“Naomi? Kamu ….”Lidah Edgar terasa kelu untuk menyebut nama wanita yang kini sedang berdiri di hadapannya. Suaranya serasa tercekat di tenggorokan, begitu sulit untuk menanyakan satu kalimat pun pada Naomi.“Hay, Edgar,” sapa Naomi dengan mengukir senyum licik di wajahnya.Edgar merasakan kini jantungnya berdegup sangat kencang, bahkan nyaris saja melompat jatuh dari tempatnya. Rasa gugupnya saat ini sangat bertolak belakang dengan sikap Naomi yang santai dan begitu tenang, sembari melipat kedua tangan di dadanya, tampak begitu arogan.“Naomi, a … apa yang kamu lakukan di sini?” Edgar bertanya dengan suara terbata.Terlihar jelas rasa gugup dan kecemasannya, tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk menyembunyikannya agar tak menimbulkan kecurigaan pada wanita muda yang merupakan ibu tirinya itu.“Aku tidak melakukan apa pun. Aku hanya ingin berkunjung saja. Apa itu salah?”Bruk!Naomi menabrak tubuh Edgar dengan sangat keras, menerobos masuk begitu saja. Edgar tercengang, lalu cepat-cep
Regan kini sudah berdiri di hadapan Naomi, membuat sepupunya itu langsung mengerucutkan wajah dengan raut kesal.“Pria itu benar-benar sialan! Dia nyaris saja membunuhku. Lihat ini!” Naomi kemudian menunjukkan lehernya yang tampak guratan merah akibat tadi dicekik oleh Edgar.Regan memperhatikan bekas merah di leher sepupunya itu. Bukannya merasa iba, ia justru tersenyum miring melihatnya.“Tapi Edgar tidak akan ada apa-apanya dibandingkan aku. Tak lama lagi aku pasti akan mengalahkannya,” gumam Regan dengan nada meremehkan.“Hah? Maksudmu?” Kening Naomi mengernyit, merasa cukup keheranan dengan kata-kata Regan barusan.Regan buru-buru tersadar bahwa dia baru saja salah bicara. Dengan cepat pria itu segera menggelengkan kepalanya, sebab ia memang tak ingin mengatakan kepada Naomi perihal rencananya mendekati Bella.“Ah tidak! Tidak ada apa-apa.” Ia menggeleng cepat.“Ya sudah. Kalau begitu aku pulang dulu. Terima kasih atas informasimu. Tapi kau harus tetap mengawasi mereka berdua, da
“Regan, ada apa kamu datang ke sini malam-malam begini?” Bella menautkan alisnya dengan perasaan heran, saat melihat Regan berjalan memasuki halaman rumah.Seolah tak menyadari sikap kurang nyaman yang ditunjukkan oleh Bella, pria itu justru melangkah dengan santai menghampiri gadis itu. Ketika langkah Regan sudah semakin dekat, refleks Bella pun juga segera menggerakkan kakinya mundur beberapa langkah.“Maaf, Bella, aku datang malam-malam begini. Aku hanya ingin bertemu denganmu saja,” ucap Regan tanpa rasa bersalah.“Bertemu denganku? Untuk apa?” Gadis itu bertanya, dengan rasa tak nyaman yang semakin terlihat jelas di wajahnya.“Bukan apa-apa. Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh. Apa kamu mengizinkannya?”“Kalau aku tidak mengizinkannya?” Bella justru balik bertanya.“Maka aku akan pergi dari sini,” jawab Regan seraya mengangkat kedua bahunya.“Ya sudah, kalau begitu silahkan kamu pergi dari sini. Aku harus segera istirahat!”Brak!“Bella, tunggu ….”Setelah mengusir Regan secara
“Kakak, apa yang kau lakukan di sini?” pekik Naomi tertahan.Matanya membeliak lebar, tak menyangka jika malam ini ia akan melihat Martinus di rumahnya. Kakaknya itu cepat-cepat menurunkan hoodie yang semula menutupi kepalanya.“Naomi, seperti biasa. Aku butuh bantuanmu,” ucap Martinus nampak tergesa-gesa.“Bantuan apa, Kak? Uang?” Naomi mendelik kaget.“Iya, aku sangat membutuhkannya.”“Tapi, Kak … dua hari lalu aku baru memberimu uang seratus juta. Apa uang sebanyak itu sudah habis?” Naomi nyaris saja berkata dengan nada tinggi, jika saja ia tak ingat bahwa pria di hadapannya itu adalah kakaknya.“Penyakit kakak iparmu kambuh lagi, Naomi dan hanya kamu yang bisa membantuku. Tolonglah, Naomi,” pinta Martinus dengan memasang wajah iba.Pria itu bahkan sampai berlutut di kaki adiknya, berharap jika Naomi akan mengabulkan permintaannya.Naomi hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan kakaknya itu. Akhir-akhir ini Martinus memang sering sekali minta uang kepadanya.Wanita itu pun membe
