Share

Haru

Lara telah kembali merebahkan diri di ranjang minimalisnya. Diusapnya layar ponsel yang masih menampakkan dua jendela melayang pada bagian atas: satu bursa saham, yang lain BEI.

Gadis delapan belas tahun itu merasakan sensasi aneh, setelah makan bersama ART panggilannya. Meski sudah dua hari di sana, Lara bahkan tak pernah menyapa sebelumnya. Namun, kali ini entah mengapa ia ingin ditemani makan.

Lantas, Lara kembali mengingat bagaimana Mbak Dina merasa begitu terharu kala diajak makan bersama. "Beneran polos atau pura-pura polos, gue nggak bisa bedain."

Lara ingat betul bagaimana ia menggoda Mbak Dina agar mau menemaninya makan. Bukan sekadar hanya menyajikan dan memperhatikannya dari jarak dekat.

"Astaghfirullah, Neng, nggak ada, atuh. Semua masakan ini handmade, Neng. Buatan mbak sendiri. Mana mungkin dikasih racun," kilah Mbak Dina, dengan wajah memelas.

"Lah, kalo nggak ada

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status