"Apa Ma, menikah dengan dia? Yang benar saja!" Suara berat Rayden yang terkejut membuat Naya tertunduk takut. Dia sangat terkejut jika orang yang akan menikah dengannya adalah Rayden. Begitu pula dengan Rayden.
"Nak, Mama mau kamu menikah. Jangan membantah lagi. Ini demi kebaikan kamu dan juga nama baik kamu selama ini." Nyonya Dena berbicara dengan tegas, tanpa ingin dibantah hingga membuat Rayden Bagaspati menahan nafas emosi."Apa Mama tidak tahu siapa gadis ini?" tanya Rayden dengan suara berat yang tertahan. Dia tidak pernah berbicara kasar pada ibunya selama ini. Meski saat ini dia benar-benar terkejut."Kenapa memangnya? Hanya untuk enam bulan Rayden. Setelah itu kamu boleh menceraikannya. Setidaknya kamu bisa membuat Naya sebagai alat terapi untukmu," sahut Nyonya Dena.Rayden tersenyum miris dan menggeleng tidak percaya, "gadis jalang yang Mama ambil dari tempat pelacuran, malah Mama jadikan istri untukku. Ini benar-benar gila," gumamnya. Rayden tahu Naya, dia pernah melihat gadis ini di club' malam dua hari yang lalu. Gadis jalang milik Alex, rivalnya. Jelas Rayden tidak habis pikir dengan ide gila ibunya. Siapa yang bisa menerima hal itu?Naya bergetar, dia takut dengan kemarahan Rayden. Tapi ini adalah jalan satu-satunya agar Naya tidak terus berada di tempat pelacuran itu. Nyonya Dena berjanji akan menolong Naya dan melindungi dia dari kejaran Alex. Dan ini adalah cara untuk membalas semua kebaikan Nyonya Dena.Terdengar seperti lelucon, namun ini lebih baik daripada Naya harus melayani puluhan lelaki hidung belang."Rayden, untuk kali turuti permintaan Mama. Suka atau tidak suka kamu harus bertahan selama enam bulan. Kamu harus sembuh, dan Naya, Mama yakin dia pasti bisa membantumu," tegas Nyonya Dena.Rayden menggeleng pelan, dia melengos dan langsung pergi meninggalkan Ibunya bersama Naya disana. Rayden masih tidak menyangka dengan niat Ibunya. Menikah dengan seorang gadis muda dan yang lebih parahnya gadis itu berasal dari tempat pelacuran. Apa Mamanya berpikir jika Rayden semenyedihkan itu hingga tidak bisa mencari pasangan sendiri?"Kamu harus bisa bertahan dengan sikap Rayden, Naya," ujar Nyonya Dena. Dia beralih pada Naya disaat Rayden sudah pergi dari ruangan itu."Saya memintamu untuk menikah dengan Rayden bukan hanya untuk melindungi mu saja. Tapi juga saya membutuhkan bantuan mu untuk menyembuhkan penyakitnya," ucap Nyonya Dena kembali.Naya terdiam bingung, dia benar-benar tidak mengerti sekarang. Apalagi dengan perkataan Nyonya Dena dan Rayden beberapa saat tadi."Rayden sakit. Dia impoten," ungkap Nyonya Dena.Mendengar ucapan Nyonya Dena, tentu membuat Naya tertegun. Pria segagah dan sesempurna itu sakit? impoten pula? yang benar saja."Maka dari itu, saya ingin kamu membantunya untuk sembuh," ujar Nyonya Dena.Naya langsung meringis mendengar itu. "Tapi, bagaimana caranya, Nyonya?" tanya Naya."Tidak mungkin kamu tidak tahu caranya untuk membangkitkan gairah Rayden," jawab Nyonya Dena.Naya terperangah, dia ingin berucap namun Nyonya Dena lebih dulu menyela ucapannya."Istirahatlah, besok siang kalian akan menikah. Persiapkan dirimu dan jadilah istri yang baik untuk Rayden," ujar Nyonya Dena. Bahkan setelah mengatakan hal itu dia langsung pergi meninggalkan Naya begitu saja.Nyonya Dena sangat berharap putranya bisa sembuh. Dia tahu ini salah dan memaksa, tapi Nyonya Dena tidak punya pilihan lain. Keluarga Bagaspati sedang genting dan Rayden diharuskan untuk menikah secepatnya. Perusahaan akan jatuh ketangan anak paman Rayden jika putranya tidak kunjung menikah.Bukan sulit untuk mencari wanita lain, tapi siapa yang mau menikah dengan pria impoten? jelas sulit untuk mencari wanita yang mau menerima Rayden. Sedangkan istri