Tidur tidak akan mengubah kegelisahan bertingkat – tingkat di benak Harger. Semakin dia berusaha menyelami sesuatu yang tidak termasuk ke dalam keputusannya. Dia tak akan merasa baik – baik saja menghadapi gelombang yang terus menerus menggulung kekalutan itu menjadi hal yang sangat – sangat menusuk. Beberapa kali Harger melirik tubuh sang hakim di atas sofa. Pria itu tidur dengan kedua lengan terlipat di depan dada. Begitu tenang, sekaligus persis menyiapkan sikap waspada dalam tidurnya. Harger tidak ingin mengganggu pria itu, tetapi dia yang waras tak akan menjerumuskan dirinya untuk berurusan dengan pemerintah nasional. Meski Skotlandia negara berdaulat di Britania Raya. Harger bisa memastikan bahwa seharusnya satu kesalahan yang sudah dia coba untuk perbaiki, tidak menyeretnya masuk ke masalah internal. Bertemu petinggi berkuasa. Melakukan tes wawancara itu terdengar mustahil. Harger takut salah menanggapi apa pun yang akan terlontarkan untuknya. Dia segera mengubah posisi telen
Harger mengerjap beberapa kali saat merasakan sesuatu seperti mengetat di permukaan perut ratanya. Dia berusaha meraih sisa ingatan semalam. Tentang sang hakim dan kemampuan mengikat, hingga keahlian merampas yang piawai. Semua tergambar dengan jelas. Harger melihat dirinya sendiri ditelanjangi hanya untuk sebuah kehangatan. Menyayangkan bahwa saat itu dia sedang tak berdaya. Benar – benar memalukan terjebak dalam sebuah peritiwa, yang dia sendiri tak tahu bagaimana atau kapan tertidur setelah kata penuh perintah sang hakim mengudara.Napas Harger berembus kasar mengenyahkan bayangan yang membuat wajah memerah. Dia sedikit menunduk ke bawah untuk memastikan sendiri apa yang sedang bertaut di tubuhnya.Sedikit tersentak menjadi reaksi pertama ketika suatu hal tak terduga—yang bahkan tak pernah Harger perkirakan akan sungguh – sungguh terjadi. Dia tak bisa melepas pemandangan pada lengan seseorang. Lengan yang kelihatan nyaman melingkar di sana.Sesaat Harger mengernyit menyadari sesuat
Suara borgol mantap menyatakan Harger kembali terbelenggu. Dia menyorot lama ke arah tangan sendiri, benar – benar persis diperlakukan seperti seorang tahanan. Sementara sang hakim adalah polisi tampan, yang tahu bagaimana cara mencegah suatu tindakan melarikan diri secara cerdik.Bahu lebar pria itu begitu kekar membelakangi Harger. Harusnya, dengan kondisi saling menjerat, semua keputusan mutlak diambil bersama. Tetapi Harger bahkan tidak bisa menolak keinginan sang hakim. Mereka seperti dua kutub magnet berbeda, saling menarik meski memiliki ketimpangan yang besar.Bagaimana Harger akan menerima kalau dia terus – terusan dipaksa memenuhi pertemuan bersama Direktur Oscar. “Kau membuat hidupku repot,” ucapnya hingga menghentikan sang hakim yang nyaris menyentuh ganggang pintu.“Aku rasa kau-lah satu – satunya orang yang membuatku terlibat di sini. Jika kau tidak mencuri panel penyimpanan itu. Menaruhnya di saku jas milikku. Semua akan berakhir baik – baik saja. Aku tidak akan mengena
Tarikan napas Harger dalam saat lipatan tangannya menyentuh permukaan meja kaca yang dingin. Ledakan ketegangan benar – benar menguasai situasi. Dia harus berada di bawah tekanan bersama tiga pasang mata yang menatap tajam. Sesi wawancara akan segera dimulai. Mereka mengawali pertanyaan retoris—semacam suatu pengenalan diri, sehingga Harger berusaha tenang sambil – sambil mengingat beberapa peringatan dari sang hakim. Kadang - kadang dia akan melirik ke luar ruangan. Kaca tembus pandang memperlihatkan sang hakim sedang berdiri tenang dengan memusatkan perhatian yang sama padanya—atau sesekali melirik Direktur Oscar. Lalu Harger dan pria itu akan melakukan kontak mata yang dalam. “Kita mulai dari pekerjaanmu Ms. Warrance.” “Aku tidak tahu harus kagum atau merasa kasihan kepadamu. Kau punya keahlian yang bagus dalam hal tidak terdeteksi. Mengambil apa saja yang dikantongi seseorang tanpa sepengetahuan mereka. Ini sesuatu yang langka dimiliki kebanyakan or
