Mike sedang bersama Chelsea ketika mendapat pesan dari Ikram. Mereka tengah membicarakan Angel yang akan dipindahkan ke rumah Chelsea. Mike mengambil keputusan itu karena ibunya kerap menerima kunjungan Ikram tanpa sepengetahuannya.Pada saat ponselnya bergetar, Mike segera memeriksa pesan masuk.[Bibi Heba berada di rumahmu sekarang, aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, lebih baik kamu pulang untuk mengecek kondisi mereka sekarang!] Darah Mike seketika mendidih setelah membaca pesan dari Ikram. "Apa lagi yang mereka rencanakan?" Dia menggertakkan gigi dan langsung curiga jika Ikram juga berada di posisi yang sama dengan Heba."Ada apa, Mike?" Chelsea menegur ketika melihat wajah sahabatnya berubah merah.Tanpa memberi jawaban, Mike meraih kunci mobilnya, lalu mengajak Chelsea bersamanya. "Ikut denganku sekarang, aku akan menceritakannya di mobil.""Ada apa sebenarnya ?" Meski Chelsea mengikuti Mike, dia tetap saja bertanya."Sekarang Angel dalam bahaya!"Chelsea juga sangat me
Nader terlebih dulu memburu para pria yang telah menculik Noura. Kebetulan mereka masih berada di bawah kendali Kandar dan tidak akan dilepaskan sebelum Noura ditemukan. "Di mana Noura?" Nader turun tangan langsung untuk mendapatkan keberadaan Noura. "Kami tidak tahu, Tuan, tolong ampuni kami!" satu pria menjawab. Dia menundukkan kepala setelah memberi jawaban, berharap Nader tidak memberikan hukuman pada mereka. "Mengampuni kalian?" Ketika tidak mendapat kejelasan, Nader justru melayangkan tendangan keras pada pria yang memberikan jawaban tadi. Alhasil, pria itu terjungkal jauh hingga tubuhnya menyentuh tembok. Dia terbatuk kuat dan mulutnya mengeluarkan darah segar. Dua pria yang tersisa menatap ke arah teman mereka yang sudah terluka parah. Mereka serentak berlutut di hadapan Nader. "Ampun, Tuan, kami memang tidak tahu apa-apa. Setelah kami menculik Noura, tuan George menghadang mobil kami dan membawa Noura pergi." Mereka masih menutup mulut karena mengira Nader bu
Pandangan Nader terhadap Reghab terbuktikan. Dia cukup mengenal pria itu sebagai orang yang jujur dan selalu menjaga nama baik keluarga. Dia harus memastikan lagi tujuan Reghab yang menginginkan Noura. "Urus ketiga pria ini, jangan sampai ada yang berbaik hati melepaskan mereka!" ujar Nader pada orang-orang suruhannya. Setelah itu, Nader pun mengajak Kandar bersamanya. "Kita temui tuan Reghab sekarang juga!" "Untuk apa, Tuan?" Kandar protes karena keselamatan Noura lebih penting. "Apa tidak sebaiknya kita mencari Noura saja?" "Kita akan mencari Noura, tapi aku juga masih ingin memastikan tujuan tuan Reghab menculik Noura. Aku yakin kita bisa mendapatkan petunjuk darinya," jelas Nader sembari berjalan menuju mobilnya. Di dalam mobil. Selain menunggu kabar tentang pencarian Noura, Nader juga mencari tahu informasi tentang Reghab. Latar belakang, status dan orang-orang terdekat Reghab menjadi prioritas Nader. "Tunggu ...." Nader terkejut mendapat satu berita tentang Regha
Malini kalap malam itu. Kekesalannya terhadap Noura kian menjadi. Kenapa setiap pria yang dekat dengannya mesti tergila-gila pada Noura?Dibandingkan dengan dirinya yang merupakan seorang publik figure, Malini merasa jauh lebih bagus dari segi hal apapun jika dibandingkan dengan Noura."Buang jauh mayatnya, jangan sampai ada yang menemukannya!" Malini memberikan perintah pada tiga orang pengawal yang dia bawa."Baik, Nona." Ketiga pria itu menggotong tubuh George yang telah menjadi mayat."Kamu terlalu gegabah," kata Sukaesih yang masih kesal terhadap ulah Malini. Dikarenakan itu, dia juga kehilangan selera untuk mengeksekusi Noura malam itu. "Kalau begini jadinya, aku lebih baik tidak ikut-ikutan," lanjutnya. "Dasar penakut, pecundang kalian semua!" Malini mengejek wanita paruh baya itu. "Terserah kamu mau seperti apa, pergi saja jika ingin mundur!" Atas saran dari suaminya, Sukesih awalnya sudah berniat untuk berhenti mengusik Noura. Sempat ketakutan dengan ancaman Nader membuat w
