Sesampainya di kantor polisi, Felix dan Nick langsung menuju ruangan interogasi. Disana sudah ada beberapa polisi yang menunggu mereka.“Selamat siang tuan Albert. Tuan Nick.” sapa salah satu polisi ketika keduanya masuk.“Siang pak.” “Silahkan duduk, tuan.” “Terimakasih.” sahut Felix, kemudian dia duduk di kursi kosong yang ada di sana sedangkan Nick berdiri di samping Felix.“Putar cctv itu.” titah komandan pada salah satu anak buahnya.“Siap komandan.” sahutnya.Sesuai dengan perintah, polisi tersebut mulai mempersiapkan laptop lalu mengutak-ngatiknya sebentar. Kemudian memutar sebuah file.Semua mata tertuju pada laptop tersebut, dimana disana menampilkan rekaman di depan apotek rumah sakit, dimana terlihat jelas kejadian beberapa bulan lalu dimana Felix ditabrak seseorang setelah menebus obat untuk Naya. Di layar laptop itu terlihat jelas ketika orang itu membantu Felix mengemasi obat yang tercecer, pria itu mengeluarkan botol obat dari dalam saku jaketnya, lalu menukarnya den
Setelah membaca pesan misterius dari nomor tidak dikenal tersebut. Felix kembali meletakan ponselnya tanpa membalas pesan tersebut.Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi terbuka. “ Mandilah. Aku sudah selesai.” ucap Naya, sembari berjalan menuju lemari pakaian.“Iya sayang.” sahut Felix, kemudian beranjak turun lalu berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Tidak lama Felix sudah keluar dengan keadaan yang sudah lebih segar. Felix berganti pakaian dengan baju yang sudah Naya siapkan di atas tempat tidur. Sedangkan Naya, dia sudah turun terlebih dulu untuk menyiapkan sarapan.Setelah selesai bersiap Felix hendak menyusul istrinya turun, tapi sebelum itu Felix mengirim pesan terlebih dulu pada Nick memberitahunya agar standby setelah sarapan nanti. Setelah itu barulah Felix turun.“Jangan terlalu capek.” ucap Felix memeluk Naya dari belakang.“Em. Bikin kaget saja. Tidak aku hanya bantu menata makanan ini saja.” sahut Naya.“Baiklah. Ayo duduk, anak-anak Daddy pasti udah laper. Iya kan?”
“Tuan anda yakin dia orangnya?” tanya Nick.“Entahlah. Tapi aku rasa pria itu tidak berbohong. Entah apa apa motifnya di membocorkan ini.”“Dan tugasmu menyelidiki wanita ular ini.” lanjut Felix.Nick mengangguk mengerti.” Siap tuan.” Setelah cukup beristirahat mereka kembali melangsungkan perjalanan. Kali ini mereka langsung menuju perusahaan Glendale. Ada banyak pekerjaan yang harus dibereskan saat ini. Selama dalam perjalanan tidak ada obrolan apapun dari keduanya.Di tempat lain.“Sial! Awas saja kalau sampai pria gila membocorkan rahasia ku pada polisi!” teriak Vanya dalam sebuah apartemen miliknya.Vanya kesal karena pria yang selama ini dia percaya untuk membalaskan dendamnya pada Albert ternyata hanya memanfaatkan uangnya saja.Dan sekarang!Ketika Vanya tidak memberikan apa yang pria itu inginkan dia mengancam akan membongkar kejahatan yang sudah Vanya rencanakan terhadap istri dari presdir Glendale tersebut.“Jika kau ingin aman! Berikan aku uang dua ratus juta sekarang. J
Ponsel Felix dan Nick sedari tadi tidak berhenti bergetar. Glendale sedari tadi terus menghubungi mereka berdua. “Tuan besar menghubungiku, tuan.” ucap Nick sedikit melirik kebelakang.Saat ini mereka sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi.“Biar aku yang angkat. Kakek juga menghubungiku.” sahut Felix.Kemudian mengangkat panggilan Glendale ketika ponselnya kembali bergetar.“Albert! Apa kau yang telah menjebloskan Vanya ke dalam penjara!” teriak Glendale dari seberang sana. Saking kerasnya suara Glendale, Felix sampai menjauhkan ponsel dari telinganya.“Kata siapa?” tanya Felix pura-pura tidak tahu. Padahal dia hanya ingin tahu seberapa besar kakek membela Vanya dibandingkan dia cucunya sendiri.“Ke Rumah sekarang!” titahnya.“Aku tidak ingin mendengar alasan apapun!” lanjutnya lagi.Felix menghela nafas pelan. “Iya. Aku kesana sekarang.” putus Felix. Tidak mungkin juga dia menolak jika kakek sudah berkata demikian.“Nick kita ke rumah kakek.” titah Felix. Setelah panggilan
