Wry tersenyum mengejek, "tergantung … nasibmu," jawab Wry. Dia tidak bisa menjanjikan keamanan karena Ivander pasti tidak akan memaafkan Garry. Namun, jika Garry benar-benar tidak bersalah akan hilangnya Lysia. Maka ada kemungkinan lainnya juga. Bisa jadi, Garry bisa lepas nanti. Berbagai macam kemungkinan bisa saja terjadi, dan itu tidak berada di tangan Wry.Garry merasa kesal dengan apa yang diucapkan oleh Wry. Entah mengapa mereka sungguh mempersulit keadaannya. Bahkan setelah meminta keuntungan perusahaan pun mereka tidak mau untuk menjanjikan apapun. "Kalau begitu, jangan harapkan keuntungan yang kalian minta," jawab Gerry. Wry langsung saja melaju dan menendang perut Garry dengan kencang. Dia melakukan itu semua dengan secepat kilat seperti Sambaran petir yang tiba-tiba saja menghantam pepohonan. "Cepat ikut kami, karena kau menolak apa yang aku minta. Maka inilah yang akan kau dapat!" Wry pun menekankan suaranya dan menyuruh anak buahnya untuk membawa Garry. Garry tidak bi
Ivander memang sungguh ingin sekali untuk menghabisi nyawa Garry. Dia ingin mematahkan tulangnya dan membuatnya hancur berkeping-keping. Namun, itu harus dia tahan sebentar lagi sampai orang ini bicara tentang keberadaan Lysia. "Kau!!! Jadi, Lysia tidak bersamamu sekarang?" tanya Garry bisa menangkap apa maksud dari ucapan Ivander. Bagaimanapun juga dia memiliki kecerdasan yang tinggi dan tahu apa yang telah terjadi. "Kau yang telah menyembunyikan istriku, jangan kira aku akan melepaskanmu," tekan Ivander begitu menyeramkan. Bahkan dia pun langsung saja membenturkan kepalanya untuk menghantam wajah Garry dengan satu serangan itu membuat Garry Langsung tersungkur kembali dengan darah yang langsung muncrat dari jidatnya. Ivander sungguh kejam, bahkan Garry tidak menyangka disaat mereka tengah berbicara Ivander langsung melakukan ha gila ini. Garry terduduk sambil memegangi area kepalanya. Dia menatap Ivander tajam. "Kau bisa selidiki dulu yang sebenarnya. Bahkan aku pun sedang menc
Keadaan hati Ivander sedang tidak karuan saat ini. Dia membiarkan Olivia untuk mengganggunya, dengan pemikiran lain. Jadi, Ivander membayangkan bahwa wanita itu adalah Lysia yang sudah beberapa hari ini belum ditemukan juga. Olivia girang, bahkan rasanya dia ingin melompat-lompat karena saking senangnya. Dia selama ini tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria tampan, dan semakin dia menatap lekat wajah Ivander, maka jantungnya semakin berpacu dengan cepat. "Pergilah! Jangan sampai aku memberimu pelajaran," ucap Ivander secara tiba-tiba. Olivia terkejut, rupanya Ivander tidak menerima semua sentuhannya dengan baik. Dia malah langsung mengusirnya begitu saja. "Maaf, Tuan. Akan tetapi, saya melakukan itu karena ada noda di wajahmu," jawab Olivia sedikit gemetar, lalu dia pun membalikan badan dan pergi. Ivander membuka matanya dan melihat punggung Olivia yang berjalan menjauh. Dia tersenyum, "gadis nakal. Bisa-bisanya dia membuat alasan!" Lalu, Ivander pun melihat luka di dalam
Ivander mengepalkan tangannya. Dia mengingat dimana masa Irfan dan dia sampai harus berselisih gara-gara seorang wanita dan sungguh hal itu begitu memuakkan. Ivander pun secara tidak sabaran langsung saja meraih leher Irfan yang berada di depannya. "Kau berbicara omong kosong, tahu apa kau tentang keadaanku? Kalau kau ingin selamat, maka pergilah!" kesal Ivander. Bahkan dia pun tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Irfan sepertinya terus menerus dengan sengaja menyulut emosinya. Lalu, Ivander pun langsung mendorong dan membanting tubuh Irfan dan meninggalkan dia begitu saja. Bi Surti dan Olivia terkejut, mereka panik melihat pertengkaran antara kakak beradik ini. Lalu, mereka pun langsung menghampiri Irfan yang terbaring dan mencoba untuk beranjak berdiri. "Tuan, apakah kau tidak apa-apa?" tanya Bi Surti. Bi Surti tahu tentang semuanya dan dia pun menyayangkan apa yang telah terjadi. Andai mereka semua tidak memiliki ego yang tinggi dan perselisihan ini segera berakhir, maka kak