Edgar melangkahkan kakinya cepat, menuruni tangga lantai kamarnya dan tergesa-gesa menuju ke ruang depan. Tanpa menoleh lagi, pria itu pun segera keluar kemudian pergi ke mobilnya.Selang beberapa detik kemudian, terdengar deru mobil yang langsung pergi menjauh meninggalkan rumah tersebut.“Apa dia mau menemui Bella lagi?” batin Naomi yang ternyata sejak tadi sedang memperhatikan tingkah laku Edgar dari depan pintu kamarnya.Kini Naomi terus memutar otak, berusaha untuk mencari akal agar bisa memisahkan Bella dan Edgar. Sebab jika Bella masih ada dalam kehidupan Edgar, maka tidak mungkin jika Barta juga akan tertarik lagi pada gadis itu. Meskipun saat ini pria tua itu lebih mencintainya.“Aku harus berusaha untuk membuat Bella benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Barta dan juga Edgar. Tapi bagaimana caranya?”Naomi berjalan mondar-mandir dengan masih mengenakan piyama tidurnya. Ia menggigit kuku jarinya, berharap akan dapat jalan dengan cara seperti itu.“Ah, Regan.” Wanita itu menje
“Kalian suami istri kan?” tanya dokter wanita itu dengan ucapan berhati-hati, khawatir jika ternyata ia telah salah bicara.“Bu ….”“Benar, Dok. Saya suaminya Bella.” Regan menyahut cepat, sebelum Bella sempat menyelesaikan ucapannya.Sontak saja Bella langsung menoleh cepat pada Regan. Mata gadis itu membeliak lebar menatap Regan, dan rasanya ia ingin sekali mencakar wajah tampan pria itu sekarang juga.“Baiklah kalau begitu. Mohon Tuan tebus obat dan vitamin di rumah sakit ya.”“Baik, Dok. Terima kasih banyak,” ucap Regan menyahut. Sedangkan Bella memilih untuk tetap diam.“Sama-sama, Tuan dan Nyonya.”“Kalau begitu kami permisi dulu, Dok,” pamit Regan sambil berdiri dan menyentuh bahu Bella untuk membantunya bangkit. Namun, gadis itu segera menepisnya kasar.“Silahkan.”Tanpa mau mendapat bantuan dari Regan, Bella pun langsung berdiri dan berjalan lebih dulu meninggalkan ruangan tersebt. Ia bergegas menghampiri Bi Marni dengan perasaan kesal.“Bi, kenapa Bi Marni tidak menyusulku k
Bella berusaha meronta untuk melepaskan diri dari cengkeram Edgar, tapi tetap saja ia tak bisa. Sebab tenaga pria itu jauh lebih kuat daripada tenaganya.Kini akhirnya Bella pun hanya bisa pasrah, membiarkan saja saat Edgar merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan melolosi seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.“Edgar, jangan kasar seperti itu!” pekik Bella saat tiba-tiba Edgar menarik pakaiannya, hingga kancing bajunya lepas berhamburan.“Agar kamu tahu bagaimana rasanya sakit hatiku, Sayang. Apalagi kamu pergi bersama pria itu dan dokter juga menganggap bahwa dia adalah suamimu,” geram Edgar sambil menciumi leher Bella hingga turun ke dadanya, serta menciptakan kissmark di tubuh polos tersebut.“Edgar, aku sedang hamil! Jangan berbuat seperti ini!”Seakan tak peduli lagi pada apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu, Edgar terus saja menciumi tubuh Bella dengan kasar. Telinganya seakan sudah tak mendengar teriakan Bella, dan bahkan ia memainkan dada kekasihnya dengan sangat liar.“
“Apa yang sedang kau pikirkan, hah?” Nada suara Regan mulai merendah, saat melihat Naomi yang sedang tersenyum dengan anehnya.“Aku sedang memikirkan cara untuk menyingkirkan Bella,” jawab Naomi licik.“Apa?”Regan membelalak kaget dan kembali mencengkeram bahu Naomi dengan kuat. Bahu mulus itu bahkan merasa kesakitan saat kuku Regan seolah menancap di sana.“Aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk mencelakai Bella, karena aku sangat mencintainya,” geram Regan dengan kata-kata bernada ancaman.“Akh! Lepaskan aku, Regan! Kau selalu saja menyakitiku.” Naomi melepaskan cengkeram Regan dengan paksa.“Tentu saja aku tidak akan mencelakainya. Aku hanya ingin menyingkirkannya jauh-jauh dari kehidupanku dan suamiku. Ternyata selama ini dugaanku benar, bahwa Bella sudah hamil anaknya Edgar. Aku akan memberitahukan hal ini pada Tuan Barta, dan setelah itu dia pasti akan menceraikan Bella. Tinggallah aku satu-satunya yang akan menjadi nyonya dan penguasa di rumah itu. Hahaha.” Naomi tertawa pua