“Apa maksudmu?!” Elara nyaris berteriak marah saat mendengar syarat yang diajukan oleh Tina, untuk Elara bisa melihat dan membawa barang peninggalan mendiang Annie.“Syarat dari kami sesimpel itu, Elara. Kau tidak perlu seterkejut itu.” Tina mengernyit. Ia agak tersinggung melihat reaksi Elara yang terlihat kaget dan bahkan tidak menyukai ide mereka.“Kalian bisa saja meminta uang untuk aku menebus barang-barang peninggalan ibuku sendiri. Meski itu tetap tidak berhati nurani, tapi itu lebih masuk akal bagiku!”Ia menggeleng tak percaya. “Tapi menikah dengan Alex? Apa kalian gila?!”“Apa seburuk itu putraku? Mengapa kau begitu marah!” Tina tidak tahan lagi dan menyemburkan amarahnya.Mendengar itu, Elara tertawa miris. “Apa kau memang tidak tahu seperti apa putramu sendiri, Mrs. Palmer? Dengan putra yang terbiasa hidup bermalas-malasan dan selalu disuapi seperti Alex, kau ingin menikahkan dia? Denganku? Sebaiknya kau ajarkan dulu dia cara membuat teh-nya sendiri!”“Kau--”“Sudah, hentik
“Kalian tahu, aku sungguh tidak percaya jika kalian mengatakan bersikap dermawan padaku. Pasti ada sesuatu di balik ini semua.” Elara terus memberikan tatapan tajam itu pada kedua wanita beda generasi di seberangnya.Nyonya Besar White meremas jemarinya yang saling bertaut di atas pangkuan.Sementara Dianne, di sisi kanan wanita tua itu terlihat tidak sabar dan berseru jengkel.“Iya! Memang ada uang bibi Annie yang disimpan tapi baru bisa diambil hanya jika kau sudah menikah! Paham?!”“Dianne!” Tina dan Nyonya Besar White nyaris bersamaan mengingatkan Dianne.Namun tentu saja itu terlambat.Elara telah mendengarnya dengan sangat jelas. Gadis bersurai cokelat madu itu tersenyum pahit.Tentu saja, itu pasti hak miliknya yang diinginkan keluarga serakah ini.Mana mungkin ketiga wanita di depannya sudi melakukan kebaikan untuk diri Elara, meski itu hanya satu hal.“Jadi… uang ibuku rupanya.” Elara tersenyum lagi. “Berapa ban
“Itu gila!” pekik Tina marah.“Gila?” Elara mencibir. “Kalian yang gila, jika berpikir untuk menguasai uang yang menjadi hak milikku!”“Kau--”Nyonya Besar White mencengkeram tangan Tina untuk menghentikannya. Ia pun berkata dengan nada tenang pada Elara.“Silakan kau pikirkan. Setelah kau memutuskan, kami mengikuti pengaturanmu selama kau tidak mengabaikan tujuan kami menyelamatkan Tony dari penjara.”Elara tidak merespon kalimat wanita tua itu. Ia hanya menatap Nyonya Besar White beberapa detik, sebelum akhirnya benar-benar melangkah keluar dari sana.“Ibu! Bagaimana ini?!” Dianne berkata cemas. Mereka tidak bisa kehilangan kesempatan memiliki uang banyak itu.Dianne telah memiliki selusin rencana untuk bersenang-senang dengan uang yang akan ia dapatkan dari pembagian sebelumnya.“Lihat apa yang telah kau lakukan!” bentak Tina marah. “Kalau kau tidak menyebutkan jumlah uang itu, dia tidak akan tahu dan tidak akan se-serakah ini!”“Mengapa menyalahkanku?! Sekalipun kita tidak mengatak
Tubuh Elara membeku di tempat.Kedua bola mata indah serupa warna zamrud itu membelalak, tatkala Arion menutup jarak dengannya dan menyentuhkan bibirnya ke bibir Elara.Detik bergulir, rasa dingin yang mengaduk perut, kini menjalar di seluruh tubuh Elara. Pening, dengan aroma memabukkan pinus dan cedar wood yang dibalut harum vanilla yang menyegarkan sekaligus demikian sensual.Bibirnya terasa penuh, dikulum hangat oleh si pria kurang ajar itu.Rasa menggelitik di seluruh area reseptor mulut Elara, seolah mematikan sel-sel sarafnya, membuat Elara terbius, tanpa tahu harus melakukan apa.“Kau menikmatinya?” Bisikan maut dengan suara rendah yang seksi itu lalu menyapa lorong pendengaran Elara, membuat gadis itu tersadar kini.PLAK!!Elara mengepalkan jemari tangan yang baru saja melayang spontan dan dengan keras menampar Arion.Wajahnya telah memerah sempurna dengan kedua mata berkaca-kaca.Marah, dan… malu.Tanpa sanggup mengucap apa pun, Elara berbalik --tidak menghiraukan kantong coke
“Semua sudah selesai, Tuan. Nona Elara telah menerima rekeningnya kembali,” Garvin melaporkan.Ia kini berada satu mobil dalam perjalanan menuju San Francisco.Gedung kantor Triton Land Inc memang berada di San Francisco, yang hanya berjarak sekitar tiga puluh menit berkendara dari Hillsborough.Wajah Garvin masih penuh dengan senyuman saat memberikan laporan itu, menunggu respon Arion yang tentunya akan senang dengan hasilnya.“Uang lima ratus ribu itu kini dipegang oleh Elara?” Arion setengah bergumam saat menanyakannya.Garvin menjawab cepat dan bangga. “Betul Tuan. Tanpa berkurang satu sen pun!”Mengatur dana dikembalikan setelah ditutup oleh pihak bank, bukanlah perkara mudah. Terutama Arion meminta data Elara diperbaharui –tidak lagi menggunakan nama keluarga White.Meskipun membutuhkan waktu, namun Garvin berhasil menyelesaikannya dalam hitungan hari –sesuai perintah Arion.
