Begitu berbalik, Henry mendapati seorang pria bertubuh tinggi dan atletis berdiri menatapnya dingin. “Si-siapa kamu hah?!” Suara gentar Henry terdengar. Pria itu memiliki manik kelabu yang menyorot suram. Tubuh tingginya menguarkan aura yang menghancurkan mental dalam waktu sekejap. “Sini.” Tatapan pria itu terpancang pada Henry, namun perkataannya ditujukan pada Elara. Tentu saja Elara bergerak, hendak menuju pria itu. Namun tangan Henry dengan cepat menahan lalu mencengkeram pergelangan tangan Elara. “Isshh..” Elara meringis, karena cengkeraman Henry terlalu kuat. Pria itu melangkah mendekat, tatapannya terhujam penuh pada sosok Henry --membuat pemuda manja itu tanpa sadar bergerak mundur. “Hajar dia!” perintah Henry pada ketiga kawannya yang langsung bergerak maju. Henry menyeringai. “Kau akan menyesal mengganggu urusanku, Gembel!” serunya sambil menatap penuh cemoohan pada pria tersebut. Sama sekali tidak terganggu dengan hinaan Henry, pria itu tetap berjalan mendekat dan
“Nona White, masuklah.” Nada tegas muncul dari dekan yang duduk di sofa tengah ruang.Di sebelahnya terlihat seorang lelaki paruh baya berpenampilan bermartabat dan terlihat berkelas. Dengan patuh Elara melangkah mendekat.“Silakan duduk,” ujar dekan itu lagi.Elara mengangguk, lalu mengambil tempat berseberangan dengan lelaki paruh baya yang berpakaian mahal itu.`“Tuan Wycliff, ini Elara White.”Elara menahan kegugupannya lalu mengulurkan tangannya pada Tuan Wycliff, namun lelaki berpenampilan mewah itu tidak menyambut uluran tangan Elara dan membiarkannya tergantung.Dengan canggung Elara menarik tangannya kembali.“Saya sudah memanggil Nona White ke kantor. Apakah Tuan memiliki keperluan khusus dengan salah satu mahasiswi kami yang cemerlang ini, hingga membuat Tuan datang sendiri ke sini?” Dekan bertanya sopan pada Tuan Wycliff.Punggungnya tegak --merasa yakin
“Apa?!” Jeanne mengguncang bahu Elara. “Bagaimana bisa mereka semena-mena mengeluarkanmu di akhir tahun kamu seperti ini?!” “Sudahlah J, aku sudah memperkirakan ini akan terjadi,” ujar Elara --terlihat tenang memang, namun pancaran muram terlihat jelas dari kedua manik zamrud miliknya. “Henry sialan itu!” Jeanne memaki kesal. “Biar kudatangi saja laki-laki pengecut itu ke rumah mereka!” Elara terkekeh. “Ya-ya-ya. Datang dan buatlah keributan. Besok, kau menyusulku dikeluarkan dari Bridgeston.” Ia lalu mengangkat tangan dan menepuk pelan lengan Jeanne. “Sudah, jangan pikirkan hal ini. Fokus saja studi mu sendiri. Ok?” Jeanne ingin berkata-kata lebih banyak, namun melihat raut wajah muram dan menyendiri Elara, ia tahu, saat ini Elara tidak ingin diganggu. Siang harinya, Elara telah berada di apartemen yang ia tempati sementara dengan Arion. Setidaknya, itulah rencana Elara. Tinggal sementara. Elara menatap bingung, melihat Arion yang berada di dalam apartemen --alih-alih keluar b
Keesokan harinya, Elara masih datang ke kampus.Meskipun ia tahu ia akan segera dikeluarkan dari sana, ia memanfaatkan hari yang ada untuk menyelesaikan beberapa hal.Elara cukup dipandang baik oleh para dosen di sana, gadis itu cukup dekat dengan beberapa dosen karena sering membantu mereka dalam beberapa proyek mata kuliah.Selain itu ia memanfaatkan hari-hari terakhir sebelum dirinya benar-benar dikeluarkan dari sana.Elara baru saja tiba di taman belakang gedung fakultas, ketika empat gadis menghadangnya.“Oh, astaga lihat ini siapa yang datang?” ujar seorang gadis berambut merah.Tubuhnya tinggi semampai. Terutama ia mengenakan rok mini setengah paha, hingga menampakkan kaki jenjangnya yang mulus dan mengundang.Wajahnya cantik, ia memulasnya dengan baik.“Ck! Sungguh bermuka tebal, masih berani menunjukkan diri ke sini setelah perbuatan hina yang ia lakukan!” Sindiran itu berasal dari gadis sebelahnya yang memiliki rambut hitam keriting.“Apa kau tersesat, nona White? Gerbang kel
