Tiga bulan setelah melangsungkan pernikahan Liam dan Diva tinggal di apartemen Diva. Liam tidak bisa menolak permintaan Diva karena rumah kontrakannya sangat kecil untuk mereka tinggali berdua.
Malam itu Diva berdiri di balkon rumahnya menatap kembang api yang berasal dari apartemen seberang mereka. Sangat cantik, terfikir olehnya punya anak mungkin akan sangat menyenangkan. Bisa bermain kembang api bersama anak dan suami. Membuat perayaan di rumah mereka, hal yang tidak pernah ia rasakan dalam keluarganya.
Wanita berpiama pink itu melipat tangannya di depan dada, merasakan udara dingin malam itu. Liam belum pulang.
Diva membalikkan tubuhnya mendengar suara langkah kaki. "Udah pulang." Ia menyambut Liam dengan senyum lebar, "Langsung mandi gih... biar aku siapin makan malam."
Liam meletakkan tasnya, wajahnya terlihat lelah tapi tetap tersenyum. Dia baru merintis usaha kecil-kecilan. Liam benar-benar
POV LiamUntuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah besar milik keluarga Diva. Aku dengar ayahnya adalah pengusaha. Tapi sekaya apapun tidak membuatku kagum karena hanya Diva anak satu-satunya tapi hubungan mereka sangat tidak akur.Sedikitnya Diva pernah cerita ayahnya itu main tangan kalau sedang mengamuk. Jadi aku tahu dia pria tempramental. Dulu aku punya mertua sangat baik tapi anaknya kurang baik. Sekarang mertua yang emosian tapi karena aku cinta anaknya. Aku terpaksa datang ke rumah ini.Hari ini ulang tahun ayah mertuaku, aku menemani Diva untuk mengunjungi ayahnya. Meskipun dia tidak suka ayahnya tapi aku tahu Diva sayang ayahnya. Itulah hubungan darah tidak bisa dibohongi."Kelihatannya banyak yang datang. Papa kamu rayain ulangtahunnya, sayang?" tanyaku seraya membukakan helm Diva. Istriku sangat cantik dengan lipstik pinknya.Kami sudah berada di sebuah penthouse yan
"Pa.... Maksud saya Om. Saya datang untuk silahturahmi ke sini. Besok saya akan membawa orangtua saya ke sini untuk minta maaf kalau saat acara pernikahan kami Om merasa keberatan." Aku bicara setelah pria bertubuh besar mendorongku hingga keluar rumah. Ya... aku sekarang seperti pengemis di luar istana ini. Di tonton banyak orang."Diam kamu! Saya tidak sudi Diva menikah dengan kamu!" Balas ayah Diva."Pa, Liam datang baik-baik ke sini. Kenapa Papa malah ngusir Liam." Diva merengek pada ayahnya yang berwajah sangar itu. Aku masih berusaha tersenyum meski harga diriku sudah diinjak-injak. Diva ingin berdamai dengan ayahnya, apa pria tua itu tidak mengerti."Baik-baik kamu bilang? Dia punya istri berani selingkuh... kamu bilang pria baik? Pengangguran yang tega jual mobil istrinya untuk dirinya, pria baik kamu bilang? Lihat dia Diva! Pria ini hanya membebani hidup kamu. Numpang hidup di apartemen kamu!"Aku bergumam memaki diriku sendiri.
Liam tidak berkonsentrasi pada jalanannya, dia hampir menabrak orang di depannya saat mengendarai motor dengan membonceng Diva. Perkataan orang tua Diva terus terngiang-ngiang di kepalanya. Sampai di rumah Liam berjalan gontai ke kamarnya.Dia tidak menghiraukan lagi Diva yang berjalan di belakangnya dan terus berjalan ke kamar. Raut wajahnya masih terlihat kesal, kedua tangannya mengepal seakan ingin melayangkan tinju pada orang."Maaf." Ucap Diva. Baru pria itu menyadari dari tadi istrinya duduk di sebelahnya, "Maafkan keluargaku, Liam." Diva menyentuh pipi Liam dengan lembut.Diva merasakan wajah Liam panas karena amarah. Dia takut Liam meledakkan amarahnya saat ini. "Percuma kamu minta maaf, mobil sudah terjual. Dari mana saya punya uang untuk membeli kembali mobilmu yang terjual!" bentak Liam pada istrinya. Diva hampir terlonjak karena suara keras Liam.Liam berteriak lagi. "Ayah kam
POV: Liam.Sudah seminggu semenjak kami mengunjungi rumah ayah Diva. Tidak ada sesuatu yang meresahkan mengingat pria tua Bangka itu mengusirku malam itu. Mungkin dia hanya menggertakku.Mataku melihat pesan Doni di ponselku, dia sudah mengirim alamat yang di katakannya tapi aku belum mendatangi tempat itu. Entah mengapa pikiran buruk terus saja bergerilya dalam relung jiwaku. Aku menolak tawaran itu.Tapi membayangkan ancaman dan harga diriku yang telah diinjak-injak ayah Diva. Aku harus memikirkan cara agar bisa bangkit dari keterpurukanku.Aku sudah berpakaian rapih dan duduk di ruang makan, menunggui Diva yang sedang membersihkan bekas sarapan kami."Mau kemana, Yang? Udah rapih aja, ini hari Minggu lho.""Ada urusan sebentar. Saya lagi nyari orang yang nanam saham di proyek aku." Balasku, "Setelah saya pikirkan, kamu benar. Buka kafe gak segampang itu. Tiba-tiba ayah kamu datang dan protes anaknya jadi pelayan kafe. Dia bisa ngamb
