Alex baru saja tiba di kamarnya, ia menarik tas ransel dari pundak dan melemparnya dengan kasar.
Langkahnya terkesan nyata begitu gusar dan seperti kebingungan, saat ia berjalan mundar mandir di dalam sana.
“Bagaimana ini?” gumamnya resah, masih dengan kaki yang terus bergerak, berputar di dalam kamar. “Apa yang harus kulakukan?”
Ia menyugar lalu meremas rambut depan, sementara sebelah tangan lain berada di pinggang.
“Aku tidak bisa menolak perintah mereka. Aku tidak punya alasan untuk menolaknya.”
Tok tok.
Suara ketukan di pintu membuat Alex berpaling, lalu melihat sang adik –Dianne, masuk.
“Hey calon pengantin,” Gadis berambut keriting dan berwarna pirang itu mencibir ke arah Alex.
“Shut up!”
“Kau akan menikahi adik sepupu tirimu yang sudah kau sukai sejak lama. Kau pasti senang, Lex.” Dianne melangkah dan mengambil tempat di tepi ranjang Ale
“Supir pribadi?” Jeanne terperangah. Matanya membesar seolah baru saja mendengar hal yang sangat mengejutkan.“Ya,” angguk Elara. “Bahkan sebelumnya ia tidak ada pekerjaan.”“Nganggur?”“He-em.” Gadis bermanik zamrud itu mengangguk, membenarkan.“Bagaimana– tapi..” Jeanne terdiam. Rasanya hal-hal yang baru ia dengar tadi dari Elara adalah sesuatu yang tidak mungkin.Di mata Jeanne –dan kesan pertama yang ia dapatkan dari pria tersebut, pria itu seseorang yang memiliki aura pemimpin. Lebih jauh lagi, atmosfer yang hadir saat pria itu di sekitar, adalah aura penguasa.Menciptakan atmosfer yang menekan dan mendominasi.Bagaimana bisa, ternyata pria itu hanya pekerja umum? Seperti kalangan dirinya dan juga Elara?Bahkan ada satu momen, Jeanne dapat merasakan, Arion seseorang yang di luar jangkauan –bahkan jika dibandingkan dengan keluarga Wycl
Keluarga White tidak baik-baik saja.Tepat satu jam sebelum siaran yang menayangkan pernyataan resmi FDA dengan ditemukannya bahan berbahaya pada bahan baku di Whitley Inc, polisi mendatangi kediaman keluarga White dan membawa Tony White keluar dalam keadaan tangan terborgol.Di luar, puluhan awak media memenuhi pelataran depan --tepat di depan tangga teras kediaman Tony White.“Apakah Anda melakukan ini untuk menaikkan keuntungan?”“Mr. White! Tidak hanya satu produk terindikasi menggunakan bahan berbahaya, tetapi tiga jenis produk lainnya. Apa Anda memang ingin meracuni warga?”“Bukankah salah satu alasan produk-produk Whitley melejit adalah karena publik sangat percaya Whitley Inc hanya menggunakan bahan-bahan terbaik. Apakah ada alasan lain selain soal moral --ketamakan Whitley Inc?”“Mr. White, tolong jawab kami!”“Tidak, saya di fitnah!” Tony White berteriak marah bercampur gugup.Ketegangan jelas meliputi seluruh permukaan wajah serta tubuhnya. Ia digiring dua orang polisi di ki
Elara pergi ke kampus dan menyelesaikan hari dengan cukup tenang. Meskipun berita tentang Tony White yang digelandang polisi telah menyebar dan diketahui seluruh penghuni kampus, orang-orang tidak terlalu membicarakan hal itu.Frederick Callaway selaku Direktur Bridgeston University telah mengeluarkan surat edaran dan mengimbau seluruh civitas academica tidak melakukan hal-hal tidak bermanfaat --seperti bergunjing dan membicarakan pemberitaan yang merugikan pribadi lain di lingkungan kampus.Itu cukup efektif.Tidak ada yang bertanya ataupun bergunjing saat Elara ada di sekitar. Mungkin beberapa dari mereka melemparkan pandangan sekilas, selebihnya terlihat tak acuh.Elara ditemani Jeanne kini berada di kantin dan menghampiri meja dengan beberapa gadis yang melambai penuh semangat pada keduanya.“Jeanne! Elara!” sapa salah satu gadis yang langsung menarik kursi di sebelahnya. “Duduk di sini saja.”Jeanne melirik Elara
Elara menatap ke luar jendela.Pemandangan kota Hillsborough yang tidak terlalu padat seperti kota-kota lainnya di California, membuat kota itu sedikit terlihat lebih lengang.Jalan-jalan yang hampir bersih dari kemacetan panjang --kecuali saat peringatan hari jadi kota ini, membuat Elara sesungguhnya cukup betah tinggal di kota ini.Namun ia telah tidak memiliki keluarga lagi --kecuali Arion yang menjadi suami ‘terpaksa’ nya, membuat ia ingin segera pergi dari sini.Tidak ada yang cukup berharga menahannya di kota ini.Gadis bermanik zamrud itu mengangkat sebelah tangan dan melirik angka yang tertera pada ponselnya.Hari telah menjelang petang.Elara menggeser duduknya ke kursi di sisi jendela dan mengangkat kantong cokelat dengan cetakan tulisan ‘Groceries’ dari pangkuannya, lalu menempatkan ke kursi sebelah bekas ia duduk.Ia menempelkan dahinya di jendela dengan tatapan lekat pada mobil-mobil yang melewati bus yang sedang ia tumpangi ini.Hingga di satu persimpangan lampu merah, E
