"Apa yang Kamu lakukan?" tanya Eddy sambil mengerutkan kening dan memeluk Milla. Milla berontak sambil menyembunyikan tangisnya namun, tenaga Eddy bukanlah tandingannya. Melihat Milla yang sedang menangis Eddy berusaha membujuk dan menenangkannya. Setelah beberapa saat akhirnya Milla pun berhenti menangis dan mulai tenang. Tiba-tiba tangan Eddy mulai bergerak ke sana kemari menelusuri tubuh halus Milla dari balik pakaiannya membuat gadis itu bergetar halus dan mengeluarkan erangan tertahan saat tangan Eddy menjadi semakin aktif. Milla tersentak kaget dan merasa malu ketika mendengar suaranya sendiri. Dia berusaha mendorong pria yang mengaku mencintainya namun, membuatnya kembali merasakan berada di posisi orang ke tiga dalam sebuah hubungannya percintaan. Milla duduk di kasur dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, kembali menangis tersedu-sedu. Dia merasa benar-benar kesal kepada dirinya sendiri yang tidak bisa melawan hasratnya hingga terlena dan membiarkan Eddy den
Eddy dan Milla ke luar dari kamar menuju dapur. Mereka melihat Nining sedang sibuk memasak di dapur. Milla berinisiatif untuk membantu Nining, gadis itu pun mulai berjalan mendekat. "Ada yang bisa Aku bantu?" tanya Milla kepada Nining. Nining yang sedang sibuk meracik bumbu mengalihkan pandangannya ke arah Eddy dan Milla lalu tersenyum. "Kalian sudah datang ... kebetulan sekali Aku baru saja akan mulai masak." Eddy dan Milla saling pandang penuh arti. Keduanya sama sekali tidak menyangka kalau Nining mengira mereka baru datang dari luar. "Maaf harusnya Aku yang masak," kata Eddy merasa tidak enak karena tidak memenuhi ucapannya sendiri. Sebelum turun dia telah mengatakan kepada Nining akan masak untuk makan mereka semua. "Tidak apa ... kamu bisa goreng tempe?" tanya Nining kepada Eddy. "Biar aku saja," kata Milla sambil mendahului Eddy mendekat ke tungku. "Oke." Milla segera mengambil tempe lalu mengirisnya menjadi beberapa bagian, membumbui dan menggoreng tempe tersebut h
Saat ini Eddy sedang galau memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa memberitahukan kepada Nining tentang hubungannya dengan Milla. Eddy benar-benar tidak mengerti dengan perasaannya saat ini. Dia merasa kalau dirinya benar-benar sangat mencintai Milla. Namun, di sisi lain Eddy juga merasa kalau kelembutan Nining sebagai seorang wanita itu sangat menarik hati pria manapun termasuk dirinya. Hal itu juga mampu untuk mengundang rasa iba dan kasihan di hati Eddy sehingga dirinya tidak sampai hati untuk memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Milla. Dia khawatir tunangannya itu akan bersedih! Sementara itu Milla yang sedang fokus mengerjakan pekerjaannya merenovasi bagian dalam vila, dibantu para tukang tampak acuh tak acuh melihat kehadiran Eddy di sekelilingnya. Eddy tahu Milla marah karena sampai saat ini dia belum juga mengatakan yang sebenarnya kepada Nining. "Eddy, toko pakaian pengantin telah menghubungi Aku, mereka meminta kita datang ke sana untuk p
Setelah Nining dan Eddy pergi, Milla merasa tidak ada mood lagi untuk kembali meneruskan mengawasi para tukang. Dia hanya memberikan pengarahan saja untuk hal-hal yang harus dikerjakan hari ini, setelah itu Milla keluar vila menuju taman. Dia duduk di kursi taman dan menyandarkan tubuhnya sambil menghela napas panjang. Milla merasa hari-harinya terakhir ini benar-benar sangat berat. Setelah kehadiran Nining, terakhir kali dirinya dan Eddy bersama adalah ketika kekasihnya itu berjanji akan memberitahukan kepada Nining soal hubungan mereka berdua. Namun, sepertinya Eddy tidak akan pernah mengatakan hal tersebut kepada tunangannya itu. Milla menundukkan wajah dan merasakan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Dia berusaha untuk kuat tapi rasanya berat sekali. 'Apa yang harus Aku lakukan? Apakah Aku akan terus menjadi obat nyamuk di antara mereka?' keluh Milla dalam hati merasa sedih. Dia mulai terisak meratapi nasibnya yang selalu sial dalam hubungannya dengan lawan jenis. Mil
