"Siapa yang berani- beraninya kalian hakimi begitu?!" Sagara dan Natalia kompak membuang nafas bersamaan. Sadar sekali akan situasi macam apa yang akan tercipta kala spesies penguasa bumi ini muncul ke permukaan, the one and only Karina Adinata. Datang- datang, Karina tak segan menunjukkan kembali taringnya, apalagi kepada makhluk- makhluk aneh yang seenaknya menghakimi putra serta sahabatnya seperti ini. Wanita itu memilih untuk berjalan mendekat dan memperhatikan lamat- lamat dua manusia yang berdiri arogan di depan meja mereka. Pertanyaannya belum dijawab, tapi Viona lebih dahulu mengenali Karina. Wajah arogannya seketika berubah menjadi sok ramah ketika menyadari siapa yang berada dihadapannya sekarang. Dia melepas gandengan tangannya pada sang suami dan justru berjalan mendekati Karina dengan antusias. "Jeng Karin? Astaga! Sudah lama banget ya kita nggak ketemu?" Karina diam beberapa detik sebelum pada akhirnya ingatan membawanya pada memori yang mengulik dimana dia mengenal
Super fun yet tiring day.Akhir pekannya kali ini cukup berbeda. Kalau biasanya Sagara akan menghabiskan waktunya untuk bermain game seharian atau mengerjakan tugas, kali ini dia justru harus mengekori sang mama yang menjajah mall bersama sahabatnya. Belum lagi bertemu dengan makhluk- makhluk unik yang secara kebetulan ikut muncul di permukaan.Sagara menghembuskan nafasnya pelan, mengingat raut menyebalkan mantan kekasih Natalia membuatnya sangat terganggu. Melalui penglihatannya, Sagara yakin lelaki itu masih mengincar Natalia. Terlihat jelas dari ketidaksukaannya pada keberadaan Sagara.Dia bukan lelaki yang buta situasi. Sebagai sesama laki- laki, Sagara dapat dengan jelas mengendus aroma- aroma persaingan disana. Tapi bodo amat! Toh juga pria itu sudah menikah dan menjelma menjadi makhluk yang paling dibenci Natalia. Belum lagi alur rumit diantara mereka membuat sangat kecil kemungkinan bagi Natalia mau menerima pria itu kembali. Ya setidaknya itu jika Natalia waras. Bicara ten
”Sagara! Kamu belum bangun?"Suara halus Karina dan ketukannya di pintu nampaknya tidak cukup ampuh untuk membangunkan sang putra yang tumben belum menunjukkan tanda- tanda pergerakan. Padahal biasanya di rumah, Sagara adalah tipikal yang rajin bangun pagi meskipun akhir pekan. Ini pukul sembilan pagi, dan rasanya Karina sangat tidak enak pada sahabatnya jika putranya yang menumpang disini ternyata bangun siang begini. "Sagara!" Panggilnya lagi dan masih belum mendapat balasan apapun.Habis sudah kesabarannya.Wanita itu membuka pintu kamar Sagara yang ternyata tidak terkunci. Matanya menyapu keseluruh ruangan yang nampak rapi, namun nihil. Tsk! Kemana lagi anak itu pagi hari begini?Ia bergegas menuju sebelah kamar Sagara tadi, ruangan yang ditempati Natalia. Mengetuk sebentar sebelum memilih untuk langsung masuk karena pintu tidak terkunci. Agak lancang sebenarnya, tapi dia hanya ingin mengecek keadaan sahabatnya saja.Didapatinya wanita itu masih terlelap dalam tidurnya. Karina m
“Kamu tadi kemana? Mama cari di kamar kok nggak ada?Natalia pura-pura tak dengar dan sibuk dengan makanan, sementara orang yang dituju justru terlihat santai tanpa takut sedikitpun.“Taman belakang menjenguk Kumo,” ujarnya merujuk pada kura-kura peliharaan Natalia.Sagara yang duduk disebelah Natalia menunjukkan gesture santai tanpa salah tingkah sedikitpun. Benar-benar pembohong handal, pikir Natalia! Memang sejak kapan Sagara menaruh perhatian lebih pada binatang peliharaan Natalia itu?Karina memicing, “tumben banget kamar udah rapi pagi-pagi, kamu beneran tidur di kamar, kan?” selidiknya lagi.Sagara menatap mamanya, “kasur bisa dirapihin, ma! Aku bukan bocil sepuluh tahun yang gak bisa rapihin kamar sendiri,” ujarnya karena merasa sang mama meragukan kemampuan bersih-bersih Sagara.Karina memang yang paling sering meragukan sang putra sepertinya. Di matanya, Sagara masih anak laki-laki manja yang suka merajuk. Padahal kenyataannya, Sagara cukup mandiri dan itu juga merupakan bua
