Share

Bab. 7

Ambar menoleh ke arah nenek Laurine. "Iya, Oma."

Gegas Ambar mengambil nasi untuk suaminya, walau dengan ras takut tidak berkenan di hati suaminya, Ambar tetap berusaha terlihat senormal mungkin. Dia tahu kalau setelah itu, Rexy akan marah kepadanya.

"Cukup!"

Rexy menghentikan tangan Ambar yang hendak mengambil lagi satu centong nasi untuk si Rexy. Ambar mengangguk dan meletakkan centong nasi ke dalam tempatnya kembali.

"Mas mau lauk apa?" lanjut Ambar menawarkan pada Rexy dia mau diambilkan lauk apa.

"Ambilkan yang itu aja," jawab Rexy sambil menunjuk ke arah lauk yang ia maksud. Satu mangkok telur balado telah menyita perhatian Rexy.

"Baik, Mas."

Tanpa banyak kata lagi, Ambar mengambilkan lauk yang diinginkan oleh Rexy. Setelah itu Ambar ikut makan bersama dengan Oma Laurine dan juga Rexy.

"Rexy, makan mu tambah terus sedari tadi. Masakan Ambar enak ya?" sindir nenek Laurine yang baru pertama kalinya melihat Rexy makan dengan lebih lahap dibanding dengan hari biasanya sebelum Ambar yang masak.

"Masakan Ambar enak, Oma. Pantaskan kalau Rexy nambah terus," jawab Rexy yang entah jujur atau tidak karena selain ada sang nenek yang tidak mungkin dia berbuat kasar pada Ambar dan juga memang masakan Ambar cocok di lidah Rexy.

Ambar tersipu malu, baru pertama kali ini dia mendapat pujian dari suaminya. Walaupun itu tidak tulus hanya sekadar buat melegakan hati sang nenek.

Tanpa terasa, Rexy sanggup menghabiskan semua lauk yang dimasak oleh Ambar. Nenek Laurine tersenyum. "Sebentar lagi aku yakin kau akan bertekuk lutut pada Ambar. Lubang perutmu sudah Ambar renggut dengan manis, hanya tinggal dua lubang lagi." Nenek Laurine menyeringai senang melihat cucunya sangat lahap memakan masakan Ambar.

"Baiklah, Oma. Rexy kembali ke kantor. Ambar, aku pulang malam karena lembur, jangan menunggu ku, kalau mau tidur kamu tidur duluan saja. Jangan kunci kamarnya," ucap Rexy tanpa menatap sang istri. Baginya melihat tubuh Ambar sama aja menghancurkan moodnya.

"Iya, Mas," jawab Ambar mengangguk tidak berani melihat wajah Rexy. Dia merasa kalau Rexy tidak ingin menatap dirinya dn juga jijik melihat tubuhnya yang banyak lemak berlipat di mana-mana.

Setelah kepergian Rexy, nenek Laurine baru mengeluarkan suaranya. "Ambar selamat, Nak. Kamu lambat laun akan bisa merebut hati suamimu. asal kamu sabar dan terus berjuang. kamu sudah menguasai perut Rexy, sebnetar klagi kamu juga akan menguasai mata Rexy. Nenek yakin kamu pasti bisa merebut hati Rexy sebentar lagi." Nenek Laurine tersenyum pada Ambar dan dibalas senyuma pula oleh Ambar.

"Terima kasih, Oma. Oma lah yang membuat Ambar selalu bersemangat, hanya oma yang baik dengan Ambar. Tidak peduli Ambar jelek dan tidak berpendidikan, oma tetap baik pada Ambar," ucap Ambar dengan begitu harunya, karena masih ada yang begitu baik kepadanya.

"Sudahlah, jangan begitu. Kau adalah wanita yang dipilih menjadi menantu oleh anakku John. Otomatis sebagai ibu, oma akan selalu mendukungnya. Pengalaman dulu sewaktu John memilih istri sesuai dengan pilihannya dia mendapatkan wanita yang baik dan juga memberikan keturunan yang baik juga. Bebeda dengan pilihan oma yang sekarang ini menjadi istri John, sama sekali Danisa tidak mencerminkan istri yang baik." Nenek Laurine menghela napas dalam-dalam, memikirkan menantunya yang saat ini lebih suka berkumpul dengan teman sosialitanya dari pada mengurus suami dan anaknya.

