Di atas jembatan ada mobil hitam yang sedang memantau perkelahian pelajar dari 2 sekolah tersebut. Tak berapa lama setelah geng SMA negeri bubar mobil tersebut juga tampak melaku meninggalkan area jembatan menuju suatu tempat.Gerak gerik dari mobil tersebut amat mencurigakan.Gara menoleh."Kok kamu di sini Bel?" Gara sebenarnya agak greget. Bukankah dia sudah menyuruh Bella do rumah saja, mengapa malah menerjunkan diri ke dalam bahaya hingga sejauh ini."Aku nggak tenang Ra. Maaf ya."Gara mengangguk."Yasudah nggak apa-apa. Yang penting kamu tidak terluka," ucap Gara kemudian."Kak Revan, Ra." Bella menunjuk ke arah Revan. Disana sudah ada Edo yang sibuk menyadarkan Revan."Van, sadar Van. Kamu nggak apa-apa kan Van?" Tanya Edo khawatir.Gara dan Bella mendekat."Kita bawa ke rumah sakit aja Do," ucap Gara.Edo mengangguk."Kamu bawa aja. Biar aku bawa motornya dia."***Di markas Black Dragon, 4 geng sekolah SMA negeri bertemu seseorang."Jadi, kenapa kalian mukuli Gara?" Tanya ga
Ceklek!Bella membuka pintu rumahnya. Tiba-tiba Gara yang mengekor langsung memeluk Bella dari belakang."Ngapain sih Ra?" Tanya Bella heran melihat kelakuan suaminya.Gara meletakkan kepalanya di atas bahu Bella."Aku nggak mau kalah dari Edo," jawab Gara kayak bocah.Bella menoleh sambil mengusap lembut pipi suaminya."Mau aku kompres nggak lebam-lebammu?" Tanya Bella penuh perhatian."Nggak usah. Ntar juga sembuh sendiri.""Nanti wajah tampanmu nggak kelihatan lagi, kecewa nggak tuh fansmu," goda Bella."Biarin," kata Gara cuek."Hmmm... Padahal viral tuh kemarin.""Kamu tahu soal poto profilku yang viral?" Tanya Gara ingin tahu."Ya, ampun Ra kalau orang lain aja tahu apalagi aku yang istrimu masak nggak tahu sih?""Emang kamu istriku?" Goda Gara sambil tersenyum."Nggak diakui nih?""Kamu pikir aku bonyok gini demi siapa?" Gara merengut."Demi Revan kan?""Demi kamu juga. Mereka hampir aja ngebungkar kasus kita di depan Revan dan Edo. Mana pake hina-hina kamu lagi. Ngatain cewek
Bella menukar pakaiannya dengan dengan kemeja putih panjang dan rok pendek di atas lutut. Ia juga tampak mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Sebagai pelengkap Bella mengenakan sepatu hak tinggi yang ujungnya lancip.Tuk! Tuk! Tuk!Bella tampak menuruni anak tangga dengan sedikit terburu-buru."Mau kemana kamu?" Sergah Gara begitu melihat istrinya muncul dengan tampilan berbeda. Apalagi begitu melihat Bella menggunakan rok di atas lutut. Itu benar-benar menyakiti mata Gara. Ia masih merasa tidak ikhlas jika paha mulus istrinya dilihat laki-laki lain di luar sana."Ke markas," jawab Bella singkat. Malah terkesan cuek. Setiap kali habis berdebat ataupun bertengkar dengan Gara, Bella pasti terlihat lebih dingin."Markas apa?" Tanya Gara.Bella menghentikan langkahnya. Ia memandang tajam ke arah Bella."Markas Hell Devin tentu saja. Apa kau lupa siapa aku?" Tanya Bella balik.Gara tampak menelan ludahnya."Jangan bilang kau mau pergi sendiri.""Hei, Tuan Muda Sagara Rihanda, aku bisa menjaga
"Benar, Tuan Putri. Seperti tradisi kita selama ini dalam menerima anggota baru maka ia baru dikatakan layak bergabung saat berhasil bertahan dari serangan kami," sambung yang lainnya."Tidak perlu. Dia bukan anggota baru. Dia suamiku. Perkenalkan. Namanya adalah Sagara Rihanda."Demi mendengar ucapan Bella seluruh anggota mafia Hell Devil langsung membungkuk hormat pada Gara.Gara menjadi bingung karena mendadak begitu dihormati oleh orang-orang yang sebagian besar terlihat seram ini."Maafkan kelancangan kami Tuan Muda. Kami benar-benar tidak tahu jika Tuan Muda adalah suami Tuan Putri.""Ah, sudahlah jangan minta maaf seperti itu," Gara jadi tidak enak dan canggung.Perlahan para anggota mafia itu menegakkan tubuhnya. Mereka tidak lagi memandang Gara dengan tatapan nyalang."Baiklah, Pak Freddy, aku ingin tahu sejauh mana perkembangan sengketa lahan anggur antara keluarga Hyuugo dengan keluarga Rudolf?""Sepertinya keluarga Rudolf akan segera kalah. Mereka tidak bisa menunjukkan bu