“Apa maksudmu?!” Elara nyaris berteriak marah saat mendengar syarat yang diajukan oleh Tina, untuk Elara bisa melihat dan membawa barang peninggalan mendiang Annie.“Syarat dari kami sesimpel itu, Elara. Kau tidak perlu seterkejut itu.” Tina mengernyit. Ia agak tersinggung melihat reaksi Elara yang terlihat kaget dan bahkan tidak menyukai ide mereka.“Kalian bisa saja meminta uang untuk aku menebus barang-barang peninggalan ibuku sendiri. Meski itu tetap tidak berhati nurani, tapi itu lebih masuk akal bagiku!”Ia menggeleng tak percaya. “Tapi menikah dengan Alex? Apa kalian gila?!”“Apa seburuk itu putraku? Mengapa kau begitu marah!” Tina tidak tahan lagi dan menyemburkan amarahnya.Mendengar itu, Elara tertawa miris. “Apa kau memang tidak tahu seperti apa putramu sendiri, Mrs. Palmer? Dengan putra yang terbiasa hidup bermalas-malasan dan selalu disuapi seperti Alex, kau ingin menikahkan dia? Denganku? Sebaiknya kau ajarkan dulu dia cara membuat teh-nya sendiri!”“Kau--”“Sudah, hentik
“Kalian tahu, aku sungguh tidak percaya jika kalian mengatakan bersikap dermawan padaku. Pasti ada sesuatu di balik ini semua.” Elara terus memberikan tatapan tajam itu pada kedua wanita beda generasi di seberangnya.Nyonya Besar White meremas jemarinya yang saling bertaut di atas pangkuan.Sementara Dianne, di sisi kanan wanita tua itu terlihat tidak sabar dan berseru jengkel.“Iya! Memang ada uang bibi Annie yang disimpan tapi baru bisa diambil hanya jika kau sudah menikah! Paham?!”“Dianne!” Tina dan Nyonya Besar White nyaris bersamaan mengingatkan Dianne.Namun tentu saja itu terlambat.Elara telah mendengarnya dengan sangat jelas. Gadis bersurai cokelat madu itu tersenyum pahit.Tentu saja, itu pasti hak miliknya yang diinginkan keluarga serakah ini.Mana mungkin ketiga wanita di depannya sudi melakukan kebaikan untuk diri Elara, meski itu hanya satu hal.“Jadi… uang ibuku rupanya.” Elara tersenyum lagi. “Berapa ban
“Itu gila!” pekik Tina marah.“Gila?” Elara mencibir. “Kalian yang gila, jika berpikir untuk menguasai uang yang menjadi hak milikku!”“Kau--”Nyonya Besar White mencengkeram tangan Tina untuk menghentikannya. Ia pun berkata dengan nada tenang pada Elara.“Silakan kau pikirkan. Setelah kau memutuskan, kami mengikuti pengaturanmu selama kau tidak mengabaikan tujuan kami menyelamatkan Tony dari penjara.”Elara tidak merespon kalimat wanita tua itu. Ia hanya menatap Nyonya Besar White beberapa detik, sebelum akhirnya benar-benar melangkah keluar dari sana.“Ibu! Bagaimana ini?!” Dianne berkata cemas. Mereka tidak bisa kehilangan kesempatan memiliki uang banyak itu.Dianne telah memiliki selusin rencana untuk bersenang-senang dengan uang yang akan ia dapatkan dari pembagian sebelumnya.“Lihat apa yang telah kau lakukan!” bentak Tina marah. “Kalau kau tidak menyebutkan jumlah uang itu, dia tidak akan tahu dan tidak akan se-serakah ini!”“Mengapa menyalahkanku?! Sekalipun kita tidak mengatak
Tubuh Elara membeku di tempat.Kedua bola mata indah serupa warna zamrud itu membelalak, tatkala Arion menutup jarak dengannya dan menyentuhkan bibirnya ke bibir Elara.Detik bergulir, rasa dingin yang mengaduk perut, kini menjalar di seluruh tubuh Elara. Pening, dengan aroma memabukkan pinus dan cedar wood yang dibalut harum vanilla yang menyegarkan sekaligus demikian sensual.Bibirnya terasa penuh, dikulum hangat oleh si pria kurang ajar itu.Rasa menggelitik di seluruh area reseptor mulut Elara, seolah mematikan sel-sel sarafnya, membuat Elara terbius, tanpa tahu harus melakukan apa.“Kau menikmatinya?” Bisikan maut dengan suara rendah yang seksi itu lalu menyapa lorong pendengaran Elara, membuat gadis itu tersadar kini.PLAK!!Elara mengepalkan jemari tangan yang baru saja melayang spontan dan dengan keras menampar Arion.Wajahnya telah memerah sempurna dengan kedua mata berkaca-kaca.Marah, dan… malu.Tanpa sanggup mengucap apa pun, Elara berbalik --tidak menghiraukan kantong coke