“Cieee, dianter sama Mas Ipang.”
Julie langsung melotot mendengar seruan Suri yang tak tahu tempat dan waktu. Pegawai A Class lainnya di lantai dua tersebut langsung senyum-senyum sendiri mendengar ucapan sahabat atasan mereka itu.
“Suriii,” desis Julie dengan sebal. Ia buru-buru menarik lengan Suri dan menyeretnya ke ruangannya. “Berisik deh ah. Lagian kamu tahu dari mana sih?”
“Dari Dewi. Anak-anak di bawah lagi seru ngomongin Bu Julie yang dianter Pak Suami.”
Julie mencibir dan membuka kulkas kecilnya di sudut ruangan. Ia menyerahkan sekaleng Coca Cola kepada Suri yang datang mendadak seperti biasanya.
“Cuma dianter doang kenapa pada heboh sih?”
“Mereka bandin
“Mas Ipang pergi ke mana sih emangnya, Jules?”“Ke… aku lupa nama daerahnya, pokoknya agak pelosok.” Julie menjawab sekenanya.Suri sendiri langsung mengamati perubahan ekspresi Julie, tapi ia tidak berkomentar apa pun. “Emang ngapain sih?”“Katanya sih cari material baru buat produknya.” Setidaknya itulah yang Julie dengar dari ART-nya.Tanpa diketahui Suri, hari ini tepat sehari setelah pertengkaran Ipang dan Julie di mobil mengenai Raveno. Malam itu rasanya perjalanan pulang ke rumah terasa lama dan menyesakkan.Begitu sampai di rumah, Julie turun duluan dan mengurung diri di kamar sampai siang, untuk mendapati Ipang telah pergi dan menitip pesan pada ART-nya kalau ia akan
“Mas Ipang kemarin nyuruh aku nginep di sini temenin kamu, katanya takut kamu nggak suka sendirian di sini.”Julie masih mengingat jelas apa yang menjadi alasan Suri menginap di rumahnya sampai seminggu ke depan. Awalnya Julie tak percaya, tapi Suri menunjukkan pesan yang dikirim Ipang di Minggu sore kepadanya—sebelum Ipang dan Julie bertengkar di mobil.“Bu Julie, kok jalan sambil melamun sih?”Teguran itu membuat Julie berhenti berjalan dan ia terkejut ketika mendapati beberapa senti lagi ia hampir menabrak dinding kaca salonnya.“Oh….” Julie bergeser dan kembali berjalan ditemani Dewi yang mengekorinya sambil tersenyum riang.
“Ipang tuh gila atau gimana sih?!” gerutu Julie sambil menaiki undakan anak tangga ke lantai tiga. “Bu Julie—”“Sebentar,” sergah Julie saat salah satu pegawainya berusaha mengajaknya bicara. “Kalau apa yang mau kamu omongin bisa ditunda, lebih baik kita omongin setengah jam lagi, oke?”Pegawai itu menatap raut wajah Julie dan dengan perlahan ia langsung menghentikan langkahnya. “Oke, Bu.”Julie mengangguk singkat dan bergegas menaiki undakan tangga hingga menemukan pintu menuju balkon. Begitu menutup pintu balkon, perempuan itu segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon Ipang.“Bodo amat kalau dia lagi kerja.” Julie kembali bicara dengan diriny
“Aku pasti akan sesantai sekarang kalau perempuan itu berani muncul lagi di sini.”Ipang malah tertawa begitu mendengar jawaban Julie, yang menyebabkan Julie mengernyit tak suka. “Kok kamu ketawa?” tanyanya.“Nggak, nggak apa-apa.”“Pasti kamu ngatain aku di dalam hati.”“Nggak, Jules, beneran.” Ipang berusaha meredam tawanya. “Kamu kalau ngomongnya pede gitu lucu deh.”“Lucu—”“In a good way,” sela Ipang sebelum Julie sempat berpikir negatif. “Aku percaya kok kamu bisa santai kalau ada dia.”“Hmm….”“Aku eman