Setelah terjadi kesepakatan, Nader segera melepaskan seluruh ikatan Noura. "Apa aku datang terlalu lama?" tanyanya.Noura hanya menanggapinya dengan senyum seadanya, tapi dalam hati kecilnya, dia merasa lega setelah mendapat pertolongan. Melihat luka pukulan di kening istrinya, Nader merasa bersalah. "Lukamu harus segera ditangani, aku akan lebih dulu membawamu berobat.""Hmmmm ...!" Noura hanya mengeluarkan deheman kecil sebagai tanggapan. Hubungan mereka tidak tidak terlalu bagus untuk saling menumpahkan perasaan, bukan? Bagaimana dia harus bermanja-manja pada pria yang merupakan suaminya itu?Meski Nader telah memberikan pertolongan padanya, tapi Noura tidak berterima kasih untuk itu. Dia justru masih terlihat geram akibat penawaran Nader pada Malini. "Apa kamu marah?" Nader bertanya dan dia berharap Noura menjawab iya, karena itu tandanya wanita itu masih memiliki rasa cinta untuknya.Saat berhadapan dengan Nader, Noura memilih mengunci rapat mulutnya. Apa yang harus dia katakan
Efek obat yang dikonsumsinya, Noura tertidur di dalam mobil. Hal itu pun memudahkan Nader untuk membawanya ke dalam apartment.Derrtz. Ponsel Nader bergetar.Nader membuka pesan di ponselnya. Pesan itu dikirimkan oleh Omar. [Tuan, Ronald sudah bicara sedikit dan mengatakan jika nyonya Heba berniat membunuh Noura dan juga anak yang dilahirkannya. Untuk alasannya, aku belum bisa bertanya, Ronald masih belum bisa banyak berbicara.]"Apa lagi ini?" Nader mencengkram ponsel di tangannya. Permasalahannya mulai mendapat titik terang, tapi dia tak habis pikir dengan perbuatan ibu sambungnya. "Kenapa ibu tega ingin membunuh Ronald hanya karena dia ingin menghalangimu, Bu?" Nader ingin melampiaskan amarahnya, tapi tersadar jika ibu dan ayahnya sedang berada di luar negeri. "Apa selama ini ibu juga hanya mengarang cerita tentang Noura agar aku semakin membencinya?" Nader merasa buruk memikirkan semuanya. Dia terlalu jahat pada Noura hingga wanita itu mendapat penderitaan bertubi-tubi.Dengan
"Tahanan 201 ...!" Sipir penjara memanggil penghuni rutan dengan lantang. Seorang gadis bernama Noura Sarah buru-buru mengangkat tubuh dari pembaringannya. Dengan semangat yang masih membara, dia segera berdiri menghampiri petugas. Sambil berpegangan pada jeruji besi penghalang mereka, dia bertanya dengan tergesa-gesa, "Siapa yang berkunjung hari ini?" "Seorang wanita, aku rasa dia adalah ibumu," sang sipir menjawab dengan acuh. Noura langsung tertunduk lesu. Api semangat yang menggebu-gebu itu sirna seketika. Dia sedikit kecewa, karena yang ditunggu-tunggu tidak sesuai harapan. Bukan menolak kehadiran ibu angkatnya, tapi dia sudah lama menunggu kehadiran Nader, sang kekasih yang diharapkan sebagai penyelamatnya dari segala tuduhan. "Kenapa?" petugas itu mencibir melihat diamnya Noura. "Apa kamu berubah pikiran dan tidak ingin menemui ibumu?" "Tidak, aku tidak berubah pikiran, aku akan menemuinya." Sudah hampir satu bulan lamanya mendekam di dalam penjara, tidak mungkin Noura m
Pada saat makan malam, Noura sudah merasakan mual sebelum menghabiskan makanannya. Dia segera berlari ke arah wastafel di ujung ruangan. Di sana, dia memuntahkan seluruh isi dalam perutnya. "Hweeek ... hweeek ...!" Suara muntahan Noura sontak membuat tahanan lainnya merasa jijik. Seorang wanita yang paling disegani lebih dulu mendekati Noura.Wanita itu bernama Rachel. Dia berdiri di samping Noura. "Hei ... tidak bisakah kau muntah di tempat lain saja? Apa kau tidak punya mata, apa kau tidak melihat kita semua sedang makan?"Ketika pandangan Noura menyapu orang-orang di sekitarnya, dia terdiam. Sambil memegang perutnya, Noura pun berusaha menahan mual di perutnya. Hampir semua orang menatap Noura dengan pandangan yang sama, jijik dan juga marah."Maaf, aku tidak sengaja," ucap Noura lesu, kemudian meninggalkan semua orang.Akan tetapi, baru beberapa langkah saja, tangan Noura telah ditarik paksa dari belakang. Dia terpaksa menoleh pada Rachel yang tengah didampingi oleh empat wanita