“Demi Tuhan, Harger. Katakanlah sesuatu.”
Nada putus asa di balik suara berat sang hakim terdengar kental. Sepertinya pria itu tak kuasa menghadapi sikap marah yang Harger luapkan. Dia tak akan mengibarkan bendera perang tanpa alasan. “Kau pikirkan saja apa salahmu.” “Karena aku hanya sekali saja mengabarimu?” “Kau bahkan tidak mengirimkan apa – apa di ponselku!” sergah Harger tidak terima. Seketika dia mendapati sang hakim mengernyit dalam, lalu sebelah tangan pria itu segera merogoh sesuatu di saku celana. Ibu jari sang hakim terlihat serius mengulir layar menyala pada telepon genggam. Setidaknya satu hal menghentikan pria itu, lantas Deu mengembuskan napas kasar. “Pesannya tidak terkirim, Harger. Kau bisa lihat sendiri.” Sang hakim langsung mengulurkan tangan, membiarkan Harger mengetahui kebenaran demikian beberapa saat sebelum melanjutkan. “Aku buru – buru waktu itu. Mengira kalau peHarger mematut di depan cermin dengan perasaan takjub. Gaun pengantin buatan tangan Katia memang luar biasa indah. Setiap detil dari pelbagai bagian yang terungkap di sana, dirancang secara khusus untuk membalut secara porposional di tubuhnya. Wanita paruh baya itu juga sering kali memuji ketika mencoba mencocokkan satu hal dengan yang lain agar semua menjadi kombinasi yang bagus. Terkadang Harger merasa malu. Namun, setelah tahap paling akhir dari persiapan yang panjang. Dia tak lagi meragukan pemilihan mutiara ... bertabur seperti bintang sebagai suatu keputusan tepat. Ditambah riasan wajah yang sempurna membuat Harger seperti orang berbeda. Benar. Ini hari pernikahannya. Siapa yang akan menyangka bahwa jodoh: pria yang takdirkan sebagai mempelao pria: masih orang yang sama? Harger yakin sang hakim sudah menunggu di altar setelah kemarin, sepanjang hari pria itu menunjukkan gelagat tidak tenang. Bukan, Deu bukan takut, tetapi perasaan tidak sabar seo
Malam ini ... Harger yakin sangat sang hakim sudah begitu tidak sabar setelah pesta pernikahan yang ternyata didatangi oleh rekan – rekan hakim lainnya, termasuk Mr. Sassimo. Malam yang membuat Harger tidak memiliki kesempatan membahas apa saja yang terjadi beberapa waktu lalu, karena Deu telah sibuk mencumbu tubuhnya di atas ranjang. Mulut pria itu berperang di ceruk leher Harger. Lumatan – lumatan yang dahsyat, bahkan genggaman tangan yang pas di dadanya meninggalkan begitu banyak perasaan mendebarkan. Harger tidak mengenakan sehelai kain pun di bagian atas, hanya tersisa dalaman berenda—yang sengaja sang hakim biarkan ketika pria itu memindahkan perhatian di tulang rusuknya. DDia melenguh saat lidah sang hakim meninggalkan jejak panas di sana. Secara perlahan wajah pria itu semakin turun, lalu berhenti di garis pinggul yang dibatasi dalaman putih, membuat Harger semakin gelisah ketika ujung jari sang hakim berlabuh sebentar—hanya untuk menyentuh kain berbahan satin di s
Aroma tumisan bawang putih dan bombai semerbak mencuak ke permukaan. Harger memejam, bersandar nyaman di bahu sang hakim sambil mengagumi betapa harumnya masakan pria itu. Dia memang sedang memanjat—berpegangan erat punggung sang hakim, barangkali untuk mengganggu suaminya. Selama Deu merasa tidak keberatan, malahan pria itu yang menyerahkan tawaran, Harger tidak akan pernah turun. Kelopak matanya perlahan terbuka saat merasakan sang hakim bergerak setelah mengecilkan api kompor. Pria itu beralih ke sisi lainnya, mengaduk – aduk daging yang sedang di masak dengan spatula. Cara yang sedikit berbeda dari Harger. Biasanya dia akan menggabungkan kebutuhan menumis bawang dan memasak daging. Ya, walau pada akhirnya selalu sama saat sang hakim memindahkan daging nyaris matang itu ke dalam tumisan bawang. Kepulan asap bertebangan ke udara. Harger tertawa samar saat sang hakim secara naluri menyingkir. Hanya perlu mengaduk campuran bawang dan daging sebentar. Setelah itu
Desakan dari rasa empati Harger jauh lebih besar. Pengakuan serius Astoria secara tidak langsung telah menambahkan bumbu hingga dia menyerah. Bagaimana jika rentetan kalimat Astoria adalah benar? Bahwa sesuatu telah dimasukkan ke dalam tubuh Orion? Tidak. Harger tidak akan cukup berani membayangkan betapa salah-nya keputusan yang dia buat. Bukan hal terpuji membiarkan Deu memukuli pria yang benar – benar sedang berada dalam ancaman besar. Tetapi juga butuh usaha keras menghentikan sang hakim dari amarah yang masih membara. “Deu, berhenti!” Hanya ada satu cara tersisa. Ya, dengan membantah setiap serangan sang hakim. Harger terkejut, dia sungguh melakukannya—membuat iris gelap sang hakim mendelik tajam. Napas pria itu menggebu, begitu juga yang Harger rasakan. Mereka menunduk ketika Astoria bersimpuh memeluk tubuh Orion. Membayangkan pria yang terbaring lemah membuat Harger meringis takut. Nyaris ... sang hakim menyerahkan pukulan menggerikan.
