“Payah, baru segitu udah ngos-ngosan.”
“Kamu tahu kan aku paling males olahraga?”
“Tahu banget.” Suri ikut duduk di teras rumah, kemudian berbaring di lantai yang terasa dingin tersebut. “Makanya aku iri sama kamu. Makan banyak, olahraga males, badan tetep segitu-gitu aja.”
Julie tertawa dan ikut berbaring di sebelah Suri. Mereka baru selesai jogging di sekitar rumah Ipang dan Julie, lalu kembali ke rumah dalam keadaan bersimbah keringat. Kini keduanya berbaring di lantai sembari mengatur napas masing-masing.
“Tumben kamu mau nginep di sini? Biasanya aku ajakin nggak mau terus.”
“Kupikir kita akan ketemu sama Ipang juga. Dia beneran nggak apa-apa biarin kita ketemu berdua aja?”Julie tertawa mendengar pertanyaan Ario. “Nggak apa-apa, Mas. Dia percaya kok sama aku dan kamu.”“Syukurlah.” Ario menghela napas lega, lalu tertawa kecil. “Agak ajaib juga sih liat dia udah nggak setemperamen dulu. Dulu rasanya dia lebih kayak kompor sumbu pendek.”“Sekarang untungnya udah agak sabaran,” canda Julie.Ario menatap mantan kekasih yang kali ini adalah kliennya dengan lembut. “Kamu emang selalu bisa kasih efek positif ke orang-orang di sekitar kamu, Jules. Cuma ya dari dulu kamu nggak pernah sadar aja.”“Ah, Mas Ario bisa aja.”Ario kembali tertawa dan berjalan keluar dari ruang meeting A Class yang ada di lantai satu tersebut. Hari ini mereka kembali berdiskusi mengenai proyek renovasi ruko kedua A Class yang rencananya akan dimulai sekitar dua minggu lagi.Awalnya Ario pikir Ipang akan ikut seperti pertemuan pertama mereka kemarin—toh ia tak keberatan karena meskipun t
Ipang sedang memakan camilan milik istrinya (tentu saja sambil berpikir, apa yang harus ia katakan pada Julie karena isi stoples yang ia pangku sudah hampir habis tersebut), ketika ponselnya bergetar cukup lama.Karena Ipang berpikir yang meneleponnya adalah Julie, Ipang tak melihat layar ponselnya dengan teliti dan langsung menggeser tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan tersebut.“Halo, Babe. Udah di jalan pulang?”Dehaman yang jelas-jelas bukan berasal dari Julie langsung menyentak Ipang. Lelaki itu menjauhkan ponselnya dengan canggung, lalu menahan diri untuk tidak mendengus saat melihat nama ayahnya yang muncul sebagai penelepon.“Ada apa, Pa?” tanya Ipang setelah kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.Gengsi juga rasanya mengetahui kalau ayahnya baru saja mendengar bagaimana ia memanggil istrinya dengan mesra.“Papa dengar kamu udah keluar dari rumah sakit.”“Iya,” jawab Ipang singkat.“Papa baru sampai rumah. Maaf Papa kemarin nggak bisa nganterin kamu pulang.”Ipan
“Kenapa ngeliatin Mas terus? Pengen Mas di rumah aja ya?”Julie menahan senyumnya begitu mendengar pertanyaan Ipang. Selagi Ipang tengah berdiri di depan cermin dan menyimpulkan dasinya, Julie masih berbaring tengkurap di ranjang dan mengamati lelaki itu.Pagi ini Ipang memutuskan untuk kembali bekerja meski sang ayah mengatakan kalau ia masih bisa beristirahat di rumah. Ipang tahu kalau pekerjaannya pasti sudah menumpuk dan ditunda dua sampai tiga hari lagi, akan membuat Ipang lembur panjang di minggu depan.“Hm, kalau aku bilang pengen Mas di rumah, nanti kerjaan Mas numpuk.”“Aku mau jawab ‘nggak apa-apa kerjaanku numpuk kalau kamu mau aku di rumah’, tapi itu nggak realistis,” kata Ipang seraya terkekeh. “Karena kalau aku nggak masuk hari ini, bisa-bisa minggu depan kita cuma ketemu waktu tidur doang.”“Ya udah, sana kerja. Cari uang yang banyak buat beliin aku cookies setiap hari,” goda Julie.“Iya, Babe, tenang aja.” Ipang berbalik sejenak untuk mengedipkan matanya dengan centil
