“Merokok?"Sagara menoleh kesamping, mendapati jendela sebelah terbuka dan kepala wanita menyembul darisana. Tidak, dia tidak kaget sama sekali. Di rumah ini hanya ada dia dan Natalia. Kamar mereka juga bersebelahan. Jadi bagaimana bisa dia pura- pura kaget?Hanya saja Sagara tidak menyadari kapan wanita itu sampai di rumah dan bahkan sudah bersih- bersih begitu. Padahal dirinya sudah berada disini selama kurang lebih tiga puluh menit. Sagara kembali menghirup dan menghembuskan asap rokok yang diapit di jari. Melirik Natalia sekilas sebelum kembali membuang muka lalu mengendikkan bahu, "kenapa? Mau lapor sama mama?" Acuh tak acuh, Sagara mulai berani menjawab karena dirinya merasa dipermainkan. Belum lagi pemandangan di kantor tadi siang yang membuatnya benar- benar muak. Natalia dapat membaca kekesalan dari aura Sagara malam ini. Namun seperti biasa, dia tidak akan terpengaruh. Wanita itu justru paling suka menghadapi Sagara disaat-saat seperti ini. Berdebat sedikit sebelum akhir
Wanita yang tengah bergelung dibawah selimut menggeliat pelan, perlahan membuka matanya dan menyingkirkan lengan kokoh yang memeluknya erat. Setelah mengumpulkan kembali nyawanya, ia mengambil kaos semalam dan memakainya serampangan. Berjalan keluar kamar tanpa peduli apapun.Destinasi utamanya tentu dapur. Mencari sesuatu untuk dimakan setelah kurang lebih 6 jam bertahan tanpa makanan. Beberapa jenis makanan sudah tersaji di meja, lengkap dengan penghangat yang memastikan semua makanan itu tetap hangat saat disantap.Natalia menggulung rambutnya asal setelah berhasil mengaliri kerongkongan yang terasa kering. Pilihannya jatuh pada sup hangat dan juga pasta, mencomotnya bergantian.Ia masih makan dengan lahap saat menyadari asisten rumah tangganya mendekat agak tergesa. "Bu, saya mau izin keluar sebentar. Mau menjemput anak saya yang baru pulang study tour. Kebetulan suami sedang ikut mengantar bosnya diluar kota jadi tidak bisa menjemput," izin Bu Widya tidak enak hati. Natalia men
“Ini lucu.” Natalia menghentikan usapan lembutnya pada rambut lelaki muda yang tengah dengan nyaman tiduran diatas pahanya. Wanita itu melirik Sagara dalam diam, tersenyum tipis saat menyadari kemana arah perhatian Sagara terfokus. Jemari panjangnya mengusap- usap bagian perut sebelah kiri hingga pinggang Natalia yang terlukis hidden tattoo. "Seharusnya sangar. Kamu orang pertama yang menyebut itu lucu." Usapan Sagara berhenti lalu netranya berpindah melirik Natalia yang sama- sama tengah meliriknya juga. "Orang pertama yang menyebutnya lucu? Siapa lagi yang pernah melihatnya?" Meskipun menggunakan crop top, Natalia seringkali masih menggunakan celana ataupun rok highwaist sehingga keberadaan tattoo itu tidak terdeteksi. Sagara pikir, bahkan meskipun Natalia menggunakan bawahan low ataupun mid-waist, tattoo itu tidak akan dapat terlihat dengan mudah. Kecuali kalau Natalia menggunakan pakaian renang atau mungkin dilihat oleh orang yang pernah melepas celana Natalia. Begitu kasarn
"Mama kok nggak bilang- bilang mau kesini?"Sagara yang sudah sempat menyelinap keluar kamar Natalia setelah Natalia dan Bu Widya turun kini telah berpakaian lengkap dan sopan. Seperti dia biasanya agar sang mama tak curiga.Di ruang tamu, Natalia telah bertukar banyak cerita dengan sahabat karibnya itu. Sebagai kawan seperjuangan meskipun terpaut perbedaan usia yang cukup jauh, tidak ada kecanggungan disana. Sekali lagi, Karina adalah tipikal mama-mama jiwa muda yang bisa masuk dalam segala macam percakapan dari segala umur.Karina cemberut meskipun setelahnya tetap saja memeluk putranya dengan erat karena amat sangat rindu. Biasanya dia akan mengandalkan Sagara dan berdebat dengannya seharian, tapi semenjak Sagara magang diluar kota kelahirannya, wnaita itu jadi agak kesepian. "Masa mama sendiri nggak boleh jenguk anaknya?"Sagara tersenyum, "ya boleh, ma! Tapi kalau mama bilang kan aku bisa jemput," bela Sagara.Karina melebarkan senyum, "namanya juga supaya surprise! Memang anak
