Semakin hari permasalahan yang ada semakin pelik, Glendale semakin menunjukan rasa tidak sukanya pada Naya. Bahkan saking bencinya Glendale pada wanita itu, dia melakukan berbagai cara untuk menjauhkan Naya dari Felix. Pernah suatu hari Glendale hampir mencelakai cucu menantunya itu.“Permisi non, ini ada paket.” panggil bibi di depan pintu kamar majikannya itu. Sebelumnya bibi sudah mengetuk pintu terlebih dulu.Ceklek!Tidak lama pintu terbuka, munculah Naya dari dalam dengan hanya menggunakan jubah mandi.“Paket dari siapa bi?” Naya bertanya dengan heran, karena dia tidak merasa memesan makanan secara online.“Kata nya paket dari tuan nona.” sahut bibi, sesuai apa yang dikatakan kurir tadi.Naya mengernyit heran tidak biasanya Felix pesan makanan tanpa konfirmasi dulu dengannya. Tapi ya sudahlah, biar Naya tanya saja nanti.“Oh, baiklah bi. Terimakasih.” timpal Naya, meraih paperbag yang di sodorkan bibi.“Kalau begitu saya pamit ke bawah non.” pamitnya, yang langsung di angguki
“Bagaimana keadaan Naya sekarang?” tanya Felix yang baru saja tiba. “Nona sedang ditangani dokter tuan.” sahut bibi.“Bagaimana bisa ini terjadi?!” bentaknya marah.Felix lalu menoleh menatap tajam penjaga.“Bodoh! Apa saja yang kau lakukan. Hah! Bagaimana bisa kau ceroboh!” teriaknya marah.“Sabar tuan, ini di rumah sakit. Jangan sampai kita ditegur karena membuat keributan.” tegur Nick.“Bagaimana aku bisa sabar. Hah!” “Nyawa istriku sedang dalam bahaya!”“Menjaga satu orang saja tidak becus!” Bibi dan penjaga hanya menundukan wajah takut.“Maafkan atas kecerobohan saya tuan.” icap si penjaga dengan terus menunduk takut, tidak berani menatap Felix sama sekali.“Apa katamu! Maaf!” Felix menarik kerah penjaga.“Apa kau bisa menjamin nyawa istriku dengan maafmu!” seru Felix.“Keluarga pasien atas nama Naya.” suara suster yang baru saja muncul dari dalam.Bruk! Felix melepaskan cengkraman tangan dengan kuat, sehingga membuat penjaga terhuyung ke belakang menabrak kursi.“Saya suam
Felix yang terkejut membuat tubuhnya limbung seketika, hampir saja dia ambruk jika tidak ditahan oleh Nick.Felix tidak bisa membayangkan bagaimana nasib Naya, jika telat mendapatkan penangan dokter.Nick membawa Felix untuk duduk di sofa, kemudian mengambil botol air mineral yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.“Minum dulu tuan.” titah Nick menyodorkan botol yang telah dia buka tutupnya terlebih dahulu.Dengan tangan yang masih bergetar, Felix menerima botol air tersebut kemudian menenggaknya hingga tandas.“Apa hasil lab ini tidak tertukar dok?” tanya Nick memastikan.Dokter menggeleng yakin.”Tidak tuan, itu benar hasil lab dari sampel makanan yang anda bawa.” “Untung saja nona dibawa tepat waktu, telat sedikit saja. Kami tidak dapat melakukan apapun untuk menyelamatkannya.” jelasnya.“Apa ada efek samping yang akan terjadi dengan nona Naya?”“Saat ini kondisi nona Naya masih dalam pemantauan kami tim dokter. Namun saya tidak bisa memastikan sekarang. Kita bisa tahu ji
“Tempat apa ini?”Naya berdiri di sebuah lapang yang entah dimana, Naya berlari kesana kemari namun tak kunjung menemukan ujung dari tempat ini.Naya mulai ketakutan, dia menangis memanggil semua orang.“Felix!!”“Ayah!”“Ibu!”“Kalian dimana?” jerit Naya.Namun semua percuma, di tempat ini…Naya tidak melihat siapapun selain dirinya disana.Naya terus berlari, berharap dia bertemu seseorang yang bisa menolongnya keluar dari tempat ini.Lama Naya berlari tapi tak kunjung menemukan akhir, Naya menajamkan pendengarnya. Sayup-sayup Naya mendengar suara tangis ibu dan suami yang memanggil namanya.Semakin lama suara itu semakin jelas.“Felix!”“Ibu!” “Kalian dimana?”“Tolong aku!” Naya berteriak, berharap salah satu dari mereka mendengar suaranya.“Aaaaaaa…..!” Naya berteriak ketakutan, ketika melihat sebuah cahaya berbentuk bola yang menggelinding ke arahnya. Naya mencoba berlari namun kakinya terasa berat, tidak dapat bergerak sedikit pun.Bum!!Tubuh Naya terpental! “Dokter! Detak ja
