Hujan berpetir membasahi bumi. Aron seakan berada di tempat yang tak pernah dikunjungi sebelum. Lalu sosok yang tak dikenal muncul. Dagu tegas dengan tubuh gagah serta berwibawa menghampirinya Aron. Bola matanya tak terlepas dari sosok tersebut.Pertemuan dewa kebangkitan dengan pria yang telah bangkit dari kematiannya membuatnya semakin yakin dewa langit tidak main-main atas rencana itu. Ia menguji Aron. Angin kencang yang mengelilingi dirinya berhembus cepat menyerang Aron. Tentu saja pertahanan itu diperlihatkan. Tameng baja muncul. 'Tidak mungkin.'Aron berjalan mendekatinya. Dewa kebangkitan mengernyitkan alis tak percaya. Bibirnya tersenyum kecut lalu mengguyurkan hujan. Tak sampai disitu, dewa kebangkitan memberikan efek kilat untuk menggertak. Aron berlari dalam badai, tameng baja di dorong sekuat tenaga sampai tepat mengenai dewa kebangkitan. Untung saja pukulan Aron bisa dihindari.'Apa-apaan ini? Kenapa hasil ciptaan dewa langit memiliki tenaga yang luar biasa?' Ia sedikit
Aron mengecek rekaman CCTV di dalam kamarnya. Orang lain dibuat ternganga melihat adegan mustahil tersebut di mana tubuh Aron menghilang begitu saja. Ia tak terkejut dengan hal itu. Jari telunjuknya menekan tombol jeda, ia memperhatikan baik-baik ekspresi Monica saat berinteraksi dengan warga. Wajahnya terlihat polos dan begitu natural. Awalnya Aron sempat menduga kalau Monica juga berhubungan dengan kematian keluarganya, terlebih Monica darah daging Orlando. Ia juga mengirim beberapa cuplikan video viral Monica ke ahli mikro ekspresi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.Tak lama, notifikasi data dari analisis diterima. Aron segera membuka berkas yang dipesannya itu. Ia sengaja membeli jasa orang lain supaya tahu kepastian apakah Monica melakukan kebajikan itu untuk mendapatkan sebuah pujian atau sebaliknya. Aron pun segera membuka berkas tersebut."Mari kita lihat faktanya." Aron membalik setiap halaman kertas. Dan seperti dugaannya jika Monica tidak memiliki tanda-tanda berbu
Setibanya di kamar....Monica merasa dikhianati ayahnya. Padahal pria itu sudah berjanji di depan semua orang tapi tidak berlaku hari ini. Pertahanan cintanya sudah dibobol oleh wanita lain. Bila dilihat dari penampilan seorang tadi, sudah jelas keduanya usai berhubungan yang tak seharusnya dilakukan oleh mereka. Nafsu makannya menurun. Ia bahkan tidak meneguk setetes air minum pun. Monica memainkan jemarinya ia berpikir bagaimana menyelesaikan semua problem pribadi yang tak kunjung selesai. Ditambah ayahnya dominan mengatur kehidupannya. Semua orang yang telah mendukungnya memiliki banyak harapan kepada Monica. Kehidupan sekaligus keinginan orang-orang yang disayanginya tidaklah sama. Ia lebih takut jika akan mengecewakan masyarakat di negara Atlantik."Nona Monica harus makan, yah," ucap pelayan wanita bertubuh gempal.Ia menoleh sembari menggelengkan kepala. Bibirnya mulai kering tak mengeluarkan suara. Kemudian pandangannya kembali menatap ke arah luar jendela."Jika anda tidak in
"Aku rasa ada sesuatu yang aneh dari Aron. Sepertinya dia menyembunyikan rahasia yang sangat besar," ujar Leo.Emily menggeleng. "Tidak." Ia menggelitik suaminya untuk menutupi kekhawatiran. Tidak disadari Leo bisa menebaknya. Lengan kekar menahannya hingga tak bergerak. "A–apa?" tanyanya gelagapan. Leo mengenal nafas. "Aku tidak bercanda." Sembari menatap sang istri. "Hahaha.... Aku tahu. Kita sudah membahasnya berkali-kali tapi mungkin kau sedang banyak pikiran—""Sudahlah aku minta maaf," selanya tanpa mendengarkan penjelasan Emily lebih lanjut. Keduanya terdiam sepanjang koridor. Perubahan arah semakin hari terlihat jelas. Tidak mungkin tingkah Aron karena stres berlebihan. Padahal mereka sudah membicarakan mengenai pekerjaan itu dengan cara baik-baik dan Aron setuju, sehingga alasan penyebab perubahan Aron yang drastis bukanlah mengenai hal tersebut. Pasti ada suatu problem yang masih belum diselesaikan Aron. Ia tidak bisa berhenti mengawasi anaknya itu.Emily menarik tangan Le