Mereka sampai di vila dan mendapati vila tersebut dalam keadaan kosong. Eddy bergegas mencari ke kamar Milla dan mendapati kamar itu sangat rapi dan kosong. Tidak ada tas pakaian milik kekasihnya yang biasa dia tempatkan di samping tempat tidur. "Kemana Dia?" gumam Eddy seolah bertanya pada dirinya sendiri dengan cemas. "Apakah mungkin Dia pulang ke rumah keluarganya?" tanya Nining kepada Eddy. "Tidak, Dia sama sekali tidak memiliki keluarga, Dia yatim piatu." Nining duduk di tepi kasur dan menatap tunangannya yang tampak bingung dan cemas. Dia bertanya-tanya di dalam hati. Apakah hubungan antara Eddy dan Milla benar-benar hanya hubungan biasa yang tidak istimewa? Kalau iya mengapa Eddy sedemikian cemasnya mendapati gadis itu tidak lagi berada di dalam vilanya? "Aku keluar dulu, Aku harus memastikan keberadaan Milla agar hatiku menjadi lebih tenang," kata Eddy kepada Nining. "Silahkan." Nining menatap tunangannya yang tampak tergesa-gesa keluar vila untuk mencari gadis lain
Nining mendengar suara Eddy memasuki rumah dan masuk ke dalam kamarnya di lantai bawah. Dia menutup mulutnya agar Isak tangisnya tidak sampai terdengar oleh Eddy. Nining mulai mengingat bagaimana khawatir dan cemasnya Eddy terhadap Milla. Bagaimana dengan dirinya, apakah Eddy tidak sedikitpun menaruh rasa simpati kepadanya, apakah Eddy merasa kalau hatinya terbuat dari batu, sehingga bisa bersabar melihat pria yang menjadi tunangannya mencari dan memperhatikan wanita lain? Nining sadar kalau dirinya adalah wanita yang dipilihkan oleh kakeknya untuk Eddy. Tapi mengapa Eddy tidak menolak ketika dijodohkan dengan dirinya? Dia telah menutup mata dan hatinya untuk pria-pria lain, hanya memfokuskan diri untuk mempelajari apa yang menjadi kesukaan Eddy yang merupakan calon suaminya. Tapi apa yang dia dapat dari semua usahanya tersebut? Semua itu hanya sia-sia belaka. Apa yang dilakukannya sungguh tidak sebanding dengan Milla yang sepertinya telah berhasil menguasai hati Eddy. Sement
Milla membalikkan badan untuk menyembunyikan kesedihannya. Dia berjalan gontai menuju ruang tengah tempat tukang-tukang mulai bekerja. Saat ini adalah waktunya finishing setelah semua ini selesai maka tugasnya merenovasi vila ini juga otomatis akan selesai. Bayarannya telah di transfer oleh Eddy ke rekening pribadinya. Sedang untuk para tukang, Eddy sudah mengatakan akan memberikan bayaran tersendiri kepada mereka secara pribadi. Milla memutuskan untuk mengarahkan tukang-tukang itu sekaligus hingga mereka mengerti melakukan tugasnya sampai selesai, sehingga mereka tidak lagi memerlukan dirinya untuk terus ikut mengawasi pekerjaan mereka. Di meja makan, Eddy tampak serba salah dan bingung mana dulu dari kedua wanita ini yang ingin dia bujuk, Milla pasti marah mendengar apa yang telah dia ucapkan tadi. Padahal semalam dia sudah berjanji akan mengatakan yang sesungguhnya kepada Nining. Namun, kenyataannya dia malah mengatakan hal yang berlainan dengan apa yang dia janjikan tadi malam
Eddy bergegas bangkit dari tempat tidur dan tergesa-gesa ke luar dari kamarnya menuju ke luar vila. Dia tidak lagi merasa cemas kalau sikapnya itu akan di lihat oleh Nining. Dia berlari ke pondok Milla dengan kalap. Ada rasa sedih dan putus asa di dalam dadanya. Eddy berharap apa yang dilihatnya di medsos hanyalah sebuah kesalahan. Namun, sesampainya di depan pondok Milla yang dia lihat hanyalah lampu luar pondok yang sudah menyala padahal hari masih sore. Eddy juga melihat ada sepucuk surat terselip di bawah pintu pondok kekasihnya tersebut. Ternyata Milla benar-benar pergi! Eddy perlahan menghampiri pintu pondok, dengan tangan gemetar dia mengambil surat yang terselip di sana dan merobek amplopnya lalu mulai membaca surat tersebut. Setelah membaca surat Milla, Eddy tampak duduk merosot di teras pondok dan merasa ada yang hilang dari dalam hatinya. Nining yang melihat bagaimana kalapnya Eddy keluar dari vila dan mencari Milla mulai mengikutinya sampai ke pondok milik gadis it