"Apakah Aku terlihat bercanda? Bagaimana kalau Kamu datang ke pondok ku dan melihat sendiri bagaimana tanaman rumput itu menghiasinya," kata Milla sambil terus menatap lahan kosong di depannya. Eddy terdiam. Kalau sampai dipakai untuk menghias rumah berarti gadis di sampingnya ini benar-benar penggemar rumput liar sejati. Eddy menggaruk kepalanya bingung tidak tahu harus berkata apa, ini sangat aneh, oke? Baru kali ini dia mendengar ada seorang gadis mengaku menyukai rumput liar. "Aku hanya berpikir kalau warna hijau mereka itu menyejukkan mata, mereka tidak mudah rusak dan sangat mudah untuk dipelihara," kata Milla dengan tatapan mata kosong. "Apakah Kamu tidak menyukai tanaman lain? Ayolah ini sangat aneh, oke? Apa yang terjadi jika seluruh rumah luar dan dalam Kamu hias dengan rumput liar?" tanya Eddy bingung. "....." "Kemudian juga bagaimana pacar Kamu, suami Kamu nantinya jika ingin menghadiahi Kamu bunga?" tanya Eddy lagi. "Mereka bisa memberikan rumput yang dihias dengan
"Kalau Kamu tidak ingin vila ini Aku tanami rumput liar maka sumbangkan ide mu soal tanaman bunga yang bagus!" ancam Milla kesal karena dia merasa Eddy seperti sedang menertawakan kesukaannya pada tanaman rumput liar. Apa buruknya menyukai tanaman rumput liar? Milla benar-benar tidak mengerti kenapa semua orang akan merasa aneh pada kegemarannya yang satu ini. Perasaan ditertawakan membuat gadis itu merasa tidak nyaman hingga tanpa sadar dia memasang wajah cemberut dan kesal. "Kalau menurut Kamu menanam mawar sesulit itu maka ganti saja dengan tanaman bunga yang lain, Aku terlalu sibuk untuk mengurusi tanaman bunga yang membutuhkan perhatian ekstra," sahut Eddy cepat. Dia benar-benar merasa takut ketika mendengar ancaman gadis di sampingnya yang berkata jika tidak dapat membantu ide tanaman bunga yang cocok maka dia akan menanam rumput liar sebagai ganti tanaman bunga mawar di halaman vila miliknya. "Aku juga sedang mempertimbangkannya dan menyesuaikan dengan kesibukanmu, itu sebab
"Apakah Kamu sadar dengan apa yang Kamu katakan barusan?" tanya Milla tidak habis pikir. Tadinya Milla berpikir orang tampan seperti Eddy pasti memiliki selera yang bagus soal penataan dan keindahan, itu sebabnya dia bertanya tentang tanaman apa yang cocok untuk halaman vila. Siapa sangka jawaban pria ini pada akhirnya malah membuat Milla ingin muntah darah karena kesal. Baginya ucapan Eddy itu benar-benar tidak masuk akal, bagaimana mungkin halaman yang sangat luas seperti ini hanya diplester? Itu penghinaan atas keindahan dan estetika, oke? Tidak sekalian saja dia bikin lapangan basket atau tenis itu masih lebih baik dari pada hanya diplester semen. Itu sungguh tidak terbayangkan bagi Milla dan sejaligus merupakan penghinaan serius terhadap profesinya sebagai arsitek. "Ya mau bagaimana lagi? Bukankah semua tanaman menurut Kamu sulit untuk dirawat dan Kamu sendiri tahu Aku tidak ada waktu untuk mengurusnya!" kata Eddy cuek. Dia memang tidak merasa penting untuk bolak balik mem
"Ngomong-ngomong, kenapa Aku jadi merasa kita seperti pasangan suami istri yang sedang ribut membahas masalah rumah masa depan yang nantinya akan ditempati bersama-sama ya?" tanya Eddy sambil mengusap dagunya dan menatap Milla jahil. Apa yang dikatakan Eddy tidak salah, cara mereka saling adu pendapat soal tanaman bunga lebih mirip pasangan pengantin baru dari pada arsitek dengan kliennya. Mendengar kata-kata Eddy wajah Milla langsung merah merona karena malu. Milla merutuk dalam hati, kenapa pemuda di sampingnya ini pandai sekali membuatnya malu dan jengah. 'Dia berbeda sekali dengan Shasha, kepribadian mereka sangat bertolak belakang sekali,' keluh Milla dalam hati sambil melirik pemuda yang ada di sampingnya itu diam diam. Padahal, awal dia mengenal pemuda ini Milla mengira Eddy adalah sosok yang kalem seperti Shasha namun, waktu membuktikan bahwa dugaannya selama ini ternyata sangat salah. Mungkin itu sebabnya kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari sampul luarnya saja.