“Apa sudah ada kabar dari gadis kampungan itu?” Tina menatap Dianne yang baru saja menutup telepon.“Tidak. Belum, Bu. Ini tadi aku hanya menanyakan apakah El pergi ke kampus atau tidak hari ini. Dia ada.”Tina mengempas tubuhnya di sofa empuk ruang tengah di kediaman White.Sejak Tony digelandang polisi, Tina dan Dianne pindah permanen di rumah megah itu, dengan alasan menemani dan menjaga Nyonya Besar White yang sendirian.Meskipun Ian Palmer melarang dan juga Alex mencemooh keduanya, Tina dan terutama Dianne tidak peduli.Mereka sedang membiasakan diri untuk menjadi ‘pemilik’ rumah tersebut.“Apakah dia akan menolaknya?” Tina bergumam cemas.Wanita paruh baya itu terlihat gelisah, hingga menggigiti kukunya.“Bagaimana kalau dia mencairkan dana itu tanpa sepengetahuan kita?” imbuh Tina lagi.“Ku pikir dia tidak akan melakukan itu. Kalaupun dia mencairkannya tanpa memberitahu kita, dia tetap perlu menemui kita untuk mengambil diary ibunya dan anting-anting itu, Bu,” Dianne menghibur
“Geez!!” Dianne tersentak.Tubuhnya yang sempat membeku saat melihat adegan Elara dibawa paksa ke dalam sebuah van hitam, bergerak.Sejak Elara keluar dari kampus, Dianne membuntutinya. Semula ia hendak menghampiri Elara, namun ia teringat bahwa ia perlu mengetahui di mana Elara tinggal --jadi Dianne memutuskan untuk mengikuti Elara diam-diam.Tidak ia sangka, Elara dihadang dan diculik.Dianne berkeringat --kaget dan takut.Namun mengingat bahwa alasan Elara diculik, bisa jadi karena membawa uang banyak dalam tas-nya, membuat Dianne nekat hendak mengejar.“Hey!!”Satu seruan nyaring mengurungkan Dianne.Ia segera bersembunyi di balik gang antar gedung dan melihat seorang lelaki bertubuh kekar dan berambut gondrong, dengan cepat mengejar ke arah van hitam yang membawa Elara.Namun terlambat, mobil itu telah menjauh.“Fuck!!” Lelaki berambut gondrong itu mengumpat keras.Tanpa berani bergeser, Dianne terus memperhatikan lelaki itu dari tempatnya bersembunyi.“Apa dia teman El? Apakah it
“Kau membuat kesalahan fatal.”“Saya tahu, saya tahu, Tuan Max. Saya akan menebusnya.” Lelaki berambut gondrong itu berlutut. Darah masih mengalir di pahanya. Wajah yang pucat pasi --jelas karena mulai kekurangan darah, membuat ia tampak begitu mengenaskan.Satu pukulan sempat ia dapatkan, dari Arion, yang sangat terlihat jelas begitu murka begitu pria tersebut keluar dari mobilnya.Luka tembak di pahanya yang dibiarkan, adalah hukuman ‘ringan’ bagi diri lelaki berambut gondrong itu, karena Arion tidak pernah memaafkan satu kesalahan pun.Rasa sakit dan mengucurnya darah adalah berkat atas kemurahan seorang Arion --lelaki itu bersyukur.Ia harus membuktikan dirinya masih berguna bagi Arion, jika tidak, ia hanya akan menjadi sampah terbuang. Dan itu hal yang jauh lebih menyakitkan baginya.Karena bagi anak buah Arion Ellworth yang setia, kematian jauh lebih terhormat dari pada terbuang.Sebelumnya, ia ditugaskan mengikuti dan melindungi seorang gadis. Tidak tahu apa arti gadis itu bagi