Sesuai dengan ucapannya kemarin, pagi ini Sagara telah memantapkan diri untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Lelaki itu mengeratkan tali sepatu running yang telah bertengger di kakinya setelah hampir 7 kali mengelilingi taman komplek perumahan elit ini. Sejak awal Sagara memang telah menyadari keberadaan taman komplek, namun baru hari ini dia kesampaian untuk jogging disini. Udara sejuk khas pukul setengah enam pagi membuatnya merasa lebih bugar. Dia sengaja bangun awal agar bisa rutin berolahraga sebelum bekerja. Sebagai pembuka, menurutnya jogging adalah pilihan terbaik. Selain itu dia sadar, untuk mendapatkan kesehatan paripurna harus rutin lari pagi, bukannya lari dari kenyataan, hehehe. Taman komplek ini tidak begitu luas, jadi mungkin Sagara masih bisa melakukan 15 hingga 20 kali putaran. Selain itu, berdasarkan keterangan Pak Imran, taman tidak terlalu padat di hari kerja seperti hari ini. Berbeda dengan akhir pekan yang katanya akan dipadati oleh terutama anak- ana
Kruuukk..Sialan! Sagara bergerak gusar diatas kasur. Sedari tadi berusaha tidur namun bisa- bisanya urusan perut menghalangi. Ini pukul dua belas malam dan dia tiba- tiba saja lapar. Setelah pukul setengah enam sore tadi membeli bakso ayam di perjalanan pulang, Sagara belum mengisi perutnya kembali. Menyicil laporan magang sembari mengerjakan beberapa tugas kantor ternyata menyita banyak waktunya. Bahkan dengan sok cool dia menolak tawaran Bu Widya petang tadi kala wanita itu bertanya perihal menu makan malam yang diinginkan. Sebab Natalia telah mengabarkan bahwa dia ada makan malam bersama client, Bu Widya tinggal memasak untuk Sagara saja. Namun Sagara dengan percaya diri mengatakan bahwa dia tidak akan makan lagi sehingga Bu Widya tidak perlu memasak untuk malam itu. Jika tahu akan lapar begini, harusnya dia request sesuatu tadi. Tak berminat untuk masak mie instan, Sagara bukan penggemar berat makanan berbahan dasar tepung satu itu. Jadi sepertinya terpaksa ia harus keluar
Tepat di samping gate perumahan elit, motor tua milik Pak Imran diparkir berjejer dengan beberapa motor lainnya. Tenda nasi goreng di tengah malam sering menjadi pemadam kelaparan sekaligus muara cerita di akhir hari yang panjang. Ada yang menenangkan dari desingan suara spatula beradu dengan wajan lebar. Begitu pula aroma harum nasi bercampur bumbu yang menguar mengiringi percakapan. Harusnya tidak asing sama sekali, Natalia tahu keberadaan tempat ini karena selalu ia lewati setiap harinya. Namun suasana hangat berpadu aroma sedap aneka masakan itu terasa baru baginya. Wanita itu menebar pandangan keseluruh tenda. Manusia yang didominasi oleh para pekerja berseragam hijau hitam singgah hanya untuk mengambil pesanan. Ada juga yang makan on the spot sembari menunggu pesanannya selesai dikerjakan.Tak ambil pusing mengapa akhirnya dia bisa berakhir disini. Sejauh yang dia ingat, Sagara menggenggam jemarinya lembut tadi, menuntunnya naik keatas motor milik Imran dan berhenti disini set
"Kalau punya kenapa dan kalau belum punya juga kenapa?"Tatapan serius Natalia bertaut dengan Sagara yang tiba- tiba saja menawarkan aura yang sama sekali berbeda. Padahal baru saja tadi melihat Sagara yang tersedak karena menyebutkan 'pemandangan seksi'. Kini Sagara justru balik menggoda Natalia dengan tatapannya. Cowok yang tujuh tahun lebih muda darinya itu menyunggingkan senyum kecil di bibirnya dengan sebelah alis yang terangkat naik. Belum lagi suara milik laki- laki itu yang menjadi semakin dalam. Kesurupan setan sebelah mana, nih?Jemari lelaki itu dengan lancang mengusap satu bulir nasi yang bertengger di bibir Natalia. Padahal hanya begitu, tapi entah mengapa untuk pertama kalinya Natalia jadi salah tingkah. Astaga, sejak kapan dia jadi gelagapan begini menghadapi seorang bocah? Anak magang pula!Dia berkedip tiga kali sampai akhirnya sadar bahwa Sagara telah menukar tatapan menjengkelkannya dengan sebuah senyuman manis tanda kemenangan. Lelaki itu kini bangkit dan dengan
