Kinan merasa sakit perut yang tak tertahankan setelah makan siang di rumahnya. Dia mengusap-usap perutnya yang terasa begitu kencang. Rintihan kesakitan keluar dari mulutnya. Maya masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat majikannya yang sedang meringis. "Non Kinan kenapa?" tanya Maya seraya menghampiri Kinan. "Sakit perutku, Maya. Rasanya seperti ada yang menarik-narik di dalam sana." jawab Kinan dengan meringis menahan rasa sakit.Diam-diam Maya tersenyum sinis, hanya sekilas dan Kinan sama sekali tidak menyadarinya. "Kok bisa sakit perut? Memangnya Non Kinan habis makan apa?""Aku habis makan siang. Atun dan Bi Imah yang memasak, tapi rasanya nggak kaya biasanya."Maya membuat ekspresi marah di wajahnya. "Wah, nggak bener ini mereka masaknya. Pasti ada sesuatu. Tunggu sebentar, Non. Saya temui mereka dulu.""Tapi, Maya ...." Maya tak menggubris panggilan Kinan. Dia melangkah keluar dengan cepat. Maya langsung menuju ke dapur dan menemukan Atun dan Bi Imah sedang sibuk bergerak ke
Duka mendalam dirasakan oleh Shaka dan Kinan pada hari itu. Matahari terbenam di ufuk barat, mewarnai langit dengan sentuhan keemasan, namun hati mereka tertutup oleh kabar yang menyakitkan. Telepon berdering dengan keras di tengah keriuhan mereka di ruang keluarga. Shaka segera mengangkat gagang telepon yang bergetar."Doktor Rumah Sakit? Ada apa?" tanyanya dengan keraguan dalam suaranya."Maaf memberitahu Anda bahwa Nyonya Rose, nenek Anda, telah meninggal dunia. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang sore tadi," seseorang berkata di seberang.Segala kesibukan di sekitarnya langsung terhenti. Pikiran Shaka melayang pada kenangan manis bersama sang nenek, sosok yang telah mendukung dan melindunginya sejak ia masih kecil. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya, tanpa ia sadari. Kinan yang berada di sampingnya merasa bingung dan buru-buru menghampirinya untuk mencoba menyadarkannya."Mas, ada apa?" Kinan bertanya khawatir.Shaka menatap Kinan dengan mata penuh kepediha
Beberapa waktu berlalu sejak kepergian Nyonya Rose, namun rumah yang dulu penuh kehangatan dan keceriaan, kini terasa lebih sepi dan sunyi dari biasanya. Tak ada lagi suara Nyonya Rose yang ramah dan penuh kasih sayang yang mengisi setiap sudut ruangan. Meskipun semua anggota keluarga mencoba menjalani hari-hari mereka seperti biasanya, namun rasa kehampaan dan kekosongan masih terus menghantui mereka setiap harinya.Pagi itu, ketika Shaka dan istrinya Kinan tengah tertidur nyenyak, mereka mendadak terusik oleh suara dering ponsel yang memecah keheningan pagi. Shaka membuka mata, meraih ponselnya yang tergeletak di nakas. Meskipun masih setengah sadar, ia segera memencet tombol hijau pada ponsel yang berdering dengan keras.Ketika mengangkat telepon itu. Tiba-tiba terdengar suara yang begitu amat familiar namun, terkesan lirih. “Shaka … kau benar-benar membuatku gila. Mengapa kau menikah dengan wanita lain? Mana janjimu?”Shaka merasa jantungnya berdegup kencang saat mendengar suara
Nafas Shaka memburu. Pikirannya tak lagi berkesinambungan dengan tubuhnya. Hari ini seperti hari yang begitu amat menyebalkan untuknya. Diganggu oleh mantan, harus bertemu dengan klien yang begitu amat penting. Namun, ia terlambat untuk datang. Dengan langkah mantap, Shaka masuk ke dalam kantornya. Namun, baru beberapa melangkah, ia sudah di sambut dengan Reni. Wajahnya tersenyum menatap ke arah Shaka. “Apa?” tanya Shaka tak berniat. Ia malas harus berhadapan dengan Reni, apalagi ketika ia tengah buru-buru untuk bertemu dengan klien pentingnya. Wajah Reni berubah menjadi masam. Padahal ia hanya ingin menyambut ya saja. Tak ada jawaban dari Reni, membuat Shaka langsung melengang pergi dari hadapannya. Melihat itu Reni berniat untuk mengikuti langkah Shaka kemanapun ia berada. Shaka tak menanggapinya. Ia hanya terus berjalan, menghiraukan Reni yang berada di belakangnya. “Pak?” panggil Reni membuat Shaka langsung menoleh dengan mata yang mengunus tajam kepadanya.Reni menjadi gugup
