Suara desahan demi desahan bergema di dalam kamar VIP 991, menciptakan irama gairah yang semakin memuncak. Menandakan kalau pasangan yang ada di dalam kamar tersebut benar- benar bersemangat melakukan olahraga malam yang penuh gairah tersebut.
“Apa kau yakin?” tanya seorang pria, dengan matanya yang penuh dengan hasrat memandangi gadis muda yang berada di bawah kungkungannya. Suara berat pria itu serta deruaan nafasnya, terdengar begitu seksi hingga membuat sang gadis muda hanya bisa mengangguk di tengah sejuta rasa yang memenuhi dirinya.
“Jawab aku, cantik.” Seolah tidak puas dengan anggukan dari sang gadis muda, pria itu kembali bertanya.
“Ah.. Iya! Aku tidak pernah seyakin ini.” Gadis muda itu, menatap sayu wajah sang pria yang terlihat begitu tampan. Rasanya seluruh dunia pun siap dia berikan pada pria yang tengah menghimpit tubuhnya kini.
Pria itu tersenyum dan mendekat lebih dekat, menyentuh lembut wajah sang gadis muda yang terlihat semakin memerah. "Baiklah, kalau memang itu yang kau katakan. Aku tidak akan ragu untuk memerawani mu. Ingatlah, namaku Sam." bisiknya yang berhasil membuat seluruh bulu di tubuh sang gadis berdiri. Dan apa hal itu pun terjadi. Sang gadis hanya bisa memejamkan matanya dan menutup rapat mulutnya. Malam itu, harta yang paling berharga miliknya telah ia serahkan pada seorang pria yang tidak dia kenal sama sekali.
***
“Argh …” Suara Olivia terdengar serak di pagi itu, belum lagi ditambah dengan cahaya di sekelilingnya, membuat wanita itu merasa pusing dan mual.
Wanita itu menautkan alisnya, terheran ketika menyadari dirinya terbaring di sebuah tempat tidur hotel yang tidak dikenalnya. Manik hijau Olivia seketika membulat sempurna kala Olivia menoleh, dan melihat ada seorang pria dewasa yang tertidur di sampingnya. “S-siapa pria ini?”
Keterkejutan Olivia pagi itu tentunya tidak sampai di situ saja. Melihat pria dewasa itu tidak mengenakan pakaian sama sekali, tentu Olivia langsung mengarahkan kedua biji matanya ke arah tubuhnya. Dan seperti yang Olivia duga, dia pun saat ini tidak mengenakan apapun selain selimut tebal yang menutupi dirinya.
“Apa yang telah terjadi?” Pikir Olivia keras, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Tapi mau sekuat apa dia berpikir, semuanya blur, tidak ada yang bisa dia ingat.
Satu-satunya yang Olivia ingat adalah, tadi malam dia berada di pesta perayaan prom kelulusannya. Di tengah pesta, mood Olivia berubah buruk karena sang pacar yang tidak kunjung kelihatan batang hidungnya, sehingga dia memutuskan untuk minum- minum sampai mabuk di sebuah club bersama para bestienya.
Olivia menoleh lagi ke pria yang tidak dikenalnya itu. Dia masih memikirkan kenapa dia bisa berakhir dalam keadaan polos seperti ini di dalam sebuah kamar bersama seorang pria dewasa.
Helaan nafas panjang dan berat pun akhirnya keluar disaat dia menyerah untuk mengingat apa yang terjadi semalam. “Terserahlah!” ujarnya pasrah, karena ya memang tidak ada hal lain yang bisa dia lakukan saat ini.
Tiba-tiba saja Olivia terpikir, bagaimana kalau pria ini ternyata seorang psikopat. Secepat kilat Olivia berdiri dan di saat dia berdiri dia merasa ngilu dan sakit di sekitar area kewanitaannya. Dan disaat itu lah Olivia ingat semua yang terjadi semalam. Kilasan memori disaat dirinya di unboxing oleh pria dewasa ini pelan- pelan namun pasti mulai muncul di dalam otaknya.
Seketika itu pulalah Olivia terbelalak sambil menutup mulutnya, saat semua kebringasan dan keliaran yang terjadi semalam antara dirinya dan pria dewasa itu telah utuh dalam kepala nya. “Ah, sial!” gerutunya kemudian.