Beberapa hari di rumah sakit kondisi Naya semakain membaik, hari ini dokter sudah mengizinkannya untuk pulang. Felix membereskan barang-barang di bantu oleh Melani.Sedangkan Naya perempuan itu hanya disuruh duduk menunggu suami dan ibunya selesai berkemas.‘’Bu, apa ayah tidak ingin bertemu denganku?’’‘’Apa ayah membenciku?’’Naya bertanya dengan pelan menatap Melani dengan sendu.Melani menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengemas pakaian, lalu mendongak menatap putrinya yang nampak bersedih. Bagaimana tidak!Dari Naya masuk ke rumah sakit sampai detik ini tidak sekalipun Edoardo datang menjenguk, padahal Melani sudah membujuknya namun tetap Edoardo tidak ingin datang ke rumah sakit. Edoardo beralasan kecewa dengan putrinya itu yang memilih presdir daripada kembali tinggal di rumahnya dan meninggalkan presdir Albert alias Felix.Entah Edoardo belum bisa menerima fakta yang ada atau justru ada hal lain?Hanya Edoardo yang tahu.‘’ Tidak seperti itu, ayah sedang berad
“Kau pulang cucu ku. Kemarilah!’’ Glendale menyambut baik dengan kedatangan Felix dengan baik. Dengan penuh hormat Felix mencium tangan pria yang sudah beranjak sepuh itu.‘’Duduklah.’’ titah Glendale.Felix pun menurut, lalu duduk di kursi sebelah Glendale.‘’Bagaimana kabar kakek?’’‘’ Seperti yang kau lihat.’’ sahut Glendale menunjuk dirinya sendiri.Sebenarnya Glendale tidak pernah membenci cucu satu-satunya itu, namun sifat keras kepala Felix yang menurun dari papa nya, membuat mereka berselisih pahan seperti saat ini. Sifat Glendale yang tegas dan tidak suka dibantah, di satukan dengan sifat keras Felix yang tidak suka diatur. Menjadikan mereka bagaikan air dan minyak yang sulit disatukan.‘’syukurlah. ‘’ Felix menarik nafas dalam, mempersiapkan kata-kata agar kakeknya mengerti dan tidak terjadi keributan seperti beberapa waktu lalu pertemuan mereka.‘’ Ada apa? Apa kau ingin mengatakan sesuatu?’’‘’Katakan saja, jangan takut.’’ ucap Glendale memecah keheningan diantara mereka.
“Apa hakmu bertanya seperti itu padaku!” seru Edoardo tidak suka dengan pertanyaan Felix yang ditujukan untuknya.“Aku berhak tahu, karena anda adalah mertua dan tuan Glendale adalah kakek ku. Permasalahan yang terjadi di antara kalian berdua sedikit banyaknya aku mengerti.”“Dan aku pun berhak tahu tentang kebenaran mengenai kematian orang tuaku. Jika ayah bukanlah pelakunya, lantas kenapa harus takut menghadapi kakek?”“Bukankah kalian dulunya cukup dekat?” Felix bertanya dengan menatap wajah sang mertua. Namun Felix tidak menangkap ekspresi apapun selain wajah datar Edoardo. Dulu setiap kali dia bicara dengan pria itu, tidak sedikit pun Felix berani menatap wajahnya. Tapi sekarang….Edoardo mendecih, lalu menatap Felix yang juga sedang menatapnya. Kedua netra mereka bertemu Edoardo menatap menantunya itu dengan tatapan tidak suka.“Sudah berani kau ikut campur urusanku! Haha…iya…iya..aku lupa sekarang kau adalah presdir Albert palsu. Aduh, kenapa aku bisa melupakan itu.” Edoardo me
Mobil Nick berhenti di depan sebuah rumah makan yang tidak jauh dari tempat tadi.“Ayo turun.” titah Nick.Embun mengangguk, lalu melangkah turun setelah pintu terbuka. Gadis itu membawa serta karung dan tongkat besinya.Nick mendelik melihat itu.” Taruh!” titahnya.“Yang benar saja, masa kau mau membawa itu masuk. Yang ada malah di usir satpam.” cerocos Nick.Embun menggeleng.” Kalau hilang bagaimana?” Tanpa menjawab Nick mengambil karung serta tongkat besi secara paksa dari tangan Embun, lalu menyimpannya di dalam bagasi.“Selesai, aman bukan?” ucap Nick, melihat pada Embun yang sedang nyengir memamerkan deretan gigi-gigi putihnya.Sebagai orang yang hidup di jalanan Embun terbilang gadis yang cantik berkulit putih dengan rambut hitam legam. Walau saat ini dia hanya memakai baju yang cumpang camping dengan rambut diikat asal namun aura kecantikannya masih terlihat.“Ayo jalan, apa kau mau terus berdiri disini.” tegur Nick, sambil melangkahkan kaki.“Eh, tunggu tuan.” sahut Embun ya