Di ruang kantor dekan, suasana masih serupa.Sang dekan berwajah tegas dan masam memandang Elara. Di sofa bersebelahan dengannya, duduk Tuan Wycliff dan juga putra semata wayangnya, Henry Wycliff.Keberadaan mereka disertai atmosfer menindas yang mereka keluarkan, memang terasa menekan bagi Elara.Yang lebih membuat Elara kaget lagi, di seberang Tuan Wycliff, Tony White --ayah tirinya, terlihat duduk dengan tangan terkepal.Pria paruh baya yang telah mengusirnya itu datang dan berada dalam satu ruang yang sama dengan Elara sekarang.Orang-orang di dalam ruangan itu mungkin berpikir bahwa Tony White ada dalam ruangan itu, sebagai satu-satunya pembela dan yang akan berada di pihak Elara.Pada kenyataannya, tidak demikian.Tepat begitu Elara masuk dan mendekat ke ruang tengah, Tony White langsung memarahinya begitu saja.“Kali ini apa yang kau lakukan?!”Hanya butuh waktu sekian detik bagi sang dekan, juga tuan Wycliff dan Henry untuk terkejut. Setelah keterkejutan itu hilang, mereka kemu
“Katakan apa adanya, Cindy, Brit, Lea… Kita semua tahu seperti apa Henry itu,” Jeanne memberikan dukungan pada ketiga gadis tersebut.Ketiganya menunduk dan menghindari tatapan Jeanne dan juga Elara.“Jawab.” Sang dekan memberi tekanan pada kata tunggalnya itu.“Ti-tidak pernah, Sir,” jawab ketiganya hampir serempak.“Kalian!” Jeanne berseru marah.Sementara Elara mengarahkan tatapannya pada Henry dan mendapati pemuda itu tersenyum miring.“Anda dengar sendiri, bukan?” Tuan Wycliff bersuara sambil melirik sang dekan. “Putra ku tidak pernah melakukan hal-hal yang dituduhkan itu. Begitu kurang ajarnya kedua gadis ini menuduh putra ku yang tidak bersalah!”“Maafkan kami, Tuan.” Dekan itu buru-buru membungkukkan badannya dan meminta maaf sungguh-sungguh. “Kalian boleh keluar,” ujarnya kepada ketiga gadis yang masih berdiri di sana.
“Pa-Pak Direktur!” Sang dekan seketika langsung berdiri.Yang datang adalah direktur Bridgeston University, didampingi asistennya. Wajahnya terlihat muram dan sama sekali tidak memedulikan sang dekan.“Anda Direktur Bridgeston? Aku Thomson Wycliff,” sapa tuan Wycliff yang juga berdiri dan hendak mengulurkan tangan pada pria berusia lebih dari setengah abad dan tampak berwibawa itu.Direktur Bridgeston University itu juga tidak membalas sapaan tuan Wycliff dan justru menghampiri Elara.Semua orang dalam ruangan itu menatap bingung pria paruh abad lebih itu dan tidak bisa menduga apa yang akan dilakukannya pada Elara.“Elara White telah melakukan penindasan pada tuan muda Henry Wycliff, Pak Direktur.” Sang dekan tergopoh mendekati direktur itu dan buru-buru menjelaskan.“Nona Elara, duduklah. Jangan berdiri seperti ini.” Alih-alih merespon sang dekan, Direktur berbicara dengan lembut pada Elara.Tuan Wycliff mengerutkan kening, begitu pula Henry, putranya.“Tidak apa-apa, Sir.” Elara mun
Elara dan Jeanne masih berada di dalam ruangan.Bagaimanapun, kedua gadis itu tidak berani beranjak setelah semua hal yang mereka dengar.“Nona Elara,” Frederick memanggil.Elara yang masih tertegun di tempat, menjawab sedikit kaget. “Y-yes Sir?” Ia berjalan mendekat ke arah meja kerja, sedangkan Jeanne tidak berani mengikuti.Frederick menatap Elara yang kini berada tepat di seberang mejanya. “Apa yang kau ingin lakukan dengan Henry Wycliff ini?” tanyanya dengan sorot terlihat serius.Alih-alih menjawab dengan benar, Elara mengernyit. Ia sungguh tidak mengira akan menerima pertanyaan ini.Bagaimana tidak?Keadaan sebelumnya, dirinya benar-benar terpojok, dan itu memang sudah ada dalam dugaannya.Membuat Henry marah, konsekuensinya dikeluarkan dari kampus ini.Namun sekarang yang terjadi bahkan Direktur sendiri sampai datang dan membelanya --sesuatu yang bahkan tidak akan pernah berani ia bayangkan.Elara sadar, i