“Kenapa aku bisa menarik sembarangan pria di club tadi malam! Mana aku juga yang menempel padanya semalaman! Sial! Sial! Sial!” teriak Olivia sambil terus memeluk erat selimut yang ia jadikan penutup tubuhnya. Setelah ingatannya kembali, semua malah membuktikan kalau kebodohan serta kecerobohannya lah yang menariknya ke dalam masalah ini.
“Mau sampai berapa kali kau akan berteriak “sial” seperti itu? Pertemuan kita tidak sepenuhnya sial.” Ujar Samuel sontak membuat Olivia auto melihat ke belakang. Mata Olivia membulat sempurna disaat dia melihat pria itu berbaring sambil menyandar dengan santai di kepala tempat tidur. Tentu saja yang membuat mata Olivia membulat sempurna bukan posisi baring santai si pria, tapi lebih ke senjata milik si pria yang seolah-seolah siap menantang Olivia untuk kembali berduel.
“Sejak kapan kau bangun?” Tanya Olivia tersedat- sedat saking shocknya mendapati pose sevulgar itu secara live di depannya.
“Aku? Hmm sejak kau menarik selimut itu, lalu berdiri bengong di sana, aku rasa aku sudah bangun.” Jawab si pria dewasa dengan santainya.
Olivia buru- buru mengambil bantal dan melemparkannya ke pangkuan pria itu. “Jangan coba- coba untuk bergerak! Diam di tempat mu dan jangan pernah berpikir untuk melakukan sesuatu yang gila!” Olivia memperingatkan sambil mengarahkan jari telunjuk nya ke pria itu.
“Melakukan sesuatu yang gila? Memang nya ada yang lebih gila dari pada apa yang kau dan aku lakukan tadi malam?” Senyum smirk penuh kelicikan yang perlahan muncul di wajah pria itu membuat Olivia sadar bahwa dirinya telah jatuh dalam sebuah masalah yang besar.
Memang benar, tidur dan lepas perawan dengan pria yang lebih dewasa yang entah dari antah berantah bagian mana saja, sudah merupakan sebuah masalah. Lalu ditambah lagi firasatnya saat ini ketika melihat senyuman brengsek di wajah pria itu, Byuuuss! Keyakinannya semakin bertambah bahwasanya dirinya saat ini benar- benar dalam sebuah masalah.
Olivia sebisa mungkin menyembunyikan semua rasa takutnya. Jangan sampai pria dewasa ini melihat dirinya ketakutan. “Ayo Olivia!! Kau pasti bisa keluar dari masalah ini.” Seru Olivia dalam hati menyemangati dirinya sendiri.
“Kenapa diam? Apa kau sedang mengenangkan setiap detail kenikmatan yang kita rasakan bersama semalam? Aku pikir, aku tidak keberatan untuk mengulang kembali semua rasa nikmat itu bersama mu.”
“Dasar pria gila!”Olivia buru-buru keluar dari kamar hotel. Dia benar- benar merasa sangat sial. Dia yang tidak mau berpikir panjang akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah kekasihnya. Sambil berjalan, Olivia terus menerus mencoba menghubungi kekasihnya Richard. Meski tidak akan berterus terang dengan apa yang baru saja terjadi, paling tidak dengan bersama dengan mendengar suara Richard Olivia akan merasa jauh lebih baik. Selain itu, semalam Richard tidak datang ke prom night nya. Olivia harus tahu alasan mengapa Richard tidak datang tadi malam. Secara, Richard sangat tahu kalau semalam Olivia sudah bertekad akan memberikan keperawanannya kepada Richard sebagai tanda cinta dan kesetiaannya. Apalagi Olivia harus pindah ke Indonesia. Itu artinya mereka akan melalui Long distance relationship.Untuk malam yang spesial itu Olivia bahkan sudah membeli gaun yang cantik, sepatu yang elegan, dan aksesori yang menawan. Tapi entah karena Richard tidak menganggap itu penting, dia sama sekali
