Setelah mencuri sebuah disk dari seorang pria beruban yang ditemuinya di bandara Italia. Harger tak punya pilihan selain menyelipkan benda tersebut ke saku jas milik pria asing, menganggap keputusannya adalah prospek bagus untuk menyelamatkan diri di antara kejaran para bodyguard yang berteriak lantang. Sayang sekali, dia tak pernah menyangka akan terjebak di tengah-tengah tindakan gila. Telanjur melibatkan seorang hakim ke dalam sebuah masalah. Dan yang lebih buruk, disk itu merupakan ancaman besar untuk ketenangannya. Termasuk sebuah batu berlian yang dibawa pergi usai mengetahui pengkhianatan sang tunangan. Harger tidak bisa menghindari problematik yang berkecamuk. Harus menerima kenyataan, bahwa hakim yang terseret ke dalam masalah akan menahan paspornya.
View More“Demi Tuhan, Harger. Katakanlah sesuatu.” Nada putus asa di balik suara berat sang hakim terdengar kental. Sepertinya pria itu tak kuasa menghadapi sikap marah yang Harger luapkan. Dia tak akan mengibarkan bendera perang tanpa alasan. “Kau pikirkan saja apa salahmu.” “Karena aku hanya sekali saja mengabarimu?” “Kau bahkan tidak mengirimkan apa – apa di ponselku!” sergah Harger tidak terima. Seketika dia mendapati sang hakim mengernyit dalam, lalu sebelah tangan pria itu segera merogoh sesuatu di saku celana. Ibu jari sang hakim terlihat serius mengulir layar menyala pada telepon genggam. Setidaknya satu hal menghentikan pria itu, lantas Deu mengembuskan napas kasar. “Pesannya tidak terkirim, Harger. Kau bisa lihat sendiri.” Sang hakim langsung mengulurkan tangan, membiarkan Harger mengetahui kebenaran demikian beberapa saat sebelum melanjutkan. “Aku buru – buru waktu itu. Mengira kalau pe
Nyaris tiga minggu, dan selama waktu - waktu tersebut sang hakim sama sekali tidak menghubunginya. Atau paling tidak, mengirim kabar agar Harger tidak terlalu memikirkan bagaimana prospek dari perjalanan pria itu sekarang. Puncak kepala Harger disergap pelbagai rasa ingin tahu. Bertanya – tanya apakah sang hakim sudah menemukan Orion, atau justru tidak akan pernah? Harger khawatir jika Orion seperti sebuah bayangan yang sulit digapai. Pasalnya Astoria selalu meragukan sang hakim, mengatakan kalau menemukan Orion adalah perjalanan sulit. Mungkin mereka perlu bersabar.“Harger, kemari-lah. Lihat ini, apa kau suka?”Lamunan Harger mendadak buyar dengan tubuh tersentak, iris matanya segera melirik cepat ke arah Katia. Wanita paruh baya itu tersenyum melambaikan tangan. Mereka memang sedang bersama setelah Harger juga ikut serta menjemput Astoria dari rumah sakit. Dia dimintai tinggal oleh Pak Sekretaris, sementara ibu sang hakim sempat menyampaikan sesuatu yang membuat Harg
Harger menelan ludah kasar tepat setelah dia dan sang hakim sudah menjulang tinggi di depan kamar rawat Astoria. Mereka saling menatap sesaat, kemudian tanpa mengatakan apa pun sang hakim membuka pintu dengan lambat.Benak Harger sedikit lega menemukan Astoria memang sudah setenang itu, meski gadis muda tersebut seperti sedang memikirkan sesuatu dengan pandangan setengah kosong menghadap ke arah jendela. Rasanya Harger tidak yakin, tetapi dia tetap membuntuti langkah sang hakim yang mendekat.Astoria menoleh. Kali itu pula sang hakim telah menjulang tinggi di depannya.“Di mana Madre?”Pertanyaan pertama digunakan untuk mengetahui keberadaan ibunya. Astoria menggeleng samar. Namun, di waktu bersamaan terlihat harus berusaha keras bersuara.“Bersama Padre. Mereka meminta izin untuk membicarakan sesuatu yang serius.”Demikian yang diuraikan. Napas sang hakim lantas berembus kasar, dan pria itu mengulurkan tangan menyentuh puncak kepala adiknya yang terungkap ti
Harger menelan ludah kasar. Menduga – duga bahwa Deu sedang memikirkan sesuatu, dan pria itu membutuhkan ketenangan. Angin berembus memang meninggalkan sedikit perasaan lega. Ntahlah, barangkali sang hakim sedang melamun, sehingga tampaknya pria itu terkejut begitu Harger memutuskan untuk berdiri di samping tubuh jangkung sang hakim yang segera menatapnya dengan mengerjap.“Dari mana kau tahu aku ada di sini?”Pertanyaan paling pertama membuat Harger tersenyum tipis. “Ayahmu,” jawabnya setengah menengadah untuk melakukan kontak mata bersama iris gelap Deu.“Kau seharusnya tidak menyusulku.”“Kenapa?”“Bukan apa – apa. Bagaimana dengan Astoria?”Sang hakim tiba – tiba mengalihkan pembicaraan.Tentang Astoria ....Harger langsung mengatur posisi wajah ke depan. Menatap lembut pada kaki langit dan bangunan – bangunan kokoh yang berjejer. Dia menarik napas pelan, memikirkan seperti apa sang hakim nantinya. Tetapi tidak ada alasan untuk menutupi bagai