yang Rayden cintai saja pergi meninggalkannya karena dia impoten....Keesokan harinya, Naya sudah duduk di depan sebuah cermin besar. Dia memandangi penampilannya yang hanya mengenakan sebuah kebaya putih sederhana. Dia akan menikah hari ini, dan sebentar lagi dia akan menjadi istri dari seorang Rayden Bagaspati. Pria dewasa yang sudah berusia tiga puluh lima tahun.Kesedihan Naya semakin menjadi saat dia harus menikah seorang diri. Jangankan tempat yang indah dan gaun pengantin yang mewah, kehadiran dari Ayahnya pun tak Naya dapatkan. Dia dinikahkan oleh wali hakim karena Ayahnya tidak ingin datang dan melimpahkan semua pada orang lain. Sungguh, hati Naya benar-benar sedih."Non, diminta ibu keluar." Suara Bu Minah, salah satu pelayan di keluarga itu membuat Naya beranjak dari atas kursi. Dia berjalan keluar ditemani oleh Bu Minah.Dapat Naya lihat jika diruang tengah itu sudah berkumpul beberapa orang. Tapi sepertinya, akad nikah itu sudah selesai diucapkan. Tidak ada lagi penghulu disana. Hanya ada Nyonya Dena, Rayden dan juga dua orang yang tidak Naya kenal.Naya tertunduk, apalagi saat pandangan semua orang menuju kearahnya. Dia sudah seperti santapan untuk mereka sekarang. Namun Rayden, dia sama sekali tidak ingin memandang kearah Naya. Wajahnya datar dan begitu dingin."Ternyata ini istrimu, Ray. Pilihanmu memang bagus." Seorang pria paruh baya berambut botak setengah langsung tersenyum sinis melihat Naya. Sedangkan Rayden masih tetap terdiam, bahkan saat Naya duduk di sampingnya pun dia tidak bereaksi sama sekali."Sekarang aku sudah menikah, dan paman jangan lagi mengusik tentang hidupku," Naya sedikit terperanjat saat suara berat Rayden berbicara pada pria didepannya ini."Ya, untuk saat ini aku tidak akan menuntut apapun. Tapi ingat, sejak dulu keluarga Bagaspati harus memiliki seorang pewaris untuk bisa mempertahankan seluruh aset yang kalian punya. Kau harus tahu itu, jika kau tidak memiliki seorang pewaris, maka seluruh harta itu akan jatuh ke tangan Rengga," ucapan pria paruh baya yang merupakan paman Rayden ini benar-benar terdengar mengancam, membuat Rayden mengepalkan tangannya dengan erat."Satu tahun dari sekarang dia sudah harus hamil." Paman Rayden beranjak dari duduknya dan tersenyum memandang Naya. Setelah mengatakan hal mengancam itu dia langsung keluar dan pergi dari sana. Pergi bersama asistennya. Meninggalkan Naya bersama Rayden dan juga Nyonya Dena yang hanya bisa terdiam."Jangankan punya anak, untuk menyentuhnya pun aku tidak bisa," gumam Rayden. Dia tertunduk dan menghela nafas yang begitu berat."Apapun yang terjadi, dia sudah menjadi istrimu, Rayden. Terima dan lakukan apa yang bisa kamu lakukan," ujar Nyonya Dena.Rayden menggeleng pelan sembari berucap, "Jangan mengharapkan apapun dari pernikahan ini, Ma. Mama tahu bagaimana aku," ujar Rayden sembari beranjak dan pergi dari ruangan itu. Bahkan dia sama sekali tidak ada menoleh pada Naya, istrinya. Hati Rayden benar-benar kacau saat ini."Rayden!" Nyonya Dena berseru memanggil Rayden yang sudah keluar dari rumah itu. Sedangkan Naya hanya bisa tertunduk dan mengenangkan nasibnya yang miris.Naya duduk didalam kamar Rayden seorang diri. Memandangi sebuah figura besar yang ada di dinding kamar itu. Figura lukisan Monalisa. Cukup estetik namun terkesan menyeramkan. Begitulah dia saat ini yang sudah menjadi bagian dari keluarga Bagaspati. Keluarga yang terkenal dengan kemewahan dan nama baik. Hingga harus menyebabkan Naya menjadi sesuatu yang membantu Rayden memulihkan nama baik itu. "Untuk apa kau di kamarku?" Tiba-tiba suara Rayden membuat Naya terlonjak kaget. Dia yang melamun sama sekali tidak menyadari jika Rayden sudah masuk ke dalam kamar setelah satu harian menghilang.Naya berdiri, dia memandang Rayden dengan ragu. Wajah pria itu datar dan begitu dingin. Membuat suhu diruangan yang semula hangat kini menjadi seperti ingin membeku."Maaf, Tuan. Nyonya Dena meminta saya untuk tidur disini." Nada bicara Naya terdengar bergetar. Bahkan tubuhnya juga ikut bergetar seiring dengan langkah kaki Rayden yang mendekat."Apa yang sudah kau janjikan pada Mama hingga dia mau men