Senyum Direktur Oscar seperti sedikit berdecih. Pria itu meletakkan telapak tangan di atas meja dengan tubuh sedikit condong ke depan.“Hargerie Warrance, bagaimanapun kau termasuk ke dalam daftar seorang yang berbahaya. Keahlianmu adalah ancaman. Kami tidak ingin mengambil risiko daripada ini.”Ucapan itu dimulai dari cara memojokkan Harger dengan lugas.“Tidak ada bukti yang bisa menyatakan aku berbahaya, Bapak Direktur. Kau mungkin salah kaprah. Aku hanya bekerja sebagaimana aku harus bekerja. Terkait masalah teknis antara perintah yang kudapatkan itu sepenuhnya oleh broker. Mereka tidak menjelaskan secara rinci padaku jenis benda yang harus kucuri dan apa isi di dalamnya, bagaimana aku bisa dinyatakan berbahaya?” tanya Harger skeptis.“Aku tdaik terima dengan tuduhanmu. Dark Shadow kebal terhadap hukuman, dan seharusnya aku juga tidak terperangkap seperti ini. Seandainya aku tahu panel penyimpanan itu akan sangat merugikan, aku tidak akan menerima pekerjaan ini.”Harger bicara den
“Sudah selesai?” Harger memalingkan separuh wajah menyadari kemunculan sang hakim di ambang pintu. Satu gerakan terakhir ... menarik resleting menjadi jawaban untuk pertanyaan pria tersebut. Harger merasakan langkah sang hakim mendekat. Aroma tubuh yang pekat seketika memenuhi rongga hidung saat Deu berada sekian jengkal jarak darinya. Pria itu menyelipkan jemari pada ujung pegangan tas—mengangkat benda tersebut sebagai persiapan kembali ke Italia. Keberangkatan akan dilakukan malam ini. Sekarang mereka masih beberapa jam untuk menikmati suasana di Inggris. Barangkali melakukan beberapa pendekatan lewat pengenalan yang lebih intens. Napas Harger berembus panjang. Segera menyusul sang hakim yang berada di ruang, tempat mereka—termasuk Howard, sempat melakukan rundingan pertama kali. Tas berisi pakaian dia dan sang hakim terletak di atas meja panjang. Sementara pria itu seperti terlarut—memehatikan layar ponsel lekat – lekat hingga tidak menyadari Harger
Sorot mata Harger bertemu langsung dengan iris kelam milik sang hakim. Pertemuan kontak yang intens saling melempar tanda tanya besar. Harger sesaat mengamati Deu merenggut kaos menjuntai di atas lemari kayu. Mengenakan kain tersebut dengan cepat, kemudian beranjak bangkit—pergi memastikan percikan keributan bukanlah sesuatu yang buruk dihadapi.Selangkah kepergian sang hakim menarik Harger sekadar membuntuti sebentuk tubuh yang melenggang sampai menemukan beberapa benda sudah berserak. Pintu di hadapan mereka lebih – lebih rusak tak berupa. Harger bertanya – tanya ulah siapa dan bagaimana orang yang telah memporak – porandakan bagian depan gedung tahu letak keberadaan markas persembunyian. Seharusnya tempat ini menjadi sangat rahasia.“Siapa di sana, Deu?” tanya Harger, tetapi dia hanya menarik sang hakim berpaling ke samping. Deu tidak mengatakan sepatah kata selain membawanya kembali masuk ke dalam.Harger tidak tahu apa yang terjadi. Situasi di ruang tempat dia sang hakim berpijak
Kelopak mata Harger terbuka. Dia terperanjat. Tidak bermaksud, tetapi semua itu tidak dalam kendalinya. Harger tidak pernah membayangkan rasa bersalah akan segera menyergap. Membekap bibir saat melihat sang hakim telah berdarah. “Deu ....” Harger bergumam dengan keterpakuan lama ketika dia dan sang hakim saling menatap. Hanya ada dua pilihan di sana. Antara mengakhiri dan melanjutkan. Tetapi bahkan terhadap luka di lengan, nyaris mendekati bahu. Itu tidak menghentikan Deu dari kemampuan menghindar yang tepat. Serangan Arron begitu brutal. Sejak memiliki kesempatan, pria itu merenggut kapak yang menancap, lalu berusaha melukai sang hakim—ntah bagaimanapun caranya. Ambisi Arron besar. Seperti tidak ada kata menyerah, tidak peduli walau pria itu sedang tidak beruntung dalam upaya menghadapi Deu. Mantan seorang agen yang terlatih. Beberapa kali dengan keadaan darah merembes sanggup melumpuhkan lawan. Suara benturan luar biasa keras terja