Share

Bab 4 Lamaran Tiba-Tiba

"Gila, baru pakai gaunnya saja sudah secantik ini, gimana kalau sudah dandan ya," gumam Kenzi sambil menatap ke arah Ayu.

"Ehem, Kenzi, kok malah bengong? Gimana penampilan Ayu? Cantik nggak?" tanya Riana sambil tersenyum.

"Ah, i-iya Tante? Kenapa?" tanya Kenzi gugup.

Sementara Ayu merasa salah tingkah karena diperhatikan seperti itu oleh Kenzi.

"Ayunya cantik nggak? Gimana gaunnya menurut kamu?" tanya Riana lagi.

"Cantik, yang ini saja. Saya mau ganti baju dulu," ujar Kenzi, namun sebelum dia melangkah Riana segera menahan tangan Kenzi.

"Tunggu dulu."

"Kenapa, Tan?" tanya Kenzi.

"Tante mau foto kalian dulu, kalian ini sudah seperti pasangan yang serasi banget tau nggak," ujar Riana lalu dia menarik tangan Kenzi agar berdiri di sebelah Ayu. Setelah mereka berdiri berdampingan, Riana pun langsung memotret ke duanya menggunakan ponselnya.

Cekrek!

Riana pun langsung tersenyum setelah melihat hasil jepretannya.

"Cakep," ujarnya sambil tersenyum.

"Sudahkan? Saya mau ganti baju dulu. Kamu juga, habis ini ikut saya ke Mall," ujarnya setelah itu dia berlalu meninggal kan Ayu dan Riana.

"Ayo, kita ganti baju juga." Aak Riana. Ayu pun mengikuti langkah kaki Riana menuju ruang ganti

"Ayu, pertahankan berat badan kamu ya, jangan sampai gaunnya nggak muat waktu tiba hari pernikahan nanti," ujar Riana sambil membantu Ayu melepaskan gaunnya, Ayu pun hanya menanggapi dengan menganggukkan kepalanya.

"Kamu juga harus banyak bersabar menghadapi sikap Kenzi, dia itu sebenarnya orang yang sangat baik juga perhatian, hanya saja karena harus menjadi dewasa di usia belia membuat dia menjadi agak sedikit keras," ucap Riana menjelaskan tentang diri Kenzi.

Kali ini Ayu menanggapi perkataan Riana dengan senyuman kecil, sejujurnya dia sama sekali tidak berminat membahas tentang pria itu.

Setelah dari butik, kali ini mereka menuju salah satu Mall yang terbesar di Indonesia. Kenzi membawa Ayu menuju salah satu toko perhiasan.

"Pilih apa pun yang kamu suka," ujar Kenzi.

"Maaf, Tuan. Tapi saya tidak paham soal perhiasan," ujar Ayu dengan kepala menunduk.

Kenzi pun menarik nafas secara perlahan, sebelum dia memilihkan beberapa set perhiasan yang akan dikenakan oleh Ayu.

Setelah selesai mereka pun makan siang bersama di sebuah restoran, namun saat mereka sedang menunggu makanannya, tiba-tiba ada yang datang menghampiri meja mereka.

"Ayu, kamu ngapain?" Ayu yang mengenali suara tersebut pun langsung menoleh dan dia sangat terkejut saat mendapati sosok Andi sedang berdiri menatapnya dengan wajah bingung. Pria itu pun lalu menoleh ke arah Kenzi yang memberinya tatapan datar.

"Ka-kamu," ujar Ayu gugup, dia sudah seperti ketahuan selingkuh oleh pasangannya.

"Kamu ngapain di sini, dan siapa pria ini? Apa karena dia kamu memutuskan hubungan kita?" tanya Andi sambil memegang lengan Ayu.

"Andi, a-aku." Ayu tidak dapat meneruskan perkataannya.

"Lepas kan tangan mu dari calon istriku," ujar Kenzi lalu melepaskan tangan Andi dari lengan Ayu. Kenzi pun memberi tatapan tajam ke arah Andi.

"Ca-calon is-istri? Kamu Yu? Maksudnya apa?" tanya Andi sambil menatap Ayu dengan wajah melas, sementara Ayu tidak dapat menjawab pertanyaan Andi, dia pun hanya menundukkan wajahnya.

"Bukankah perkataan saya tadi sudah sangat jelas? Dia calon istri saya," ujar Kenzi dengan tegas sambil menunjuk ke arah Ayu.

"Saya tidak berbicara dengan anda. Saya berbicara dengan pacar saya," ujar Andi dengan tegas.