Sarapan pagi ini di meja makan terasa hening. Wajah datar Rayden membuat Naya tidak bisa menikmati makanannya dengan fokus. Apalagi pandangan Nyonya Dena yang terus memandang Naya dengan lekat. Entah apa yang ada di pikiran wanita itu, yang jelas dia pasti memikirkan bagaimana mereka malam tadi."Besok Mama akan ke Jerman." Nyonya Dena mulai membuka percakapan setelah sejak tadi mereka hanya bisa terdiam.Rayden dan Naya langsung menoleh pada wanita itu. Ucapan Nyonya Dena terasa seperti sebuah peringatan jika ujian pernikahan ini akan segera dimulai. Baik bagi Rayden tapi tidak untuk Naya."Mama mau melihat Nenek?" tanya Rayden. Suara denting sendok dan piring yang beradu membuat Naya mengerjapkan matanya sekilas."Ya, Nenekmu sedang sakit saat ini. Kamu sudah ada Naya yang mengurus, jadi Mama akan pergi kesana," jawab Nyonya Dena.Rayden hanya bisa tersenyum tipis saja. Perkataan Nyonya Dena terasa begitu menyakitkan telinga. Apa ibunya berpikir jika Rayden tidak bisa mengurus diri
Naya memandang wajah Rayden dengan lekat. Wajah tampan yang begitu mempesona dan rupawan. Tidak ada celah dan cacat dari fisik yang dimiliki oleh Rayden. Tapi sayang, pria ini cacat dari dalam. "Aku kira kau gadis penakut yang cengeng, tapi ternyata kau seorang kucing yang begitu buas," Rayden berucap dengan tangan yang masih menahan tubuh Naya di atas tempat tidur."Awalnya saya memang takut, tapi setelah saya mengenal Tuan beberapa hari ini, saya menjadi paham, jika orang yang saya takuti hanyalah seorang pria yang butuh sandaran," jawab Naya.Rayden langsung mendengus, rahangnya langsung mengeras mendengar penuturan Naya barusan. "Kau mau mengatai ku lemah, ha!" geram Rayden. Sepertinya dia merasa begitu tersinggung.Naya menggeleng pelan, dia masih memandang wajah tampan itu dengan lekat. "Saya tidak pernah melihat kelemahan seseorang, tapi saya hanya melihat apa yang dibutuhkan oleh orang itu," jawab Naya."Jiwa jalang mu memang sudah mendarah daging ternyata, betapa banyaknya l
Setelah kepulangan Rengga dari rumah itu, Naya langsung pergi menuju kamar Rayden. Dia benar-benar penasaran dengan apa yang diucapkan oleh pria itu. Bagaimana mungkin Rayden masih menyimpan semua barang-barang mantan istrinya?Apa sebegitu cintanya dia pada wanita itu, hingga tidak sedikitpun Rayden ingin melepaskan kenangan mereka. Tapi, jika masih cinta seharusnya mereka tidak berpisah kan? Bukankah istrinya bisa membantu Rayden untuk sembuh.Naya sangat penasaran hingga akhirnya dia memilih memberanikan diri untuk membuka lemari Rayden dan tidak mengindahkan perkataan Rayden tempo hari. Jika pria itu tahu Naya menyentuh barang-barangnya, sudah Naya pastikan jika dia pasti akan marah besar.Naya tertegun, matanya mengerjap saat dia melihat beberapa sisa pakaian wanita di dalam lemari ini. Lemari yang memang tidak pernah Rayden buka selama ini karena dia memiliki lemari pakaian yang lain."Jadi ini barang mantan istrinya," Naya bergumam seorang diri. Semua masih lengkap, mungkin Ray