"Kenapa? Kamu kenal mereka?" Terang saja Davian menggeleng ketika sang istri bertanya dengan tatapan penuh selidik. Mereka sudah berada dalam perjalanan menuju resto tempat meeting bertemu dengan klien saat Viona nampak sangat marah akan hinaan tidak langsung yang Karina lemparkan padanya tadi. Apalagi, Karina nampaknya tidak hanya mengarahkan penghinaan itu padanya, namun juga pada sang suami. Davian juga mencurigakan karena terus berupaya mengalihkan perhatiannya dan berusaha mengajak Viona keluar darisana. "Jangan bilang dulu kamu pernah terlibat dengan mereka? Kenapa Karina nampak sangat nggak suka sama kamu?" Todong Viona lagi. Davian fokus menyetir, menenangkan diri sembari mencari cara untuk memblokade akses curiga istrinya itu. Dia harus nampak tetap tenang dan menemukan alasan yang masuk akal sehingga sang istri tidak curiga lagi padanya. "Katanya dia sahabatnya Natalia, kan? Bukankah itu artinya Natalia sudah banyak cerita padanya? Mungkin saja wanita itu telah meracuni
Hembusan angin nampaknya cukup kuat untuk mengayunkan bahkan merubuhkan beberapa pohon diluar sana. Langit gelap berpadu hujan dengan butiran airnya yang berat menambah kelam malam ini. Tak ada cahaya berarti, hanya kilatan samar di langit yang beberapa kali muncul diiringi suara gemuruh yang cukup memekik di telinga.Wanita itu memeluk tubuhnya sendiri, kepulan asap keluar dari helaan nafasnya karena dingin yang kian menusuk tulang. Jaket hitam yang ia kenakan tak cukup kuat untuk menghalau dinginnya hawa malam yang kelewat dingin ini. Ditambah lagi sekujur tubuhnya sudah terlanjur basah.Ia melangkah cepat menuju sofa diujung ruangan, membuka jaket dan heels lalu menyampirkannya di sebuah kursi plastik. Ia menarik sebuah handuk kecil dan menggosok sekilas tubuhnya. Balutan tank top hitam dan jeans setengah basah itu tentu membuatnya kian menggigil."Kamu bawa pakaian ganti?"Suara serak lelaki menyapanya, membuat Natalia berbalik lalu memutar bola matanya kesal. "Kita bahkan nggak
"Jadi kamu membawaku kesini memang untuk ini?"Natalia masih terengah saat Sagara membalik posisi tubuhnya, mempertemukan netra keduanya yang jelas berkabut penuh gairah. Sagara mengecup lembut bibir Natalia lagi dan lagi. Menangkup pelan pipi tirus Natalia sembari menarik pinggangnya untuk kian merapat. Seolah tak ingin ada sedikitpun jarak diantara keduanya yang tengah larut dalam ciuman lembut memabukkan.Sagara setengah tak rela melepaskan sebentar ciumannya hanya untuk memandangi wajah terengah wanitanya yang manis. Kedua mata itu terbuka perlahan setelah menyadari bahwa Sagara tak lagi bermain dengan bibir manisnya."Apa lagi? Aku gak pernah bisa menahan diri setiap bertemu dengan kamu. Apa yang harus kulakukan?" Sagara balik bertanya.Bukan hanya Natalia yang bingung, Sagara sendiri pun merasa kaget saat dirinya melakukan beragam hal yang tak pernah bisa dia bayangkan sebelumnya. Setiap berdekatan dengan bosnya itu, entah mengapa selalu berhasil memantik jiwa buas miliknya.Ha
Cahaya menyelinap masuk memaksa wanita yang masih bergelung dibawah selimut bergerak tak nyaman. Mau tak mau perlahan membuka mata, dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya mengerjap dan memindai sekitar. Jendela kayu menampakkan cuplikan asri yang damai dan sudah sangat terang. Diluar sana sepertinya matahari telah cukup tinggi. Natalia menggeliat karena silau namun sepersekian detik kemudian menyadari bahwa dia sendirian diatas ranjang berantakan ini. Kaki jenjangnya menyentuh dinginnya ubin. Berjalan mencari Sagara keseluruh rumah namun masih belum dia temui juga eksistensinya. Terbesit sedikit kekhawatiran, bagaimana kalau ternyata Sagara berniat membuangnya disini dan dia mati dimakan binatang buas? Apalagi setelah perbincangan serius mereka kemarin? Natalia menarik kaos kebesaran milik Sagara yang sempat dia pakai semalam. Masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahnya sebentar sekaligus memeriksa pakaiannya yang semalam basah. Syukurnya helaian kain itu semuanya