"Lysia, ini sudah saatnya kau pergi memeriksa kondisi kandunganmu," gumam Lysia sambil menatap dirinya di cermin dia berbicara kepada dirinya sendiri. Usia kandungannya sudah hampir memasuki bulan keempat dan tidak terasa sudah waktu yang Lysia habiskan dengan tinggal di rumah Irfan. Hanya saja, selama ini Lysia masih belum pergi ke dokter untuk memeriksa kondisi kandungannya karena Lysia takut untuk pergi keluar. "Apakah akan baik-baik saja jika aku pergi ke dokter?" gumam Lysia ragu. Selama ini dia tidak pernah pergi meninggalkan rumah Irfan.Secara mendadak tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Lysia secara refleks langsung menoleh ke arah pintu dan rupanya Irfan yang datang. Irfan memandang Lysia dari atas sampai bawah. Saat ini Lysia sedang mengenakan dress selutut dengan motif bunga-bunga yang indah. "Kamu terlihat begitu rapi? Mau kemana?" tanya Irfan. Irfan datang dengan segelas air susu untuk Lysia. Dia benar-benar memberikan perhatian lebih untuk Lysia agar Lysia benar
Arini merasa begitu panik. Dia pun langsung memboyong tubuh Garry dengan susah payah. Dia benar-benar tidak menyangka bahwa pria yang dia sukai sedang terbaring lemah di pinggir jalan. Apa yang telah terjadi padanya itu adalah hal yang begitu mencengangkan."Garry bertahanlah, aku akan menolongmu," ucap Arini sambil memapah Garry untuk pergi ke arah mobilnya. Mobilnya terparkir cukup jauh dan membuat mereka harus bersusah payah melangkah. Garry tersenyum, dia senang rupanya ada juga orang yang membantunya. Dia bahkan sempat berpikir bahwa hidupnya akan segera berakhir. Namun, rupanya masih ada kesempatan untuknya hidup.Setelah beberapa saat, akhirnya mereka sampai di depan mobil Arini. Arini pun memasukan tubuh Garry ke dalam mobilnya. Lalu, dia pun mengitari mobil dan memasuki ruang pengemudi. "Ya ampun Garry, apa yang telah terjadi terhadapmu?" tanya Arini lagi, dia mengelap keringat yang timbul dari wajah Garry dan begitu mengkhawatirkan lukanya.Sedangkan Garry, dia hanya ter
Lysia tidak bisa menahan diri, dan akhirnya dia pun memutuskan untuk menemui Garry. Bagaimanapun Garry pernah ada di dalam hatinya. Walaupun Lysia tidak pernah menerima Garry, tapi dia memang menyimpan perasaannya sendiri karena mempunyai alasan lain.Lysia melangkah ke arah ruangan rawat Garry, dia mengetahui dimana letak kamar Garry karena sempat menanyakannya kepada seorang perawat. "Garry, andai kamu terluka karena Ivander. Maka aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri," gumam Lysia pelan. Lysia akan merasa sangat bersalah untuk itu, kalau memang Ivander yang menyebabkan Garry terluka, maka Lysia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Akhirnya, Lysia pun sampai di depan ruangan rawat Garry. Dia menatap pintu yang masih tertutup itu, lalu mencoba membukanya secara perlahan. Lysia harus mengecek dan memastikan kondisi Garry. Namun, pada saat dia melihat Garry yang terbaring lemah dengan wajah pucatnya. Hati Lysia menjadi teriris, dia mengingat bagaimana perjuangan Garry unt
"Sudah, kalian tidak perlu berdebat." pungkas Lysia, dia telah memutuskan sekarang. Garry memandang Lysia dengan harapan bahwa Lysia akan meminta cerai kepada suaminya. Sedangkan Arini, dia menatap kesal Lysia dan berharap bahwa Lysia tidak mengganggu Garry setelah ini. "Baiklah Lysia. Karena aku tahu apa yang telah terjadi, dan apa yang sudah menyebabkan Garry terluka. Maka aku putuskan bahwa suamimu akan aku laporkan ke dalam penjara," tekan Arini. Ini adalah kesempatan untuknya agar Lysia bisa lebih menderita lagi. Kalau sampai suaminya dipenjara maka Lysia akan menanggung malu seumur hidup. Kesempatan emas untuk Arini membalas dendam tentang rasa sakit hati karena Garry yang selalu mencemaskan Lysia."Arini kamu tidak mengerti, suamiku tidak bisa ditentang seperti itu," jelas Lysia bingung. Kalau sampai Arini melakukan itu, maka dia sendiri yang menggali kuburan untuknya.Garry terdiam, akhirnya dia sadar kalau memang Ivander Brxian Dxel tidak akan menyerah semudah itu. Jika me