"Gimana Liam, mau terima tawaran kami?" tanya Rayhard.Kini Liam sedang duduk bersama keluarga besarnya. Dia tidak menyangka ternyata Doni mempertemukan mereka di sebuah restoran ini. Keluarganya meminta Liam untuk kembali ke perusahaan dan kembali menempati posisi jabatannya dulu. Meski Liam tidak mengerti mengapa tiba-tiba mereka meminta dia kembali. Tapi yang pasti Liam membutuhkan pekerjaan ini.Dari pembicaraan mereka sedari tadi, tidak sekalipun keluarganya menyinggung soal Diva, istrinya."Liam, pikirkan baik-baik. Kamu jangan keras kepala." Ujar Ibunya, "Cari kerja sekarang susah, Nak."Mungkin dulu akan dengan mudahnya Liam mendapatkan pekerjaan di perusahaan terkenal mana pun. Karena Liam memiliki kemampuan dan mengantongi ijazah yang tidak bisa disepelekan. Tapi, imejnya menjadi jelek karena berselingkuh dan itu mempengaruhi reputasinya di bidang bisnis."Begini saja, kalau kamu masih ragu. Diva juga bisa bekerja di perusahaan kita
POV : Diva"Hiii Diva! Wellcome back... Gak nyangka banget kamu bisa kerja di sini lagi. Biar kutebak... ini pasti karena kamu sekarang adalah adik ipar yang punya gedung ini... eya kaaaan.."Suara itu dari Nara, wanita itu teman lamaku yang berkerja di sini. Dia mengikutiku hingga ke meja tempat dudukku. Posisi tempatku berbeda dari tempatku yang dulu. Aku diberikan meja satu ruangan dengan staf penting yang lainnya. Termasuk dengan Nara, wanita itu dengar-dengar sudah naik jabatan.Setiap staf berhak mendapatkan promosi jika dia bekerja lebih dari 3 tahun. Dan setahuku Nara sudah lima tahun bekerja di sini."Aku seneng banget bisa satu kerja sama kamu lagi, Nara. Gila sih... gak nyangka bisa bareng kamu lagi," komentarku padanya, lalu kami berpelukan sambil tertawa riang.Hari ini aku mengenakan celana jeans panjang dengan atasan blouse putih ditutupin jas berwarna cream, tidak lupa tas selempang creamku yang menambah kesan femi
POV : DivaAku tahu bahwa aku melakukan kesalahan saat harus memeriksakan milik pribadi suamiku. Melihat ponselnya kepada siapa dia sering berkomunikasi. Jika benar Liam selingkuh, apakah aku harus memberikan dia kartu kuning atau kartu merah?Jika itu benar terjadi maka pernikahan kami akan di cap pasangan hasil selingkuh yang mendapatkan karma.Aku meraih ponsel Liam yang kebetulan aku tahu paspornya. Perlahan aku membuka kotak pesan teksnya. Tapi tidak ada yang kudapat, semua pesan teksnya sudah dihapus, apakah itu bisa membuktikan bahwa Liam sengaja melakukannya?Jika Liam bisa menghianati Samira, apa mungkin itu juga akan terjadi padaku? Liam bukan orang jahat, ya... dia pernah berselingkuh denganku. Tapi, dia mengatakan mencintaiku. Dia baik padaku."Diva? Kok belum tidur sayang?" suara Liam pelan terdengar. Aku hanya menggeleng pelan. Untung aku sudah meletakkan ponselnya kembali. Aku berusaha tersenyum memaksa menatapnya."Sini bobo.
Samira sedang berada di kantor, ia bersyukur mendapatkan meja kerjanya dekat dengan jendela yang dapat melihat pemandangan di luar. pandangannya tak terhalang apa pun. Ia bisa melihat langit yang berwarna biru.Pada usia yang masih terbilang muda Samira sudah menyandang status janda, tetapi ia tidak merasa terbebani dengan itu. Wanita itu menikmati hidupnya meskipun tidak sempurna. Ia sadar semua mata memandangnya sebelah mata karena status jandanya. Orang akan berpikir negatif jika ia dekat dengan lawan jenis walaupun hanya sebatas teman saja.Dia mengetik terus di laptopnya dan sesekali melirik ke arah ponselnya yang tak berdering, biasanya setiap hari akan banyak pesan dari teman-temannya untuk mengajaknya sekedar nongkrong di kafe atau minum di bar. Dia menyukai bersenang-senang dan berkumpul--club malam, minum, shopping. Tapi sekarang semua orang seperti menjauh darinya.Ketika Samira sedang berjalan di lorong, langkahnya terhenti mendengar suar