"Kita mungkin bisa melihat-lihat vila yang ada di sekitar sini dan menjadikannya sebagai referensi tanaman apa yang biasanya ditanam oleh pemilik villa lain," saran Eddy. Selain vila miliknya memang terdapat juga beberapa vila lain yang merupakan milik beberapa artis dan pengusaha ibukota, bangunan vila mereka tidak kalah indah dengan vila milik orang tuanya. Eddy ingat dulu dia sering mendengar ibunya mengeluh bahwa mawar langka yang dia lihat di pelelangan ternyata sudah dibeli oleh tetangga mereka yang juga penggila mawar. "Tidak, kita tidak harus mengikuti mereka, akan lebih bagus jika vila ini berbeda dari yang lain, sehingga vila ini memiliki keunikannya tersendiri," kata Milla sambil menengadahkan wajahnya menatap langit yang mulai meredup tidak seterik sebelumnya. Mila memang tidak tertarik untuk mencontek hasil kerja arsitek lain yang menangani vila di sekitar vila milik Eddy, baginya lebih baik bekerja sesuai kemampuannya saja tidak perlu mencontek hasil kerja orang lain,
Suasana di antara mereka menjadi canggung dan kikuk. Milla mengalihkan pandangannya pada jalan di depannya. Dia bergegas menuju pondokannya sambil berusaha menetralkan perasaan gelisah dan jantungnya yang berdebar-debar. "Gila, debaran ini lebih parah dari ketika Aku mengikuti lomba lari estafet di sekolah," kata Milla sambil berpegangan pada sandaran kursi. Milla sadar ada yang tidak beres antara dirinya dan Eddy. Kadang gadis itu juga berpikir mengapa dia selalu berdebar-debar jika berada di dekat Eddy, padahal ketika pacaran dengan mantannya, dia tidak pernah merasakan debaran yang sama seperti ini. "Aku kenapa sebenarnya? Apakah Aku jatuh cinta pada Eddy? Tapi kenapa rasanya seperti ini? Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya," gumam Milla lebih seperti sebuah keluhan. Milla memutuskan untuk menepis semua perasaan itu karena tidak ada baiknya jatuh cinta kepada anak majikan, walaupun sekarang majikannya sudah meninggal dan ayahnya pun demikian tapi tetap saja predikat anak maj
Milla merasa heran dengan sikap Eddy yang tidak jelas itu. Dia jadi merasa gelisah sendiri. Di dalam hati dia bertanya-tanya apakah dia telah jatuh cinta kepada Eddy? Apakah Eddy juga merasakan hal yang sama? Milla menggelengkan kepalanya untuk mengusir semua pertanyaan ambigu di dalam kepalanya. Gadis itu melangkah mendekati para tukang dan mulai memeriksa hasil pekerjaan mereka. Milla merasa sangat puas sekali, karena para tukang tersebut mengerjakan sesuai plan yang dia berikan. Milla tersenyum cerah dan mengucapkan terimakasih kepada para tukang atas kerja sama yang baik di antara mereka. Besok mereka hanya tinggal merapikan dan memperbaiki pancuran yang sudah lama berada di taman dan terbengkalai itu. Merasa telah melakukan tugasnya dengan baik dan jam kerja yang telah usai, para tukang itu pun memutuskan untuk pulang, mereka satu persatu berpamitan kepada Milla dan menyetujui untuk datang kembali esok harinya untuk menyelesaikan sisa pekerjaan mereka. Setelah para tukang perg
'Tidak! Ini tidak benar! Ini benar-benar aneh,' pikir Eddy sambil memegang dadanya. Eddy tidak percaya dia bisa secepat itu jatuh cinta pada seorang wanita. Lucunya wanita itu baru saja dikenalnya. Walaupun mereka sama-sama dilahirkan di vila ini, Eddy merasa dirinya bukanlah pria flamboyan nan romantis, jadi tidak mungkin dia jatuh cinta secepat ini pada lawan jenisnya termasuk Milla. "Aku harus menjaga jarak darinya, ini benar-benar bukan hal yang baik, terlebih buat kesehatan jantungku," gumam Eddy memutuskan. Baru kali ini Eddy merasakan hal yang seperti ini. Bahkan di hadapan tunangannya pun dia tidak pernah seperti ini. Tidak pernah ada debaran keras dan rasa seperti naik turun yang membuat jantungnya seperti tidak sehat ketika dia bertemu Nining. Pemuda itu merasa sejak bertemu Milla banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya termasuk sikapnya. Kapan dia suka menggoda wanita? Hingga setua ini Eddy tidak ingat kalau dirinya pernah menggoda seorang wanita. Namun, en