Tangguh terus bergerak cepat di atas tubuh kekasihnya, dengan tempo sama dan menggebu-gebu. Tenaganya seakan tak pernah habis, padahal ini sudah ronde kedua dan pemuda itu tidak sedang mengonsumsi obat kuat apapun.
Tubuh keduanya sudah basah bagaikan diguyur hujan. Linda tak hentinya menjerit saat lagi-lagi ia mencapai puncak kenikmatan yang selalu disuguhkan oleh Tangguh lebih dulu. Ia selalu terpuaskan bahkan amat sangat terpuaskan.
Tangguh mengambil napas panjang, mengentikan gerakan liarnya saat ia merasa Linda akan kembali sampai. Dengan tisu basah ia membersihkan Organ intim kekasihnya, lalu ia melemparkan tisu itu begitu saja di lantai.
Tangguh bergerak naik. Kali ini bibirnya menyentuh puncak payudara kiri Linda yang sudah mengeras dan basah sejak daritadi. Ia mengulum seperti bayi yang kehausan. Membiarkan Linda menggumamkan namanya berkali-kali karena kenikmatan yang selalu mampu diberikan pemuda itu padanya.
Payudara yan
"Heh, lantas, apa aku harus percaya ucapanmu?" Linda tertawa remeh. Ia tidak sangka sebuah pernyataan yang keluar dari mulut Tangguh membuatnya sangat merasa konyol."Apa saya pernah berbohong? Untuk apa? Sebentar." Tangguh turun dari tempat tidur. Berjalan dengan tubuh berotot polos untuk mengambil ponsel yang ada di dalam ranselnya. Ia membuka bagian galeri, lalu memberikannya pada Linda."Ini, mungkin dengan ini kamu bisa percaya, Sayang. Namun aku mohon, kamu jangan cemburu, atau aku akan benar-benar pergi!" Tangguh mengelak saat Linda hendak merampas ponselnya."Aku harus melihatnya, baru aku putuskan harus melakukan apa pada Steve." Tangguh memberikan ponselnya pada Linda. Wanita itu mendelik melihat sebuah foto di mana Steve dan wanita yang bernama Rucita tengah berciuman di dekat keranjang cucian."Jadi, Rucita menggoda suamiku?" Linda tertawa pendek, lalu menyerahkan kembali ponsel itu pada Tangguh."Sepertiny
Linda terbangun dari tidurnya yang sangat lelap. Tubuhnya masih terasa sangat lelah karena pertempuran sangat luar biasa semalam. Matanya terbuka, lalu kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Linda mencari sosok Tangguh di sampingnya, berharap pemuda itu memberikan ciuman selamat pagi dalam pelukannya. Namun hal itu tidak kesampaian.Di atas bantal tempat Tangguh semalam berbaring, Linda menemukan secarik kertas bertuliskan tangan. Wanita itu tersenyum saat tahu Tangguh yang meninggalkan pesan untuknya.Sayang, saya pulang ya. Pak Steve bisa khawatir dan curiga jika malam ini saya tidak pulang ke rumah. Lagi,n besok saya harus ke Tanjung Priok dan berangkat pagi. Semoga ada waktu bisa kembali berduaan walau diam-diam. Sepulang dari Tanjung Priok, saya akan ke hotel lagi. Tunggu ya.Linda tersenyum dengan sangat lebar. Ia bergerak turun dengan perlahan. Menikmati pagi hari yang bisa bermalas-malasan. Jika saat ini di rumah, pastilah ia sedang sibuk di
Drt!Drt!Ponsel Steve terus saja bergetar tanpa henti. Steve yang tertidur karena sakit di kepalanya, akhirnya tersentak dan langsung melihat ponselnya.TangguhKeningnya berkerut saat nama Tangguh yang muncul di sana. Steve melihat jam di ponsel yang baru pukul sebelas malam, tandanya baru satu jam ia tertidur."Halo, Guh, ada apa?""Pak, tampaknya ada sedikit masalah dengan Rucita, apa saya boleh kembali ke Garut malam ini?""Mmm ... kamu di mana sekarang? Naik travel saja biar cepat sampai. Kamu pulang ke rumah dulu, saya akan carikan mobil.""Terima kasih, Pak, saya sudah di jalan pulang."Tangguh memutus sambungan teleponnya, lalu dengan cepat memakai pakaiannya kembali. Tujuannya belum lagi sampai, tetapi masalah Rucita membuatnya tidak bisa meneruskan yang tertunda."Bagaimana, Guh? Kamu jadi kembali ke Garut?" tanya Linda khawatir."Iya, Sayang, tapi Pak Steve meminta saya seg
Ponsel Tangguh masih belum bisa dihubungi, sedangkan warga sudah banyak yang berkumpul di rumah Tangguh untuk menyaksikan Rucita yang dinikahkan dengan Steve. Mau tidak mau, rela tidak rela, Rucita pasrah dinikahi Steve walau harus jadi istri kedua. Ditambah lagi kekecewaannya pada Arnan, membuat Rucita tidak ingin pikir panjang. Biarlah ia malu saat ini, asal ada pria yang menikahinya dengan benar."Ke mana Tangguh, tidak bisa dihubungi?" gumam Paman Gun resah."Diwakilkan oleh Pak Gun saja. Bukannya Pak Gun saudara dari ayah Tangguh?" kata Steve memberikan masukan. Pria dewasa yang bernama Gun itu akhirnya mengangguk setuju. Seorang ustadz dipanggil untuk menikahkan Steve dan Rucita secara agama. Diwakilkan Paman Gun dan bertindak sebagai saksi adalah RT dan sepupu dari paman Rucita.Gadis itu menunduk malu. Sama sekali tidak berani mengangkat wajahnya yang kini menjadi pusat perhatian orang banyak. Malu sekaligus berdebar.Steve
