“Maaf, Naomi, tapi kami bukan bermaksud untuk menjebakmu. Sebenarnya aku hanya ingin memanfaatkan mu untuk membantuku membebaskan Bella dari papa. Tapi sepertinya kamu yang sudah mulai terpesona pada Galih. Jadi itu bukan salah kami kan?” Edgar mengangkat kedua bahunya, seolah ia mengatakan itu tanpa rasa bersalah.Terang saja, wajah Naomi kian merah padam mendengarnya. Nafas gadis itu naik turun, dengan tatapan marahnya yang kini tertuju pada mereka semua.“Brengsek kalian semua! Aku akan melaporkan hal ini pada Tuan Barta,” ancam Naomi murka.“Tapi aku juga bisa melaporkan kamu pada papaku. Yang pertama, kalau kamu sering memberikan uang pada kakakmu tanpa sepengetahuan papa. Dan yang kedua, kamu juga diam-diam bertemu dengan Galih karena kamu tahu bahwa papaku impotensi. Lagipula terserah saja kalau kamu mau melaporkan hal ini, karena sekarang Bella dan papa sudah resmi bercerai. Dan dia sudah tidak punya hak apa-apa lagi pada Bella.” Edgar berkata dengan penuh kemenangan, karena s
“Naomi, darimana saja kamu? Kenapa baru pulang?” tanya Barta dengan nada tinggi, karena ia melihat Naomi yang baru saja masuk dengan mobilnya, sesaat setelah Barta juga baru saja masuk ke rumah.“Maaf, Tuan, tadi saya bosan di rumah terus. Jadi saya pergi keluar sebentar untuk cari angin,” dusta Naomi seraya menundukkan wajahnya, berusaha menyembunyikan kebohongan yang sedang ia simpan.“Apa? Kenapa kamu tidak minta sopir mengantarmu? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu dan calon anak kita?” Barta kini mendekati Naomi seraya membelai kepala wanita itu dengan lembut, tetapi Naomi segera memalingkan wajahnya tanpa mau berhadapan dengan Barta.“Tidak, Tuan. Aku takut merepotkan, karena itu aku memutuskan untuk pergi sendiri.”“Bagaimana mungkin kamu bisa merepotkan, Sayang? Sedangkan kamu adalah nyonya di rumah ini.” Barta menggeleng pelan, tak habis pikir dengan jalan pikiran Naomi.“Maaf, Tuan. Lain kali saya pasti akan menuruti apa yang Tuan katakan.” Gadis itu pura-pura memasang w
Barta awalnya memang pergi ke gudang untuk melihat keadaan Edgar, karena sudah cukup lama ia tak melihat putranya itu. Namun, pria tua itu langsung terkejut bukan main saat mengetahui bahwa ternyata Edgar tak berada di sana.Dengan langkah cepat, Barta melangkah ke pos ronda, dimana ada anak buahnya yang berjaga di sana. Wajah Barta yang penuh murka itu, kini sudah terlihat sangat memerah. Melihat kemarahan di wajah sang majikan, sontak membuat para anak buahnya seketika panik dan cepat-cepat berdiri untuk memberi hormat.“Selamat siang, Tuan Barta.”Plakk!“Bodoh kalian semua!” maki Barta sambil menampar wajah seluruh anak buahnya.Para pria itu tak berani melawan, dan hanya bisa meringis pelan sambil memegangi pipinya yang terasa perih. Bahkan untuk mengangkat wajah pun rasanya mereka sudah tidak berani.“Apa saja yang kalian kerjakan di rumah, hah? Kenapa kalian bisa tidak tahu kalau anak kurang ajar itu kabur dari rumah?” bentak Barta kian murka.Sorot matanya berkilat-kilat tajam
“Tuan Barta,” lirih Bella dengan suara gemetar dan terdengar sangat ketakutan.Sementara kini Barta terlihat memelototkan kedua matanya. Tangannya berkacak pinggang, serta dadanya naik turun bersamaan dengan deru nafas yang memburu. Pria itu memandang murka pada Edgar, lalu bergantian memandang pada Bella. Gemuruh di dadanya semakin kencang, saat melihat bahwa Edgar mengenakan jas hitam, sedangkan Bella terlihat mengenakan kebaya berwarna putih.“Kalian … apa yang sudah kalian lakukan hah? Aku terus mencari keberadaan kalian karena kalian menghilang dari rumahku, dan sekarang kalian pulang bersama ke rumah ini?” Barta bertanya dengan berang, sambil terus menatap penuh murka pada anak dan juga gadis yang masih ia anggap sebagai istrinya tersebut.Barta terus menatap nyalang pada Bella dan Edgar. Ia bahkan memperhatikan penampilan mereka berdua dengan mata memicing, seolah merasa heran dengan apa yang dikenakan oleh Edgar dan juga Bella.“Dan kalian berdua … kenapa kalian memakai pakai