“Mengapa aku terus mengalami hal gila seperti ini!?” teriak Olivia frustasi. Seolah berhubungan satu malam dengan pria dewasa yang tak dikenalnya belum cukup, kini dia menyaksikan hal paling menjijikkan dalam seumur hidupnya. Olivia yang sudah tidak tahu harus kemana akhirnya memutuskan untuk pulang.Dengan langkah kaki gontai Olivia membuka pagar besar rumahnya tersebut. Namun saat ia akan menyentuh terali pagar tersebut, Olivia dikejutkan oleh sebuah plang yang bertuliskan disita.Olivia pun langsung berlari masuk ke rumahnya dengan wajah pucat pasi. Otaknya semakin tidak bisa berpikir jernih. Terlalu banyak hal yang membuat di shock mulai tadi pagi.Mulai dari fakta dia menghabiskan sebuah malam yang gila dengan seorang pria dewasa yang tidak dia kenal hingga fakta bahwa pacarnya adalah seorang gay. Lalu sekali lagi dia dikejutkan kembali dengan plang kecil di pagar rumahnya yang bertuliskan disita.“Apa-apaan ini? Apa Tuhan sedang kurang kerjaan? Atau memang jadwal april mop suda
Olivia berjalan dengan langkah pasti menuju pintu keluar bandara. Tas ranselnya yang berisi pakaian dan barang-barang penting lainnya terasa berat di pundaknya, tapi dia tidak peduli. Yang ada di dalam pikirannya kini hanya satu, yakni bagaimana caranya dia bisa bertahan hidup, lalu menjadi sukses dan akhirnya bisa membalaskan dendamnya pada om dan tante.Olivia tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah drastis dalam waktu singkat. Dia yang dulu hidup bahagia bersama ayah dan ibu nya di Sydney, kini harus merelakan mereka pergi selamanya karena sebuah tragedi yang tidak termaafkan.Ayah dan ibu Olivia adalah pengusaha sukses yang memiliki perusahaan properti besar di Australia. Mereka selalu memberikan yang terbaik untuk Olivia, anak semata wayang mereka. Mereka mengajarkan Olivia tentang nilai-nilai kejujuran, kerja keras, dan kasih sayang.Tapi semua itu hancur berkeping-keping ketika perusahaan mereka bangkrut karena ditipu oleh saudara kandung ayah nya sendiri, yaitu om d
“Papa senang kau pulang, Sam.” Ucap Kenzo Alberto, melirik putranya dari yang saat ini sedang sibuk dengan beberapa dokumen, di sebelahnya. “Mana mungkin aku berani untuk tidak pulang begitu yang mulia Kenzo Alberto menurunkan titahnya.” Balas Sam, tersenyum kecil sambil meneruskan memeriksa semua berkas yang dibawanya dari perusahaannya di Sydney. Bagaimanapun, kepulangannya yang begitu mendadak ke Jakarta, tentu saja berdampak bagi perusahaan. Jadi wajar jika ada banyak berkas yang tidak rela berpipsah begitu saja dari dirinya. “Papa sangat bangga melihat mu tumbuh menjadi seorang CEO yang sangat bertanggung jawab seperti ini. Dengan begini papa tidak ragu untuk meminta mu menjaga Oliv.” Seru Kenzo yang kali ini memandang serius kearah Samuel. Samuel sangat tahu kalau ujung dari basa basi sang papa pasti akan ke bocah yang akan di titipkan kepadanya itu. “Untuk bocah itu papa jangan khawatir. Walaupun Sam belum berpengalaman sebagai ayah, tapi Sam rasa Sam bisa untuk menjadi seora
"Apa benar kau adalah anak dari anak angkat papa ku?" tanya Samuel penuh selidik saat dirinya dan Olivia di tinggal berduaan di ruang makan oleh Kenzo, yang tiba-tiba harus pergi ke ruang tamu sebab ada koleganya yang datang. Olivia yang merasa saat ini dia tidak perlu menyembunyikan dirinya yang sebenarnya di depan Samuel, dengan ketus menjawab pertanyaan yang Samue berikan. "Kau ini sungguh lucu sekali, om Sam! Bukannya orang suruhan mu yang mencari ku, kenapa kau malah mempertanyakan hal ini padaku? Kalau kau ragu, maka tanyakan langsung pada orang mu! Jangan ke aku!" Balas Olivia ttajam. "Akhirnya kau menunjukkan warna asli mu!" ucap Samuel dengan seringai liciknya. "Tapi asal kau tahu, aku tidak akan membiarkan cewek gampangan sepertimu untuk menjadi anggota keluarga Alberto. Jangan kau kira karena papa ku terlihat sayang padamu maka kau bisa menjadi bagian dari kami. Aku tidak ingin kau bermimpi terlalu jauh!" Dengan angkuh, kata-kata itu meluncur dari mulut Samuel. "Tuan Sam