Suasana malam ini penuh dengan ketegangan yang hinggap di rumahnya. Kinan sedari tadi terus bolak-balik tak tentu arah. Hatinya merasa tak enak. Apalagi ketika melihat jam yang sudah menunjukkan waktu setengah delapan malam. Dengan benda pipih yang berada di tangannya. Ia menatap ke arah pintu utama. Atun yang kebetulan lewat di hadapannya langsung menghampirinya. “Non, kenapa? Kok sedari tadi bolak-balik aja?” tanya Atun dengan wajah kebingungan. “Ini loh, Tun. Masa dari tadi Mas Shaka gak pulang-pulang. Padahal waktu sudah pukul setengah malam. Harusnya Mas Shaka udah pulang ini,” tutur Kinan begitu saja, dengan mata berkaca-kacanya. Atun tertawa kecil melihat Nona Kinan seperti itu. “Mungkin Tuan Shaka tengah sibuk di kantornya Non,” Kinan mengangguk kecil. Ia bingung harus berekspresi seperti apa.“Sudah Nona kembali ke kamar saja, jangan memikirkan Tuan Shaka,” ujar Atun seraya tersenyum manis kepada majikannya itu. “Aku gak bisa tenang, Tun!”“Nona nunggu Tuannya sembari du
Shaka merasa bahwa suasana di pagi hari ini sangatlah aneh. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang salah dengan istrinya, Kinan. Sudah lama rasanya Shaka tidak makan bersama di meja makan yang sama dengan Kinan. Ia merasa bahwa hubungan mereka tidak seperti biasanya.Di sebelah Shaka sudah ada Kinan yang sedari tadi diam membisu. Padahal seharusnya pagi ini, Kinan harus banyak berceloteh. Shaka memperhatikan setiap gerak-gerik istrinya yang begitu sangat aneh pagi ini. Ia merasa bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Kinan.“Hm,” Shaka berdeham sejenak. Ia mencoba untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu canggung, namun Kinan malah memberikannya secangkir minuman yang sudah dituangkan olehnya. Shaka merasa sedikit kecewa karena ia berharap dapat berbicara dan berinteraksi dengan istrinya.Shaka melongo. Bukan ini yang ia mau. “Kinan, kenapa diam saja? Aku berbuat salah atau hari ini kau memang tak mood?” tanya Shaka kebingung. Kinan tetap terdiam dan tidak memberikan jawaban yang je
Dengan detak jantung yang semakin cepat dan perasaan tegang yang memenuhi tubuhnya, Kinan dan Shaka duduk di kursi dingin kantor polisi. Mereka berada di tengah-tengah ruangan yang sunyi dan terasa menyeramkan, dengan hanya suara jam dinding yang terus berdetak sebagai pengiring. Wajah mereka terlihat cemas dan khawatir, karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka terdiam, hanya suara gemetar napas yang terdengar di ruangan tersebut. Sebuah rasa cemas dan ketidaknyamanan menyelimuti tubuh mereka, ketika seorang wanita tiba-tiba muncul di depan mereka dengan raut wajah penuh amarah. Air mata yang luruh begitu saja dari matanya, membuat area di sekitar matanya terlihat bengkak dan merah.Polisi kemudian datang dengan membawa berkas-berkas di tangannya, membuat suasana di ruangan semakin tegang. Melirik ke arah Kinan, wajahnya terlihat begitu pucat dan terlihat sangat cemas. Ia seharusnya tidak datang ke sini, dan menyaksikan semua ini. Namun, sekarang sudah terla
'Selamat malam dan selamat datang di siaran televisi kami. Pada hari ini, kami akan membahas sebuah kasus yang tengah viral di media sosial. Seorang selebriti yang terkenal diduga bunuh diri karena depresi yang dialaminya setelah mantannya menikah dengan wanita lain.''Kasus ini telah menarik perhatian publik dan menjadi topik hangat di media sosial. Banyak orang yang merasa sedih dan terkejut dengan berita ini, dan banyak pula yang mempertanyakan mengapa selebriti tersebut sampai mengambil tindakan ekstrem seperti bunuh diri. 'Kinan merasa sedih mendengarkan suara siaran berita yang mengalun di telinganya. Ia duduk bersandar di sofa, memperhatikan layar televisi dengan tatapan yang penuh kekhawatiran. Suara reporter yang memaparkan berita tentang kasus yang sedang viral di media sosial semakin membuat hatinya terasa berat. Terlebih lagi, ia merasa sedikit gugup ketika mendengar nama suaminya, Shaka, yang ikut tersorot dalam pemberitaan tersebut."Kenapa harus masuk ke siaran televis