Share

bab. 23b

“Pak Tejo, Pak Tejo...” teriakku.

Pak Tejo dan simbokpun datang.

“Pak, tolong antar Om Zuan ke rumah sakit!”

“Tapi, Non.”

“Buruan, Pak. Gak ada tapi-tapian. Ini darurat,” ucapku sambil menunjuk kunci mobil di atas meja.

“Tejo gak bisa nyupir, Non,” ucap Simbok.

Ya Allah Ya Robbi, kenapa anak buah Om Zuan payah sekali.

Di sela rasa bingungku, ponsel Om Zuan berdering, Simbok dengan sigapnya mengambilkan benda tersebut dan memberikannya kepadaku, yang tengah duduk dengan memangku kepala Om Zuan.

Tertulis nama “Mama” di layar pipih itu, aku tak mengindahkannya dan membiarkan panggilan itu berlalu begitu saja. Aku takut harus berbicara apa kepada Mama jika ia tahu kondisi Om Zuan sekarang.

Kini aku meraih ponsel dalam sakuku, nama Rendra menjadi daftar pencarian, bergegas kutekan tombol hijau dalam panggilan tersebut.

“Selamat malam, Nona Zi. Ada yang bisa saya bantu?”

“Kesini sekarang, Ren! Om Zuan sedang sekarat.”

Panggilan itu terputus dengan sepihak, sedangkan aku membawa tubuh Om Zu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status