“Pak, ada wartawan yang mau ketemu sama Bapak.”“Saya nggak mau menemui satu pun wartawan ya,” kata Ipang dengan tegas kepada sekretarisnya. “Apalagi kalau bawa embel-embel mau ngomongin ayahnya Priska.”Sebagai sekretaris Ipang selama tiga tahun terakhir ini, perempuan muda itu sedikit banyak tahu mengenai perjalanan hubungan atasannya dengan Priska.Jadi ia mengerti kenapa Ipang tidak mau diwawancara mengenai lelaki yang hampir jadi mertuanya dan kini tengah menjadi topik hangat di mana-mana.“Baik, Pak.” Sekretaris Ipang mengangguk. “Oh ya, Pak Bagindo titip pesan untuk Bapak ke ruangannya Pak Bagindo lima
“Jules, kamu udah tahu soal kasus bapaknya Priska yang pernah sama suamimu itu?”Julile meringis mendengar pertanyaan Mita, salah satu kliennya yang merupakan runner up Miss Indonesia dua tahun yang lalu.Mita adalah pelanggan loyalnya dan memang rutin datang ke A Class setiap sebulan sekali, seringnya juga meminta Julie yang menanganinya karena perempuan itu senang mengobrol dengan Julie.Apalagi Mita pernah jadi mantan kekasih Septa, kakak kedua Julie. Siapa sangka kakaknya yang selebor itu bisa pernah menjadi kekasih seorang Mita Roesady?“Udah, Mbak,” jawab Julie pada akhirnya. “Mbak Mita kenal sama Pri
Julie ingat, ia pernah mengalami hal yang kurang lebih sama seperti apa yang ia alami saat ini, ketika SMA.Waktu itu ada kakak kelas yang sangat menyukai Ipang dan bisa dibilang sudah hampir menjadi ekor lelaki itu—selalu membuntuti Ipang ke mana pun lelaki itu pergi.Tapi Ipang adalah orang yang akan menyukai perempuan yang awalnya malu-malu kucing, bukan yang agresif dan menunjukkan rasa sukanya secara terang-terangan.Ketika semua orang di sekolahnya tahu kalau Julie menyatakan perasaannya pada Ipang dan ditolak mentah-mentah, kakak kelas itu mendatanginya ketika ia sendirian di toilet dan menamparnya sambil berkata, “Sadar diri dong! Orang kayak kamu jangankan jadi pacarnya
Ipang turun dari mobilnya dan tanpa sadar membanting pintu mobil barunya dengan kencang.Tetapi, saat ini tentu saja ia sudah tak peduli lagi dengan hal tersebut. Langkahnya yang lebar-lebar membuatnya segera sampai di A Class yang penerangannya sudah meredup dari dalam karena jam operasional telah berakhir.“Pak,” sapa Dewi begitu Ipang masuk ke lounge A Class. Di samping Dewi, ada seorang hair stylist lagi yang belum pulang. “Bu Julie ada di ruangannya. Saya ajak pulang, katanya nanti aja. Karena kejadian tadi siang saya khawatir, makanya saya telepon Bapak.”Ipang mengangguk mengerti. “Makasih udah ngabarin ya, Dew. Lain kali kalau ada yang macem-macem sama Julie, nggak usah tunggu atau ngerasa bakal ganggu saya. Hubungin langsung aja.”Dewi mengiakan dengan anggukannya. Ipang pun mempersilakan mereka berdua untuk pulang dan berjanji akan mengunci pintu A Class dengan teliti.Setelahnya, lelaki itu naik ke lantai di mana ruangan Julie berada dan mengetuk pintu ruang kerja istrinya
Ipang menatap istrinya yang tengah tertidur dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya.Hari masih gelap di luar sana, tapi Ipang yang tak bisa tidur hanya bisa terlelap selama empat jam dan bangun lebih awal.“Harusnya aku bisa jaga kamu dengan lebih baik lagi,” gumam Ipang sembari menyingkirkan anak rambut Julie yang mengenai kelopak mata istrinya tersebut.Pikiran mengenai ada seseorang yang berani menyakiti Julie dengan kata-kata bahkan ditambah dengan sebuah tamparan, membuat Ipang tak bisa tenang meskipun di depan Julie kemarin ia berusaha untuk terlihat tidak memikirkannya.Mengetahui bagaimana tabiat Julie, Ipang yakin kalau Julie akan merasa tak enak jika Ipang terlihat selalu memikirkan kejadian siang itu.Padahal menurut Ipang adalah hal yang wajar jika ia memikirkannya. Sama seperti halnya dengan bagaimana Julie selalu memikirkan perasaan Ipang, ketika Julie berkata kalau ia ingin bertemu dengan ibu dan adik tiri Ipang.Getar ponsel yang terdengar samar-samar mem