“Bisa nggak sih aku beli tempat ini terus aku bakar?”“Biar apa? Biar kalau kamu ke sini kamu nggak inget setiap kenangan kamu lagi pacaran sama Raveno?” tanya Suri balik. Kemudian ia menjentikkan jemarinya. “Bisa sih, kamu bisa minta Mas Ipang beliin kafe ini buat kamu.”Julie langsung melotot pada Suri yang cekikikan sendiri mendengar usulannya tersebut. Ia tahu kalau dirinya memang kadang tak sewaras orang lain, makanya bisa bersahabat dengan Suri dan Candy.Tapi kenapa juga Suri bisa jauh lebih gila daripada dirinya?“Usulku cerdas kan?” Suri malah bertanya lagi. “Mas Ipang pasti mau-mau aja beliin kamu kafe ini.”“Dia nggak segila itu, Suri.”“Ck
“Pulang lebih cepat, Mas?”“Iya, Pak,” jawab Ipang sambil memijat tengkuknya. Selama beberapa hari ini ia mengerjakan semua hal yang harusnya bisa selesai lusa.Sopir Ipang tersebut melirik atasannya dari rear-view mirror. “Kangen istri ya, Mas?”Ipang hanya tertawa dan jawaban itu sudah cukup untuk sang sopir. Lelaki itu menatap ponselnya—lebih tepatnya menatap nomor Julie. Ipang ingin menelepon perempuan itu untuk mengabarkan kalau ia sudah tiba di Jakarta, tapi setelah beberapa saat Ipang mengurungkan niatnya.“Ke salon Mbak Julie dulu, Mas?”“Hmm…. Nggak usah, kita langsung ke rumah aja.”Sang sopir mengangguk dan mengemudikan mobilny
Apa hal yang sama mustahilnya seperti turun salju di Jakarta?Mendengar Ipang mengatakan, “He broke your heart, so I’ll put it back together”.Seumur-umur, Julie tidak pernah berpikir seorang Pangeran Biyas Ailendra akan mengatakan hal tersebut padanya, sambil memeluk Julie dan mengusap kepalanya dengan lembut.Gila kali dia, pikir Julie yang tak bisa menahan kepalanya untuk tidak mendengungkan kalimat tersebut berjuta-juta kali. Dia mau apa? Kenapa dia meluk aku sampai aku nggak selesai-selesai nangisnya—Kedua mata Julie yang tadinya masih mengerjap karena kantuk, langsung terbuka lebar begitu menyadari kalau ingatannya hanya mentok sampai bagaimana ia menangis menggerung hingga lelah di pelukan Ipang.Setelahnya….Julie lupa apa yang terjadi.“Udah bangun, Jules?”Suara serak-serak basah (becek, kalau kata Candy dengan seringai mesum di wajahnya) tersebut membuat Julie yang tadinya tengah menatap sebuah dada bidang berbalut kaos polos tipis berwarna putih itu segera mendongak.Tata
“Ayo ke klub!”“Sekarang?”“Iyalah,” jawab Candy yang hari ini baru pulang dari Taiwan dan langsung mengajak kedua temannya pergi bersama dengannya. “Udah lama kan nggak kumpul sama aku. Aku juga pengen menghibur pengantin baru kita yang mukanya nelangsa terus.”Julie memutar kedua bola matanya sembari membuka seat belt. Hari ini mereka pergi dengan mobil Suri karena Julie sedang berada di dalam fase malas menyetir.“Kalau mau menghibur aku, kita cari abang yang jualan telur gulung terus beliin aku segerobak. Itu aja cukup kok.”“Besoknya kamu bakal ngeluh jerawatan,” cibir Candy. “Udah, ayo turun.”Ketiganya keluar dari mobil dan menggunakan akses yang dimiliki sebagai ‘adik dan istri Pangeran Biyas Ailendra’, ketiganya memasuki The Clouds tanpa mengantre lama seperti orang lain.“Kamu udah izin sama Mas Ipang?” tanya Suri ketika mereka sudah duduk di sofa. Suri baru ingat kalau ia pergi dengan istri kakaknya.“Oh ya, belum.” Julie menepuk keningnya. Ia masih agak belum terbiasa deng