Naya memandang Rayden dengan sedih. Perkataan pria itu membuat hatinya merasa tersayat. Kenapa dia selalu berpikiran jika Naya adalah seorang wanita murahan? Padahal Rayden tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya."Tuan, tolong jangan tinggalkan saya di luar sini!" Naya berteriak saat Rayden berbalik dan menutup pintu balkon. Dia ingin mendekat, namun pria itu malah mendorong tubuhnya dengan kuat hingga Naya terhempas keluar."Tuan!" Naya menangis ketakutan, apalagi angin yang cukup kencang dan juga petir yang semakin kuat.Pria itu memandang Naya dingin. Tanpa merasa iba dia langsung menutup pintu dan membiarkan Naya menangis sendirian di tengah hujan deras itu."Tuan! Tolong buka pintunya! Saya takut!" teriak Naya begitu kuat. Dia memukul-mukul daun pintu kaca itu dan memelas memandang Rayden. Berharap pria itu akan iba, tapi yang dia dapatkan malah wajah dingin Rayden."Tuan saya takut," Naya berucap dengan tubuh yang gemetar. Dia terus berusaha untuk membuka pintu, namun Rayden sud
Ternyata dimana-mana kau memang selalu mengikutiku ya," Alex berucap dengan begitu angkuh. Melihat wajah pria itu membuat Rayden benar-benar muak."Banyak hal yang lebih penting selain mengikutimu, pergi dari sini!" usir Rayden dingin.Namun, Alex malah terkekeh sinis dan mengedikkan bahunya. "Yeah, aku memang akan pergi. Berada di sini hanya membuatku mengingat mantan istrimu yang cantik itu."Rayden langsung memandang Alex dengan tajam. Sepertinya pria ini memang ingin membuat emosi Rayden memuncak. "Pergi atau aku akan menghajarmu sekarang," geram Rayden dengan dada yang sudah bergemuruh hebat.Alex begitu menyukai kemarahan Rayden. Dia seolah memantikkan api untuk membuat Rayden semakin murka. "Aku memang akan pergi. Untuk apa juga aku terus berada di sini," jawabnya. Namun, sebelum pergi dia kembali memandang ke arah Rayden."Jangan lupa datang besok malam datang ke pesta ulang tahun perusahaan mantan mertuamu. Tapi kau ingat, kau juga harus membawa seorang wanita agar kau tidak
Keadaan Naya sudah jauh lebih baik. Tapi yang tidak baik adalah kesendirian ini yang terasa menyiksa hatinya. Sudah dua hari Naya berada di rumah sakit. Selama itu pula dia hanya sendirian, sesekali Rayden datang itupun hanya untuk melihat keadaan Naya. Sore ini dia sudah bisa pulang, dan akan kembali ke rumah keluarga Bagaspati. Entah sampai kapan Naya akan bertahan di sana. Belum ada dua Minggu tapi dia sudah merasa berat. Apalagi dengan sikap dingin Rayden yang selalu memandangnya penuh benci.Naya menghela nafas, tujuannya dan permintaan Nyonya Dena belum tercapai, dia harus bisa bertahan untuk enam bulan lagi. Menjadi istri yang baik dan tentunya merebut sedikit perhatian Rayden. Tapi, apa mungkin bisa?Tiba-tiba pintu yang terbuka membuat Naya menoleh. Pria itu masuk ke dalam, sepertinya dia baru saja pulang dari perusahaan. Terlihat masih memakai setelan formal yang begitu pas membalut tubuh gagahnya. Jika saja pria ini adalah suami yang mencintainya, mungkin Naya pasti akan m
Naya gugup, ini adalah pesta pertama yang dia datangi dan sialnya ini juga pesta milik keluarga mantan istri Rayden. Bagaimana mungkin Rayden berpikiran membawa Naya ke tempat ini. Apa dia ingin memberitahu tentang hubungan mereka, atau ada rencana lain.Gedung besar itu sudah dipenuhi oleh tamu undangan, semua terlihat glamor dan elegan. Naya turun dari mobil dan memperhatikan semua pemandangan itu dengan cemas.Dia menghela nafas ketika Rayden memandangnya dengan lekat. Naya mengerti arti tatapan mata itu, dia langsung merangkul lengan kekar milik Rayden. Berjalan bersama masuk ke dalam gedung. Sementara Agra berjalan di belakang mereka.Pandangan semua orang jelas menuju pada Rayden, Tuan muda Bagaspati yang mereka tahu bukan hanya pebisnis hebat, melainkan juga mantan menantu dari pemilik acara ini."Pasang senyummu dan jangan membuatku malu," Rayden sedikit berbisik pada Naya ketika langkah kaki mereka menapak di atas karpet merah.Naya tidak menjawab apapun, dia hanya tersenyum