“Aku bingung bagaimana alat peledak bisa berada di kepala Orion. Memangnya seberapa kecil ukuran alat peledak itu?”Harger bicara sayup – sayup di dapur sambil memegangi senter untuk menerangi pemandangan di sekitar suaminya. Sang hakim sibuk menyiapkan lasagna menjadi potongan sama rata setelah tadi ... menyalakan kembali ke api oven, dan mereka menunggu beberapa saat.Wajah tampan itu benar – benar begitu serius. Harger mengembuskan napas cukup kasar ... ntah kapan sang hakim akan menjawab pertanyaannya.“Deu.”Harger tidak akan tahan ketika sang hakim hanya diam. Masing – masing potongan lasagna diletakkan di atas piring, yang kemudian disusun di atas nampan—akan siap dibawa ke ruang tamu. Tetapi sebelum itu, iris gelap sang hakim mendadak fokus menatap lurus ke depan, seolah sedang memikirkan sesuatu, atau mungkin telah berniat memberi Harger tanggapan.“Ukurannya sebesar kapsul obat, yang dimasukkan melalui rongga hidung dengan cara ditembak.”Seharusnya
“Apa yang kau pikirkan, Deu?” Harger bertanya sarat nada lambat. Hati – hati dia menyentuh punggung tangan sang hakim. Perlahan menautkan jari – jari tangan mereka, lalu meremasnya lembut. “Kau kepikiran soal adikmu? Apa yang benar – benar sudah kalian bicarakan? Aku hanya dengar beberapa, tapi yakin kau tidak akan seperti ini jika bukan karena sesuatu. Sekarang ceritakan padaku?'" Tadinya, Harger memang tak berniat mencampuri lebih banyak. Merasa tidak berhak. Namun, jika pada akhirnya Deu akan terus – terusan terpengaruh, dia tidak akan bisa menahan diri. Tidak tahu kapan sang hakim akan selesai dengan perselisihan batin yang terlihat luar biasa mencolok. Harger akan menunggu. Semenit, dua menit, hingga waktu yang berjalan seperkian saat. Cukup lama ... lalu embusan napas sang hakim terdengar kasar. “Astoria menolak perintahku untuk meninggalkan bajingan itu.” “Dengan mengakui bahwa Orion tidak pernah tahu dia hamil, aku rasa bukan
“Jika kau tidak pernah siap, kita tidak akan turun, Harger.”Harger mengerjap setelah beberapa saat jatuh ke dalam pemikiran usang di benaknya. Semua sudah saling memaafkan. Sesuatu yang mengikuti di belakang bahunya kan selalu mengingatkan bahwa Laea sudah tenang di mana pun wanita itu berada. Tidak ada yang akan Harger katakan. Dia menatap sang hakim dengan sudut bibir melekuk tipis. Mereka memang memutuskan untuk berziarah ke makam Laea. Banyak yang ingin Harger curahkan, meski dia mungkin tak mengeluarkan suara ke permukaan sementara sang hakim ada di sampingnya. Hanya menatap setengah kosong pada undakan tanah yang indah—terawat begitu baik, dengan rumput – rumput terpotong begitu rapi merata.Ujung tangan Harger terulur meletakkan buket mawar, kemudian menyentuh nisan atas nama saudari perempuannya. Sedikit rasa sesak seperti berusaha menumbuk jantung Harger. Berulang kali dia berusaha menarik napas pelan, dan mengembuskan ke udara, tetapi kadang – kadang matanya
Senyum Harger lagi – lagi melebar saat mengamati sesuatu yang terasa indah.Garis dua ....Tadi pagi hampir tanpa sadar dia melompat girang. Melakukan tes, lalu mendapati bahwa dirinya positif hamil, itu merupakan momen tak terlupakan setelah harus menghadapi pelbagai desakan tidak nyaman belakangan ini. Keinginan untuk muntah, golakan mual, dan semua yang menghantam Harger sebagai satu kesatuan paling mengerikan—sebuah alasan serius mengapa kebutuhan – kebutuhan tersebut akhirnya meninggalkan perasaan curiga. Dia telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengetahui kebenaran terlalu dini.Langkah Harger tentatif mendekat ke lemari pakaian. Ada sesuatu yang perlu dia lakukan sebelum memberitahu informasi ini kepada suaminya. Ya, meletakkan benda pipih di tanganya ke dalam kotak persegi panjang, lalu pelan – pelan membongkar lipatan kain di dalam rak demi mengambil sesuatu di sana. Pakaian rajut bayi buatan tangan Daisy, yang masih tersimpan utuh di sana, untuk kemudian