"Pacar? Siapa? Kamu? Bukannya kalian sudah putus? Sebaiknya kamu tinggalkan tempat ini," ujar Kenzi tak kalah tegasnya.

"Nggak. Ayu tolong kamu jelaskan ini semua, nggak mungkin kamu mau menikah dengan pria yang lebih tua dari kamu kan? Apa mungkin karena hartanya atau kamu sudah hamil anak dia? Kamu benar-benar perempuan murahan, Yu," ujar Andi dengan amarah yang menggebu.

Karena terlalu emosi dan sakit saat mendengar hinaan dari Andi, Ayu pun langsung menghampiri Andi dan...

Plak!!

Andi merasakan pipinya sangat pedih karena tamparan yang di berikan Ayu.

Ayu sangat tidak menyangka bahwa kata-kata itu keluar dari mulut Andi, sampai dia sendiri tidak bisa berkata apa-apa. Begitu pun dengan Kenzi, dia sama terkejutnya mendengar perkataan Andi.

"Silahkan jauhi calon istri saya, kalau kau tidak mau menyesal," ujar Kenzi sambil menarik kerah baju Andi, setelah itu dia melepaskannya dengan sangat kuat hingga Andi terjatuh ke lantai. Andi pun lalu meninggalkan mereka berdua dengan perasaan sakit.

"Kenapa kamu menuduhku serendah itu, Ndi?" batin Ayu menatap kepergian Andi.

"Lebih baik kamu hapus air mata kamu, dia tidak pantas kamu tangisi," ujar Kenzi lalu memberikan Ayu sapu tangannya.

"Maaf karena sudah membuat keributan," ujar Ayu sambil menerima sapu tangan dari tangan Kenzi.

Beberapa saat kemudian, makanan mereka pun sampai, lalu mereka memulai makan siang dalam diam.

"Terima kasih karena sudah mengantar saya pulang, Tuan," ujar Ayu sebelum keluar dari dalam mobil.

"Sebaiknya ini semua kamu bawa," ujar Kenzi sambil menunjuk beberapa kantong belanjaan.

"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa. Lebih baik Tuan saja yang bawa," ujar Ayu merasa tidak enak.

"Ini semua saya belikan untuk kamu, bukan untuk saya," ujar Kenzi tegas.

"kamu bawa semuanya," ujar Kenzi menyerahkan semua kantong belanjaan itu ke tangan Ayu, sampai Ayu sendiri merasa kesulitan membawanya.

"Dan satu lagi, jangan panggil saya Tuan," ujar Kenzi.

"Maksudnya?" tanya Ayu tidak mengerti.

"Mulai sekarang panggil saya 'Mas', paham," ucap Kenzi sambil menatap lurus ke depan. Lalu Kenzi menjalankan mobilnya sebelum menunggu jawaban dari Ayu.

"Mas? yang benar saja," gumam Ayu lalu berjalan menuju rumahnya.

"Lihatlah siapa yang baru pulang di jam segini," ujar Rido yang sedang duduk bersantai di sofa ruang tamu.

Ayu tidak menghiraukan perkataan ayahnya, dia memilih terus berjalan ke arah kamarnya.

Ayu pun langsung meletakkan belanjaannya di atas kasur lalu dia berjalan ke luar untuk membersihkan dirinya.

Setelah selesai Ayu memilih berdiam diri di kamar sambil memainkan ponselnya.

Tok...tok..tok..

"Ayu, di depan ada yang nyari kamu." Terdengar suara Retno memanggilnya, Ayu pun langsung membuka pintu kamar.

"Siapa, Bu?" tanya Ayu yang merasa heran.

"Lebih baik kamu ikut ke depan aja ya." Ajak Retno sambil menarik tangan Ayu.

Saat sampai di ruang tamu, Ayu sangat terkejut dengan kedatangan tiga orang yang sangat dikenalinya.

"Mau apa mereka kemari?" batin Ayu.

"Bu, Pak." Sapa Ayu sambil menyalami tangan ke dua orang tua itu.

"Silakan utarakan maksud kedatangan kalian ke rumah ini," ujar Rido, tidak ada wajah ramah yang ditunjukkan oleh sang Ayah.

"Begini, Nak Ayu. Maksud kedatangan kami kemari karena kami ingin melamar Nak Ayu untuk putra kami Andi," ujar pak Santoso.

Perkataan pak Santoso membuat Ayu merasa sangat terkejut.

"Apa? Melamar?" tanya Ayu dengan wajah yang sangat terkejut. Begitu juga dengan Retno, dia sama terkejutnya dengan sang putri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status