"Eh, sudah berakhir," kata seseorang.Perlahan kerumunan itu mulai buyar. Aron berdesakan dengan para warga. Ia tidak mendorong balik apalagi ia tubuhnya terhimpit sampai di pinggiran tembok. Tidak disangka di depannya ada seorang gadis menggunakan masker warna hitam. Aron tak peduli, yang jelas ia tidak ingin ada yang terluka.Dugh! Punggung Aron menjadi sasaran mereka, tubuhnya tidak memberi ruang bahkan jaraknya dekat dengan sang gadis. Tangan Aron menumpu supaya tidak terjatuh.Di sisi lain ia mencari kesempatan untuk melihat secara langsung wajah gadis bernama Monica Louis. Sayangnya ia tidak mendapati sosok yang dicarinya. Setelah kerumunan itu mulai merenggang, barulah ia bisa terbebas dari lautan manusia tersebut. Namun saat dirinya beranjak meninggalkan tempat itu sesuatu menahannya. Aron menoleh ke arah ujung lengannya. Gadis itu nampak memeganginya."Maaf aku sedang terburu-buru, Nona. Bisakah kau melepaskan tanganku?" Pertanyaannya tak mendapatkan respon malah Aron merasa
Aron tidak percaya dengan kejadian apa yang sudah dilewatinya. Berteman dengan anak musuhnya. Ide bagus jika ia menyandera Monica untuk pertahanan Orlando. Namun, hal itu tidak akan ia lakukan sebab Orlando tidak terlalu memperlakukan baik sebagaimana anak perempuannya. Kalau butuh tes mungkin ia akan bekerja sama dengan gadis itu, tetapi hal itu akan sulit karena ia tahu Monica selalu dalam pengawasan Orlando.Sepanjang jalan, ia menghela pernapasannya. Ia penasaran bagaimana reaksi ayahnya kalau tahu Aron sudah berkenalan dengan anak musuhnya. Mungkin Leo akan mengomelinya habis-habisan."Aku bosan menatap gedung-gedung tinggi ini. Bagaimana kalau kita berkeliling di area perkampungan?" "Baik, Tuan. Sesuai yang anda mau." Sembari mengarahkan setir mobil ke arah kanan yang menuju wilayah perkampungan kebun teh. Aron mengawasi setiap sudut wilayah itu. Ia juga memperhatikan detail tulisan yang tercoret di papan. Tertulis 'Wings Tea' di pembuka desa. Aron mencari informasi mengenai k
Aron penasaran siapakah bos mereka. Ia mengikuti langkah pria itu. Kini Aron semakin jauh dari pengawasan para bodyguard. Ia mengangguk mengerti dari pernyataan petani teh itu. Namun, siapa sangka ia malah menjadi target para petarung.Mereka mengelilingi Aron. Semua mata tertuju kepadanya petani itu menyunggingkan senyum. Ia tidak bergerak apalagi menunjukkan kemampuannya untuk melawan dengan satu serangan. Aron bersikap biasa saja dan mengikuti sebagaimana alur. "A–ada apa ini?"Orang-orang itu tak menjawab hanya petani yang membalas pertanyaan itu. "Kau pikir kami tidak tahu siapa dirimu?"Aron melangkah mundur, ia berpura-pura tidak punya tenaga untuk melawan. "Sa–saya hanya reporter honorer, pak," jawab Aron gelagapan yang menambah aktingnya semakin terlihat nyata."B*doh! Bos Orlando sudah menutup media berita untuk tidak meliput wilayah ini. Beliau membayar mahal kepada kalian. Dan kau pasti bukan reporter sungguhan. Sebutkan identitasmu sekarang juga, pecundang," dengusnya pen
Orlando bergerak menuju ke rumah kaca. Firasatnya mengatakan kalau Aron akan menyerang wilayah prioritasnya. Dengan mengendap-endap Orlando mengintai pergerakan Aron. Namun, sebelum mencapai tempat itu para pasukannya sudah habis terbantai. Ia menghentikan langkah kakinya sejenak.Dorr! Dorr!!Sepasang matanya menyaksikan betapa kejamnya Aron menghabisi seluruh pasukannya yang berjaga di wilayah itu. Dari awal ia sudah meremehkan keluarga Smith. Tetapi usahanya tidak bisa gagal begitu saja. Ia harus menunggu putrinya menduduki tahta sebagai presiden di negara Atlantik. Tangannya mengepal. Aron sudah berhasil mengobrak-abrik wilayah prioritas lalu Orlando berjalan ke arah berlawanan. Ia membiarkan Aron semakin merusak wilayah tersebut. Perlahan suara tembakan mulai berhenti."Apa yang sedang dilakukan b*jingan itu?" Aron melirik dari kejauhan. Tak lama ponselnya berdering. Di saat yang tidak tepat Leo meneleponnya. "Masih ada penting. Sampai jumpa lagi, ayah," ucapnya mengawali sekali