Ambar terdiam, dia mencerna apa yang disampaikan oleh nenek Laurine dengan baik. Detik berikutnya, Ambar mengeluarkan suaranya untuk bertanya pada nenek Marina. "Maaf, Oma. Apakah mama Danisa bukan ibu kandung mas Rexy?" tanya Ambar hati-hati dan jug dengan suara lirih karena takut jika apa yang ia pikirkan adalah salah.

Nenek Laurine tersenyum melihat kesopanan Ambar, sungguh sulit ditemui wanita di zaman ini yang sopan dan hormat pada orang yang lebih tua. "Benar apa yang kaukatakan Ambar. Danisa bukan ibu kandung Rexy, dia hanya ibu sambung. Ibu kandung Rexy meninggal saat Rexy berumur satu jam di dunia ini. Shelin adalah nama ibu kandung Rexy, dia baik dan pandai mengurus suami. Dia juga merawat oma dengan baik, tapi sayang sekali dia begitu cepat meninggalkan dunia ini. Dan Danisa adalah wanita pilihan oma untuk menggantikan ibu Rexy, namun pilihan oma tidak sebaik pilihan Jhon."

"Maksud, Oma?" tanya Ambar belum paham karena dia belum lama mengenal Danisa dengan baik. Selama tinggal di rumah Rexy, Ambar belum pernah ngobrol berdua dengan Danisa, bahkan bisa dikatakan tidak pernah.

"Mama mertuamu yang sekarang ini adalah wanita pilihan oma, oma pikir dulu dia adalah istri yang baikyang akan mengurus Jhon dan Rexy dengan baik, akan tetapi ternyata tidak. Dia hanya baik jika ada Jhon di rumah saja. Selebihnya dia akan sibuk dengan dunianya sendiri. Tidak pernah ada di rumah hanya sekadar untuk masak menu kesukaan Rexy," terang nenek Laurine. Nenek Laurine berharap kalau pilihan Jhon kali ini tidak salah. Dia menginginkan Ambar tidak seperti Danisa yang hanya mementingkan kesenangan dia sendiri.

Ambar tersenyum kecut, ternyata suaminya anak piatu. Tidak merasakan kasih sayang ibu secara penuh, hingga membuat Rexy tidak peka terhadap wanita. "oma, Ambar beres-beres meja makan dulu ya. Habis ini mau lajar membuat desain baju lagi. Pelajaran yang diberikan oleh teman oma sangat menyenangkan. Ambar berharap bisa sukses seperti teman oma," ucap Ambar sembari membereskan piring dan lauk yang sudah kosong.

"Besok kita ke sana lagi dan memulai program pelangsingan tubuh. Asal kau rajin maka semua akan bagus hasilnya, oma percaya suatu saat nanti kau akan menjadi desainer yang terkenal," ucap nenek Laurine dengan senyum hangat memberikan semangat berjuang untuk Ambar.

"Terima kasih, Oma. Ambar berjanji akan terus belajar dengan rajin. Ambar tidak akan mengecewakan oma." Ambar bahagia karena masih ada orag yang membantunya mewujudkan semua cita-cita yang dia impikan sejak kecil.

*************

Hari berganti hari dan bulan pun berganti, kini berat badan Ambar sudh berkurang seanyak 20 kg. tubuhnya lebih langsing dari sebelumnya akan tetapi belum mencapai berat badan ideal untuk ukuran wanita langsing secara umum.

"Oma, ternyata memiliki tubuh yang ideal perlu perjuangan yang tidak mudah. Akan tetapi tubuh menjadi lebih ringan dari sebelumnya," ucap Ambar seraya berdiri di depan cermin yang besar. Dia mematutkan diri dengan baju yang ia buat sesuai dengan desainnya sendiri.

"Bagus, Ambar. Kamu memang patut oma banggakan. Oma sekarang yakin jika Jhon tidak salah memilih istri untuk anaknya. Semakin hari oma lihat Rexy mulai teriasa dengan kehadiranmu. Oma juga yakin jika engkau akan bisa merebut hati Rexy. Dan unuk itu kau harus belajar bisa merias wajahmu seniri. Oma akan mendaftarkan mu di kursus rias pengantin. Selain bisa untuk dirimu sendiri, bisa juga untuk melengkapi bisnis butik mu juga."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status