“Auh, pelan-pelan, Sayang,” ringis Edgar menahan sakit, ketika tangan Bella menyentuh luka di wajahnya yang kini tampak memar.“Iya, Sayang. Ini aku juga sudah hati-hati. Apa masih terlalu sakit?” tanya Bella cemas, dan segera memelankan tangannya yang masih merawat wajah Edgar tersebut.“Sakit, Sayang. Tapi sudah tidak terlalu sakit kalau mendapat sentuhan dari kamu,” goda Edgar yang langsung meraih tangan sang istri dari wajahnya, lalu memberikan kecupan mesra di punggung tangan istrinya tersebut.“Ihh, dasar kamu ya,” sungut Bella karena merasa dipermainkan oleh Edgar.Meskipun begitu, tetapi ia tetap menerima saat pria itu terus mengecupi punggung tangannya. Perlahan kini Edgar pun bangkit, duduk berdampingan dengan Bella yang kini berada di atas ranjang.Segera diraihnya wajah cantik gadis yang kini sudah sah menjadi istrinya tersebut. Tubuh Bella mendadak bergetar, saat merasakan sentuhan tangan Edgar di wajahnya.“Sayang,” panggil Edgar lirih.“Iya.” Bella mengangguk pelan.“Be
Pagi pertama setelah pernikahannya dengan Edgar, kali ini Bella bangun lebih pagi daripada biasanya. Gadis itu bergegas bangkit, lalu menyingkap tirai jendelanya hingga membuat sinar sang mentari masuk menembus kaca jendela yang tebal.“Selamat pagi, dunia,” ucap Bella dengan senyum bahagia, sembari tatapannya menatap lurus ke luar jendela.Ada perasaan bahagia yang merasuk ke dalam hatinya. Perlahan perasaan sedih dan gundah yang selama ini sering menghantuinya, kini kesedihan itu pelan-pelan mulai menguap.Bayangan kebahagiaan kini sedang menyambutnya, meninggalkan masa lalu yang kelam bersama Barta.“Sayang.” Suara seorang pria yang terdengar sangat dekat di telinga Bella.Bersamaan dengan itu, ia merasakan sepasang lengan kekar melingkar di perutnya. Perlahan Bella memalingkan wajah, menatap pada sang suami yang kini sedang menopang dagu di bahunya.“Edgar, kamu sudah bangun?” tanya Bella yang kini hendak memutar tubuhnya, tetapi dengan cepat Edgar segera menahannya.“Jangan berge
“Naomi, aku mohon tolong bantu aku sekali saja. Istriku benar-benar membutuhkan uang itu untuk operasi. Kondisinya saat ini benar-benar kritis, dan hanya kamu yang bisa membantuku, Naomi,” hiba Martinus dengan penuh harap.“Pokoknya tidak, Kak! Selama ini aku sudah banyak membantu kakak! Aku sudah sering memberi uang pada kakak bahkan tanpa sepengetahuan dari suamiku. Sekarang aku sedang ada masalah dengan suamiku, dan kakak malah datang begitu saja untuk meminta uang? Tidak, Kak! Aku tidak mau membantu kakak lagi!”Setelah membentak kakaknya seperti itu, Naomi lekas berbalik badan dan hendak menutup pintu. Akan tetapi, dengan cepat Martinus segera menahan pintu hingga membuat Naomi tak jadi menutupnya.“Tunggu, Naomi!”“Ada apa lagi, Kak?”Brukk!Tanpa diduga, tiba-tiba saja Martinus duduk berlutut, bahkan bersimpuh di kaki adiknya tersebut. Pria itu langsung menangis, hingga bulir air matanya menitik jatuh membasahi punggung kaki Naomi.“Naomi, tolonglah kakakmu ini! Hanya kamu yang
Tangan Naomi terasa bergetar hebat saat membaca pesan yang baru saja dikirim oleh Martinus. Bukan hanya pesan, tetapi kakaknya itu juga mengirimkan foto ketika istrinya sekarat dan juga foto mereka saat berada di pemakaman.“Astaga! Kakak ipar benar-benar meninggal?” lirih Naomi dengan suara bergetar, merasa sangat shock dengan apa yang baru saja dilihatnya itu.Ia masih terpaku, menatap tak percaya pada foto dan pesan di ponselnya tersebut. Namun tak berselang lama, tiba-tiba saja kakaknya itu kembali mengirim pesan yang langsung masuk ke ponselnya.[Selamat karena kamu sudah membantu membunuh istriku, Naomi.]Degh!Rasa jantung Naomi seolah berhenti berdetak saat itu juga. Matanya membelalak lebar, dengan kedua tangannya yang kian gemetar hebat. Wajah gadis itu mendadak pucat pasi. Rasanya ia begitu sedih dan shock dengan apa yang dituduhkan oleh Martinus kepadanya.“Kakak, apa maksud kamu mengatakan hal itu padamu?” gumam Naomi dengan rasa sesak yang kini menghimpit dada.Masih den