Kejadian hari itu cukup menggemparkan dan juga menguras tenaga Nick dan Felix.Setelah seharian mengurusi kasus Vanya. Akhirnya Felix dapat pulang dengan perasaan lega. Sebelum itu, Nick mengantarkan Glendale terlebih dahulu. Entah apa yang ada di pikiran Glendale saat ini, pria itu hanya diam dari mulai berangkat sampai dengan kembali, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.Mungkinkah Glendale berubah pikiran setelah melihat semua?Entahlah tak ada yang tahu soal itu!Beberapa hari berlalu, semenjak penangkapan itu. Kehidupan Felix kembali normal tidak ada yang membuatnya khawatir lagi sekarang. Kondisi Naya dan kandungannya pun semakin membaik. Sore ini Felix, Naya dan Nick sedang duduk santai ruang keluarga sambil menikmati teh hangat.“Tuan. Bagaimana dengan rencana resepsi pernikahan anda. Mau dilanjutkan atau…”“Tentu saja dilanjutkan.” potong Felix.“Bagaimana sayang menurutmu, kalau kita melanjutkan rencana menggelar acara resepsi pernikahan kita?” tanya Felix.“Tersera
Bugh!Embun melempar tas nya pada Nick saking kesal sekaligus malu mendengar ucapan Nick barusan.Oh. Tidak!Astaga! Pria di sampingnya ini sudah melihat bagian tubuhnya yang tanpa seizin darinya. Embun benar-benar merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa sampai dia lupa mengunci pintu tadi. Jika tidak! Kejadian memalukan ini tidak akan terjadi. Bagaimana cara Embun melewati hari ini dengan baik? Melihat Nick saja rasanya dia ingin menghilang karena malu.Tapi pria disampingnya? Ah!Sepertinya biasa saja.‘Ck! Dasar pria. Bahkan dia tidak malu membahasnya.’‘Apa yang dia katakan tadi. Penjahat Pria hidung belang. Apa dia sedang mengolok dirinya sendiri?’ “Bun.” panggil Nick lagi.Embun mendelik.” Apa sih! Ban. Bun. Ban. Bun. Mulu.” “Tuan. Lebih baik anda fokus saja menyetir. Jika tidak ingin kita pindah alam.” omel Embun, sambil menunjuk jalanan di depannya. Baru kali ini ada cewek yang berani memaki asisten Glendale secara langsung di hadapan orangnya. Namun anehnya Nick tidak m
“Iya nona. Ini Embun asisten saja di kantor.” “Embun. Ini, nona Naya istri tuan presdir.” Nick memperkenalkan Embun pada Naya begitu juga sebaliknya.Embun mengangguk, lalu mengulurkan tangan.”Salam kenal nona.” Dengan senang hati Naya menerima uluran tangan Embun.” Senang berkenalan denganmu. Embun.”“Nona. Tuan ada?” tanya Nick. “Ada di ruang kerjanya.” Nick mengangguk mengerti.” Kalau begitu, saya menemui tuan dulu.”“Embun. Kau temani nona dulu disini.” Embun menganggukan kepala patuh.” Baik tuan.”Setelah itu Nick meninggalkan kedua wanita itu di ruang tamu sedangkan Nick menemui Felix di ruang kerjanya.“Embun, kamu sudah lama menjadi asisten Nick?” tanya Naya penasaran. Karena selama ini belum sekalipun Naya melihat Nick bersama seorang wanita. Lagipula siapa yang mau dengan pria berwajah dingin macam Nick. Yang ada juga mereka malah takut.Embun menggeleng.” Tidak nona, baru sekitar beberapa bulan yang lalu.” jawab Embun jujur.Embun merasa tidak nyaman, ini baru pertam
Semakin hari Nick semakin perhatian dengan Embun, bahkan pria itu termasuk pria yang teramat prosesif pada pasangan. Buktinya Embun merasakan hal itu.Seperti saat ini, ketika mereka hendak makan siang sepulang dari meeting di luar. Siang hari dengan cuaca yang terik memang sangat cocok jika makan sesuatu yang pedas-pedas. “Saya pesan mie pedas level lima.” ucap Embun pada pelayan.“Eh. Tidak-tidak. Level nol saja.” potong Nick membuat Embun langsung memelotinya.“Eh. Maksudnya mungkin dia pesan moe yang sama tapi level nol.” bun mencoba mengklarifikasi.“Aku tidak pesan mie. Level nol untuk mie miliknya.” tunjuk Nick memperjelas. Pelayan pun sampai di buat bingung oleh kedua orang ini. “Jadi. Mie dengan level nol atau mie dengan level lima?” tanya nya bingung.“Level lima.”“ Level nol.” Jawab mereka bersamaan. Pelayan itu tambah bingung, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“ Tuan. Itu makanan ku. Jadi aku yang akan memakannya. Kenapa anda malah yang menentukan? Kesal Emb