia anak dari selingkuhan Papa?" N
"Tahanan 201 ...!" Sipir penjara memanggil penghuni rutan dengan lantang. Seorang gadis bernama Noura Sarah buru-buru mengangkat tubuh dari pembaringannya. Dengan semangat yang masih membara, dia segera berdiri menghampiri petugas. Sambil berpegangan pada jeruji besi penghalang mereka, dia bertanya dengan tergesa-gesa, "Siapa yang berkunjung hari ini?" "Seorang wanita, aku rasa dia adalah ibumu," sang sipir menjawab dengan acuh. Noura langsung tertunduk lesu. Api semangat yang menggebu-gebu itu sirna seketika. Dia sedikit kecewa, karena yang ditunggu-tunggu tidak sesuai harapan. Bukan menolak kehadiran ibu angkatnya, tapi dia sudah lama menunggu kehadiran Nader, sang kekasih yang diharapkan sebagai penyelamatnya dari segala tuduhan. "Kenapa?" petugas itu mencibir melihat diamnya Noura. "Apa kamu berubah pikiran dan tidak ingin menemui ibumu?" "Tidak, aku tidak berubah pikiran, aku akan menemuinya." Sudah hampir satu bulan lamanya mendekam di dalam penjara, tidak mungkin Noura m
Pada saat makan malam, Noura sudah merasakan mual sebelum menghabiskan makanannya. Dia segera berlari ke arah wastafel di ujung ruangan. Di sana, dia memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. "Hweeek ... hweeek ...!" Suara muntahan Noura sontak membuat tahanan lainnya merasa jijik. Seorang wanita yang paling disegani lebih dulu mendekati Noura.Wanita itu bernama Rachel. Dia berdiri di samping Noura. "Hei ... tidak bisakah kau muntah di tempat lain saja? Apa kau tidak punya mata, apa kau tidak melihat kita semua sedang makan?"Ketika pandangan Noura menyapu orang-orang di sekitarnya, dia terdiam. Sambil memegang perutnya, Noura pun berusaha menahan mual di perutnya. Hampir semua orang menatap Noura dengan pandangan yang sama, jijik dan juga marah."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Noura lesu, kemudian meninggalkan semua orang.Akan tetapi, baru beberapa langkah saja, tangan Noura telah ditarik paksa dari belakang. Dia terpaksa menoleh pada Rachel yang tengah didampingi oleh empat wanita
Mengetahui sang kekasih telah bersedia mengunjunginya, Noura tidak bisa membendung rasa sukacitanya. Aura positif, keceriaan terlihat kembali menghiasi wajahnya yang semakin tirus. Kesedihan, kebencian dan kecurigaan yang pernah terlintas juga seketika menghilang."Nader datang padaku?" Noura memastikan. Dia tidak sabar untuk memberitahu keadaannya saat ini."Cepat keluar, tidak usah banyak drama!" seru sipir dengan suara yang keras.Sembari berjalan mengikuti sipir tahanan, Noura mengelus perutnya yang rata. 'Dia pasti bahagia mengetahui kehamilanku. Dia pasti akan membantuku,' pikirnya."Nader ...!" panggil Noura setelah tiba di ruang kunjungan. Dia segera duduk dengan bersemangat.Noura hanya melihat punggung Nader yang tengah berbicara dengan seorang pria lainnya. Namun dia yakin jika pria itu akan segera membebaskannya dari segala tuduhan.'Kenapa dia tidak langsung melihatku?' pikir Noura dan dia mulai bimbang. 'Apa dia tidak merindukanku? Apa dia tidak menginginkanku lagi?''Ah
Setelah sadar dari pingsannya, Noura kembali bertemu dengan Mike, sang dokter yang telah memeriksa kesehatannya untuk kedua kalinya."Berapa lama aku pingsan?" Noura bertanya acuh. Dari sorot matanya tampak jika dia sudah tidak peduli dengan apapun. Dunia seperti sudah hancur baginya. Mike duduk tepat di sebelah Noura, lalu menjawab. "Kurang lebih lima jam, dan kabar baiknya kamu bisa melewati pendarahan dengan baik. Calon anakmu masih bisa diselamatkan," kata Mike dengan jujur.Noura tidak memberi tanggapan apapun tentang bayinya. Apa yang harus dibanggakan dengan itu? Bukan hanya sekedar menyadari kebodohannya yang sudah terperdaya oleh bujuk rayu Nader, kini dia juga menaruh dendam pada pria itu."Lima jam ya...?" Noura justru tertawa hambar, meledek dirinya sendiri. Dia jijik membayangkan kondisi fisiknya yang sekarang, melemah akibat memikirkan Nader, akan tetapi pria itu tidak peduli sama sekali. Dia telah membuang-buang waktu, tenaga, dan pikiran untuk pria yang tidak bertangg
Masih bertahan dengan rasa sakitnya, Noura hanya bisa meludah ke depan, membuang darah yang mengalir ke mulutnya. Rasa sakit ini tidak seimbang dengan rasa sakit hatinya yang telah dicampakkan oleh Nader. "Sekarang giliran kalian!" Rachel mempersilakan ketiga temannya untuk menganiaya musuh mereka.Sasaran utama mereka tentu saja sama, yaitu wajah cantik Noura.Brugh ... bragh ....Setiap satu orang pun telah mendapatkan bagian masing-masing.Kepala Noura semakin pusing saja. Hantaman dari ke empat wanita itu telah melumpuhkan pertahanannya. Di saat seperti itu, dia ternyata tidak bisa berdiam diri lagi. Jika tubuhnya yang sudah matang saja tidak sanggup menerima penganiyaan, bagaimana dengan janin yang tidak bersalah dalam perutnya? Tiba-tiba Noura merasa buruk jika membiarkan calon bayinya ikut teraniaya.Tepat ketika Rachel ingin menendang perutnya, Noura mulai melakukan perlawanan. Kedua tangannya menangkap kaki Rachel, dan dengan brutal mendorong wanita itu hingga terjungkal ke