Paling tidak, sekarang Astoria sudah dipindahkan ke kamar rawat. Masih belum sadarkan diri setelah operasi berjalan dengan baik. Harger memutuskan untuk menunggu adik peremouan sang hakim. Sedikit merasa lega walau benar – benar sangat disayangkan terhadap apa yang terjadi kepada gadis muda itu. Dokter mengatakan bahwa Astoria mendapat begitu banyak tekanan dan ... bagian terburuknya hal tersebut memberi pengaruh kepada janin. Nyaris tak dapat Harger bayangkan bagaimana perasaan Astoria nanti. Dia tahu seperti apa rasanya kehilangan janin di dalam kandungan. Hampir tidak ada kata – kata terbaik untuk mewakili golakan menyesakkan sepanjang yang pernah dia lalui. Mungkin sang hakim pun merasa demikian, sehingga pria itu memutuskan menitipkan Astoria, sementara ... di sisi lain sang hakim secara tentatif memutuskan untuk melangkah pergi—ntah ke mana. Harger tak sempat menanyakan detil keinginan tersebut. Tetapi barangkali dia yang terlalu lambat mengambil sikap ketika beberap
Setelah pengorbanan saudara laki – lakinya, Astoria tidak mungkin membiarkan Deu mati tenggelam. Dia langsung menyusul, kembali berenang ke dalam air hanya untuk menarik tangan Deu keluar ke permukaan. Butuh usaha sangat keras, tetapi itu tidak akan menjadi tindakan sia – sia. Astoria segera disambut Pak Sekretaris maupun beberapa orang di daratan. Dia dibantu bangun—segera mendapat pertolongan pertama—dituntun menuju satu tempat di mana ibunya berada—tim pernyelemat dipecah dua; sebagian menangani mereka, sisanya berada di sana. Mengerubungi tubuh Deu yang dibaringkan dengan keadaan pingsan.Astoria ingin melihat kakaknya lebih lama. Ironi. Dia tak bisa melakukan dengan nekat saat sesuatu terasa sangat sakit di bagian perut. Golakan hebat semacam menyeretnya pada kontraksi yang luar biasa dahsyat. Astoria mengernyit, tengah mencoba untuk menghalau bagian terburuk dari reaksi janinnya. Sesaat dia mendapati Pak Sekretaris diliputi ekspresi terungkap begitu bimbang. Pria itu jelas
Iris gelap itu menatap fokus ke satu titik, sambil mengarahkan moncong senjata yang dilengkapi alat peredam suara untuk berlabuh lurus di bagian leher pria yang sedang menatap fokus ke depan—ini momen tepat sehingga ujung jari Deu segera menekan pelatuk. Dia langsung bersembunyi ketika satu penjaga lainnya terkejut mendapati sang rekan jatuh ke tanah dengan suara hantaman keras. Pria itu langsung mengeluarkan sikap waspada usai mengetahui bahaya sedang mengancam. Sebelum benar – benar bisa melakukan sesuatu, Deu mengambil sikap terdahulu—menembak lengan sisa lawan yang ada hingga erangan tanpa sadar keluar, sementara dia lantas berlari cepat melakukan penyergapan.“Katakan berapa banyak orang di dalam sana?” tanyanya setengah mendesis. Seperti kebiasaan, Deu akan selalu berhitung—berapa orang kira – kira. Dan setelah dia mengetahuinya, hal itu bisa segera dieksekusi.“Bangun.”Dia mengangkat pria yang sedang terluka di bagian lengan untuk mengambil langkah berdiri d
Harger tersentak bangun oleh suara getar di ponselnya. Sisa nyawa yang masih belum terkumpul utuh membutuhkan waktu beberapa saat hingga kemudian lengan Harger terulur mengambil ponsel di atas nakas. Dia langsung menerima sambungan telepon, tidak peduli siapa pun itu, tetapi suara Howard dari seberang sana sontak membuat kelopak mata Harger terbuka lebar. Mendadak jiwanya masuk ke dalam mode antisipasi.“Misi apa maksudmu?” Dia bertanya sekali lagi hanya untuk memastikan.[Pak Sekretaris menunjukku sebagai tim leader agar menyiapkan beberapa agen yang nanti bertugas sebagai ekstrasi. Maksudku, kita akan berperan sebagai tim penyelamat. Apa kau mau ikut?]“Hanya menjadi tim penyelamat? Itu tidak menantang.” Napas Harger mengembus kasar, lalu dengan sengaja menjatuhkan tubuhnya telentang—menatap ke samping dan merasa sedikit lega ketika menemukan beludru merah masih berada di titik yang sama dari terakhir kali dia letakkan di sana.[Ini bukan hanya misi penyelematan, t
“Lubang palka memang dirancang khusus oleh ayahku, tapi diambil alih oleh salah satu musuhnya. Jika tidak begitu, aku tidak mungkin mengumpulkan batu berlian karena hanya dengan batu berlian, pintu lubang palka bisa dibuka.”Dan pria itu mengakhiri serentetan ungkapan dengan ekspresi nyaris tak terbaca.“Hanya itu cara satu – satunya?” Ntahlah, tiba – tiba Harger merasa ngilu membayangkan bahaya yang akan dilalui sang hakim dan Pak Sekretaris nanti, andai, mereka tidak memiliki opsi lain—yang terdengar lebih baik.“Tidak.”Jawaban singkat itu segera memercikan perasaan bingung. Harger sekali lagi mengangkat sebelah alis penasaran. “Cara lainnya?” Dia tak segan membiarkan waktu berjalan lebih panjang.“Kami bisa mendatangi langsung tempat persembunyian, yang sialnya juga milik ayahku. Musuh ayahku adalah teman baiknya, masuk akal mengapa properti – properti kepunyaan Pak Sekretaris sangat mudah diambil alih. Sayangnya, mereka menempatkan penjagaan terlalu ketat. Ayahku sendiri tahu beta
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.