"Brengsek! Aku harus berhati-hati dengan pria tua mesum itu! kalau perlu aku harus tidur dengan mata terbuka." Seru Olivia dalam hati, memandangi Samuel yang pergi menjauh. "Ha?! Aku ada ide!" Olivia mengambil handphonenya, lalu dengan cepat jari-jarinya mencari salah satu online shope yang sudah membumi melangit di negara ini. Seringai licik pun penuh kepuasan pun tersungging di wajah cantik dan imutnya. Sepertinya apa yang dipikirkan oleh otak liciknya, ada di platform yang sewarna dengan baju para tersangka kejahatan di TV-TV. "Aku pesan ini, dan ini!" serunya, masih dengan senyum bak rubah kecil nan licik. "Malam ini aku hanya perlu mencari cara agar om-om mesum itu tidak menerobos masuk ke dalam kamar ku." gumamnya, sambil melihat Samuel yang kini berjalan menuju ke arahnya bersama sang kakek. "Hmm, sepertinya aku ada ide." serunya dalam hati, lalu berlahan tersenyum ramah ke arah sang kakek yang semakin mendekat. "Aku sangat ingin menemani mu lebih lama, Oliv. Tapi apa b
“Turun!!” Seru Samuel dengan tatapan dinginnya ke Olivia. “Disini? Yang benar aja!” balas Olivia tidak percaya kalau Samuel akan menurunkannya di tepi sebuah jalan yang sepi. Mana sudah jam 10 malam! “Aku bilang turun ya turun!” Ulang Samuel, yang sama sekali tidak peduli jika dia tengah menurunkan seorang gadis di tempat yang gila seperti ini. Olivia yang masih punya harga diri pun akhirnya turun dari mobilnya Samuel. “Dasar brengsek!” Seru Olivia sambil menghempaskan pintu mobil Samuel. Samuel menurunkan kaca mobilnya dan menatap Olivia dengan tatapan seorang bajingan yang benar-benar membuat Olivia ingin sekali melemparkan sepatunya ke wajah Samuel. “Alamat rumah ku sudah aku share ke wa mu! Dan satu lagi! Jangan berpikir untuk melaporkan hal ini pada papa ku. Atau kau akan menerima hukuman dari ku! Aku tunggu kau di rumah pukul 11 malam. Kalau kau telat, maka kau tidur di luar.” Seru nya lalu tersenyum bak seorang iblis dan meninggalkan Olivia begitu saja di tepi jalan itu. “
“Hei bro!! Kenapa nggak bilang kalau kau pulang?” seru Bagas sambil menepuk pelan pundak Samuel yang baru saja tiba di diskotik itu. “Mendadak. Maklum bokap.” Balas Samuel Ya, malam itu Samuel tidak pulang ke rumahnya. Dia sengaja mengerjai Olivia untuk lari terbiri-birit ke rumah, sedangkan dirinya malah langsung putar arah ke diskotik yang dikelolah oleh sahabatnya yang bernama Bagas. Diskotik itu sebenarnya satu kesatuan dengan hotel milik keluarga Samuel dan kepulangan Samuel ke Jakarta kali ini salah satunya adalah untuk mengurusi hotel dan diskotik itu. “Bos nggak bilang apa-apa memangnya?” tanya Samuel ke Bryan, tentang kakak tirinya. “Dario, maksud mu?CK! kau ini seperti tidak tahu kelakuan kakak tiri mu itu! Kalau pun dia datang ke hotel atau pun ke bar, kerjanya ya kalau tidak judi, ya paling main wanita sampai pagi.” Jawab Bagas yang terdengar muak membicarakan kakak tiri Samuel. “Kalau begitu aku tidak perlu khawatir. Paling tidak dia masih Dario yang sama.” Sahut Sa