"Kau sampe kapan mau marah terus Bel?" Tanya Gara."Sampe aku lupa dengan kata-katamu yang menyakitkan.""Kamu jangan marah lama-lama Bel. Pipimu jadi merah loh," goda Gara."Mana ada." Bella mengusap pipinya yang dikatai merah oleh Gara."Ada. Itu buktinya merah.""Sudahlah Ra. Tidak usah berisik. Aku lagi nggak mau ngomong sama kamu."Bella manarik baju seragam ganti di jok belakang. Ia langsung turun dari mobil Gara.Blam!Gadis itu membanting pintu mobil Gara dengan keras. Agaknya ia benar-benar kesal dengan Gara. Sedangkan si pemilik mobil hanya menghembuskan nafas pasrah. Lagi-lagi mereka bertengkar dengan masalah yang sama.Keadaan sekolah sudah ramai saat Gara turun dari mobil. Bahkan sebagian siswa sudah turun ke lapangan untuk senam bersama."Ra!" Panggil Edo begitu Gara memasuki lantai dasar gedung A.Gara berhenti melangkah demi menunggu sahabatnya."Muka bonyok masih berangkat sekolah?" Ledek Edo sambil terkekeh."Kayak mukamu lebih mulus aja Do. Itu kelompak mata masih bi
Bella kembali ke toilet di gedung B dengan wajah murung. Ia masih memegang seragam Gara di tangannya."Bel, kenapa?" Selidik Vanilla yang melihat kedatangan Bella seperti separuh kesadaran dirinya tertinggal."Nggak apa-apa kok La. Aku ganti baju dulu ya.""Nih rokmu Bel." Vanilla menyodorkan rok di tangannya yang langsung diterima Bella dengan diam.Gadis itu tidak bicara apapun lagi hingga saat dia selesai mengganti seragamnya."Loh, Bel. Seragamnya belum dituker?" Tanya Vanilla begitu melihat nama Gara di seragam itu saat Bella keluar dari toilet. Ukuran seragam itu juga tampak kebesaran di badan Bella."Nggak. Kak Gara lagi nggak ada di kelas." Bella beralasan."Ditelpon kan bisa.""Udahlah biarin. Nanti juga dia kelabakan kalau sadar seragamnya ketuker.""Biarin mampus sekalian. Kesel deh aku," batin Bella.Bella dan Vanilla kembali ke kelas. Mereka memulai pelajaran pertama nyaris tanpa suatu kejadian yang berarti. Semua lancar dan normal kecuali saat mata pelajaran jam pertama
"Bel, kantin yok!" Ajak Vanilla."Kalian aja deh. Aku nggak laper," tolak Bella.Ia bukannya tidak lapar. Ia hanya malas menyaksikan Gara duduk sebangku dengan Sabia lalu gadis itu mepet-mepet suaminya sok ngasih perhatian."Yakin?" Tanya Vano."Titip beliin sesuatu nggak? Nanti kamu laper loh. Mumpung Vano lagi banyak uang nih katanya mau beliin kamu.""Iya ngomong aja Bel mau apa nanti aku beliin." Vano menimpali.Bella menggeleng. Ia malah merebahkan kepalanya di atas tumpukan tangan yang dilipat di atas meja."Nggak perlu. Kalian nikmati aja makan siangnya.""Yaudah kita tinggal ke kantin dulu ya," pamit Vanilla."Ya," jawab Bella singkat.Kedua teman akrabnya itu pun meninggalkan Bella seorang diri di dalam kelas. Mereka turun berdua saja.Setibanya di kantin Vano dan Vanilla melihat Gara duduk dengan Sabia dan juga Edo. Gara langsung bangkit mendekti Vano dan Vanilla begitu keduanya sedang mencari bangku kosong."Bella mana?" Tanya Gara."Di kelas Kak," jawab Vanilla."Nggak iku
Bella latihan tari hingga sore. Karena sebentar lagi dia dan anak-anak seni tari lainnya akan perform untuk memeriahkan acara hari ulang tahun sekolah.Sepulang dari sekolah Bella langsung mandi dan tidur. Bahkan ia tidur masih menggunakan handuk kimono tanpa berganti baju lebih dahulu. Sepertinya Bella terlalu letih.Gara sengaja tidak membangunkannya. Ia menyusul Bella tidur saat hari telah malam. Karena sepi juga jika Bella sudah tidur. Gara merapikan selimut Bella dan memeluknya sebelum ia terlelap.Beberapa saat lamanya Gara tidur Bella justru terbangun."Ra... Ra..." Panggil Bella sambil mengguncang bahu Gara."Hmmm..." Gara hanya bergumam. Terlalu mengantuk untuk bangun."Ih, bangun dong Ra."Gara merapatkan pelukannya untuk melanjutkan tidur. Benar-benar mengantuk."Sagara Rihandaaaa!!! Bangguuunnnn!!!" Bella berteriak keras di telinga Gara. Cara itu sukses membuat Gara langsung bangun."Ngapain sih Bel?" Tanya Gara dengan wajah merengut. Ia sepertinya marah karena dibangunkan