Apa lagi kegiatan yang bisa dilakukan oleh dua wanita mapan yang bingung menghabiskan uang? Tentu saja memanjakan diri!Tapi jujur Sagara tak habis pikir. Apakah berjalan mengitari mall, naik turun eskalator berkali-kali dan menjajah setiap toko termasuk kegiatan memanjakan diri? Lelaki yang mendapat bagian mengekor itu saja sudah pegal- pegal tak karuan mengikuti setiap langkah wanita- wanita matang dihadapannya itu.Bukan hanya kaki yang sibuk, dua wanita itu bak tidak kehabisan energi untuk keluar masuk ruang ganti. Belum lagi mengoles warna-warna lipstik di punggung tangan yang sepertinya semua warna itu terlihat sama saja. Tapi kedua bibir itu juga tidak berhenti bicara. Pokoknya mereka seakan tak pernah kehabisan topik semenit pun. Sagara bicara tentang dua wanita matang dihadapannya loh ini! Bukan ABG lagi! Tapi memang stamina untuk belanja mereka sepertinya out of this world! Sudah tepar duluan. Sagara izin duduk di sebuah corner, tempat dimana banyak juga kaumnya yang duduk
"Siapa yang berani- beraninya kalian hakimi begitu?!" Sagara dan Natalia kompak membuang nafas bersamaan. Sadar sekali akan situasi macam apa yang akan tercipta kala spesies penguasa bumi ini muncul ke permukaan, the one and only Karina Adinata. Datang- datang, Karina tak segan menunjukkan kembali taringnya, apalagi kepada makhluk- makhluk aneh yang seenaknya menghakimi putra serta sahabatnya seperti ini. Wanita itu memilih untuk berjalan mendekat dan memperhatikan lamat- lamat dua manusia yang berdiri arogan di depan meja mereka. Pertanyaannya belum dijawab, tapi Viona lebih dahulu mengenali Karina. Wajah arogannya seketika berubah menjadi sok ramah ketika menyadari siapa yang berada dihadapannya sekarang. Dia melepas gandengan tangannya pada sang suami dan justru berjalan mendekati Karina dengan antusias. "Jeng Karin? Astaga! Sudah lama banget ya kita nggak ketemu?" Karina diam beberapa detik sebelum pada akhirnya ingatan membawanya pada memori yang mengulik dimana dia mengenal
Super fun yet tiring day.Akhir pekannya kali ini cukup berbeda. Kalau biasanya Sagara akan menghabiskan waktunya untuk bermain game seharian atau mengerjakan tugas, kali ini dia justru harus mengekori sang mama yang menjajah mall bersama sahabatnya. Belum lagi bertemu dengan makhluk- makhluk unik yang secara kebetulan ikut muncul di permukaan.Sagara menghembuskan nafasnya pelan, mengingat raut menyebalkan mantan kekasih Natalia membuatnya sangat terganggu. Melalui penglihatannya, Sagara yakin lelaki itu masih mengincar Natalia. Terlihat jelas dari ketidaksukaannya pada keberadaan Sagara.Dia bukan lelaki yang buta situasi. Sebagai sesama laki- laki, Sagara dapat dengan jelas mengendus aroma- aroma persaingan disana. Tapi bodo amat! Toh juga pria itu sudah menikah dan menjelma menjadi makhluk yang paling dibenci Natalia. Belum lagi alur rumit diantara mereka membuat sangat kecil kemungkinan bagi Natalia mau menerima pria itu kembali. Ya setidaknya itu jika Natalia waras. Bicara ten
”Sagara! Kamu belum bangun?"Suara halus Karina dan ketukannya di pintu nampaknya tidak cukup ampuh untuk membangunkan sang putra yang tumben belum menunjukkan tanda- tanda pergerakan. Padahal biasanya di rumah, Sagara adalah tipikal yang rajin bangun pagi meskipun akhir pekan. Ini pukul sembilan pagi, dan rasanya Karina sangat tidak enak pada sahabatnya jika putranya yang menumpang disini ternyata bangun siang begini. "Sagara!" Panggilnya lagi dan masih belum mendapat balasan apapun.Habis sudah kesabarannya.Wanita itu membuka pintu kamar Sagara yang ternyata tidak terkunci. Matanya menyapu keseluruh ruangan yang nampak rapi, namun nihil. Tsk! Kemana lagi anak itu pagi hari begini?Ia bergegas menuju sebelah kamar Sagara tadi, ruangan yang ditempati Natalia. Mengetuk sebentar sebelum memilih untuk langsung masuk karena pintu tidak terkunci. Agak lancang sebenarnya, tapi dia hanya ingin mengecek keadaan sahabatnya saja.Didapatinya wanita itu masih terlelap dalam tidurnya. Karina m