Sudah dua malam Linda tidak bisa menghubungi Tangguh. Ponselnya tidak aktif sejak dua jam ia pulang ke rumah Steve. Linda yang tengah dilanda kebingungan akhirnya memilih pulang dan juga tidak menemukan Steve di rumahnya.Wanita itu mengecek lemari pakaian dan ia tidak menemukan tas ransel yang biasa digunakan suaminya untuk bepergian. Beberapa helai baju kaus yang sudah di-laundry dan celana pendek serta celana jeans Steve tidak ada di dalam lemari. Ke mana suaminya?Linda pun menelepon Steve malam itu, tetapi nomor suaminya tidak aktif. Dia kembali uring-uringan karena tidak ada satu pun lelaki di rumahnya yang bisa ia hubungi.Pa, kamu ke mana? Kamu nginep di mana?SendLinda mengirimkan pesan pada suaminya. Steve biasa mematikan ponsel saat sedang diisi daya, ia berharap Steve segera membalas pesannya paling tidak mengurangi salah satu keresahannya.Kembali ke Garut. Malam sudah semakin larut. Steve masih de
Rucita menjerit kesakitan dengan tubuh yang menegang kaku, hingga kepalanya membentur punggung tempat tidur. Steve mencoba menenangkan Rucita yang menangis karena rasa sakit dan pedih itu sungguh menyiksanya. Steve tidak memaksa, ia membiarkan Rucita mengontrol emosi dengan cara menciumi wajah gadis itu dan membisikkan kata cinta, serta terus memuji istrinya.Setelah napas Rucita kembali teratur, Steve kembali menggerakkan tubuhnya dengan perlahan. Rucita masih meremas seprei dengan kuat dengan tubuh yang masih sangat kaku."Sayang, jangan tegang! Ini tidak apa-apa dan akan baik-baik saja. Nikmati saja ya. Saya janji jika masih terasa sangat sakit, saya akan berhenti, oke?" bisik Steve dengan lembut. Ia merasa heran dengan senjatanya yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera sampai. Ini baru pertama kali seumur hidupnya ia bercinta selama dua jam dan ini sungguh luar biasa.Steve masih terus memacu tubuhnya perlahan dan sangat hati-hati. B
"Mbak, ini saya di mana?" tanya Tangguh pada seorang wanita berpakaian serba putih bak perawat rumah sakit."Di klinik, Mas. Masnya kecelakaan dan luka di kepala membuat Mas tidur untuk beberapa hari," jawab perawat itu sambil kembali menyuntikkan obat ke dalam cairan infus Tangguh."Klinik? Ini hari apa ya?" tanya Tangguh bingung."Iya, sekarang hari Jumat. Mumpung Mas baru sadar, silakan dimakan makan siangnya dan jika ingin buang air kecil juga silakan. Mas akan lekas pulih jika banyak beristirahat. Luka di kepala Mas mengharuskan Mas untuk banyak beristirahat," papar perawat itu dengan senyuman. Ia menyiapkan nampan berisi nasi dengan daging, sayur, dan juga buah."Oh, baik, Sus, terima kasih." Tangguh yang sangat kelaparan, akhirnya menyantap nasi yang dihidangkan. Menu sehat ala rumah sakit yang rasanya alakadarnya. Nasi, sayur, daging, semua ia habiskan dengan cepat.Selesai makan, Tangguh berjalan perlahan menu
Semua serba cepat. Mobil travel yang akan ditumpangi Linda tiba-tiba saja mengalami ban kempes di bagian belakang. Bukan hanya satu tapi keduanya. Padahal mereka baru saja keluar dari area perumahan.Linda menunggu sopir memperbaiki ban dengan wajah masam. Malam semakin larut dan dia belum juga berangkat."Apa tidak bisa dikirimkan mobil lain, Pak? Saya buru-buru," kata Linda tak sabar."Armada sedang keluar semua, Bu. Ini kan weekend, jadi gak ada armada kosong. Sabar ya, Bu, biar saya perbaiki dulu bannya. Ibu duduk saja di halte ini gak papa," jawab sopir itu dengan ramah sekaligus dengan perasaan tidak nyaman. Padahal sebelum berangkat tadi, mobil sudah dicek oleh montir armada, semua sudah oke, maka dari itu armada terakhir yang ada di pool travel diijinkan untuk keluar. Jika sudah begini, mau menyalahkan siapa?"Aduh, saya ngantuk lagi nih! Kalau masih lama banget, saya pulang dulu saja deh, besok saja berangkatnya. Biar saya tidur