"Aargh!!" Di tengah malam yang dingin, terutama berkat guyuran shower yang membasahi tubuh kekar sang pemuda. Bantuan sabun dan imajinasi liarnya, pada akhirnya pertahanan pertama lelaki itu runtuh. Sebelah tangannya menyangga pada dinding, sementara satunya lagi jelas sibuk mengemban tugas negara dibawah sana. Sagara meloloskan satu lolongan miliknya setelah pencapaian yang dia dapatkan. Nafasnya menderu, matanya yang sempat terpejam kini telah terbuka kembali dengan sisa hasrat yang menggebu. Pada akhirnya, Sagara telah kalah pada babak pertama. Semua pertahanannya selama ini ternyata justru runtuh hanya karena seorang wanita dewasa yang secara terang- terangan mencoba menggoda dan hanya bermain- main dengannya. Sialnya, Sagara benar- benar jatuh dalam perangkap, dia tergoda. Sagara terdiam di sudut kamar mandi. Meraba rasa yang terlintas di hadapan wajahnya, juga bayang- bayang Natalia yang menggodanya secara halus. Dalam benaknya hanya ada satu pertanyaan utama, mengapa Natal
"Kamu rajin bawa bekal juga?"Sagara mendongak saat acara makan siangnya tertumben disapa oleh eksistensi manusia lain. Bibirnya hanya bisa menerbitkan seulas senyuman tipis. Laki- laki itu mengangguk kecil sembari menggeser duduknya—peka bahwa wanita itu juga berniat duduk disebelahnya. "Ya gitu," balasnya singkat. Sendoknya kembali membawa suapan demi suapan masuk ke dalam mulutnya. Jelas Dirga kelaparan setelah pagi tadi hanya meneguk cepat sereal buatan Bu Widya.Demi menghindari Natalia, lelaki itu berangkat dengan super buru- buru. Tentu sembari memanfaatkan dengan baik privilege dari tinggal di rumah Natalia. Kalau bisa bawa bekal gratis untuk berhemat, kenapa harus beli?Gadis berkacamata disebelahnya tersenyum tipis. Meletakkan bekalnya juga meskipun tangan kurus itu sedikit gemetar. Dia duduk tepat disebelah Sagara meskipun tetap memberi jarak agar lelaki disebelahnya tak mendengar detak jantungnya yang berdentum tak karuan. Miskha namanya. Gadis yang satu angkatan magang
Mengelana dalam pikiran. Setelah semua yang terjadi, berada dalam mobil hanya berdua dengan Natalia terasa begitu berat untuk Sagara.Dia jelas merasa bak remaja labil. Terkadang merasa aman nyaman bersama sohib mamanya itu, terkadang juga merasa sebal karena serasa dinodai secara tidak langsung, di sisi lain dia juga merasa tergoda karena hanya dengan mencium wanginya saja sudah membuat sisi liar Sagara bergejolak. Dia ingin menjadi berani seperti semalam, tapi entah mengapa pagi ini dia ciut lagi. Pikirnya dia ingin memilih untuk main aman. Sagara tidak mau menimbulkan kesalahpahaman lain apalagi memperburuk hubungan antara mereka. Maka dari itu dia terpikir untuk sebisa mungkin mengurangi interaksi dengan Natalia.Sayangnya, selama dia masih magang di perusahaan yang sama, sepertinya hal itu tidak akan terwujud. Sagara tidak akan pernah bisa menghindar dari Natalia Xaviera.Jujur dia tidak tahu apa yang sebenarnya Natalia inginkan darinya. Dia hanya anak magang yang tentu tidak se
Setelah ketegangan yang tak kunjung berhenti, Sagara merasakan getaran di saku celananya dan mendapatkan kesempatan untuk menghempas jemari Natalia yang masih asik membelai lembut tangannya.Laki- laki itu secara cepat meraih benda pipih yang berteriak minta diangkat lalu menggulir tombol tanpa memperhatikan kembali siapa yang memanggil. "Halo Sagara!"Wajahnya agak panik saat menyadari itu adalah panggilan video dari sang mama. Dengan cepat Sagara mengatur posisi, memasang senyum kecil memandang sang mama diseberang sana yang nampak ceria. "Ya ma, ada apa?" Karina setengah cemberut, "memangnya mama harus punya alasan untuk nelpon anak mama sendiri?"Sagara menggeleng kecil, "nggak kok, ma, tumben aja," jawab dia seadanya. Melirik sekilas Natalia yang kini duduk menyilangkan kaki sehingga roknya agak tersingkap."Kamu lagi di mobil ya? Mama kira sudah pulang kerja," terka Karina saat melihat latar dan juga pakaian putranya tersebut. Belum sempat Sagara menjawab, Natalia sudah me